71 Tokoh Berpengaruh 2016

Oleh: Benny Kumbang (Editor) - 12 August 2016

Ia adalah politisi karier yang sudah hampir 20 tahun menjadi wakil rakyat. Jejaring politik yang kuat membawanya ke kursi Ketua DPR. Posisi sebagai orang nomor satu di legislatif membuatnya masuk dalam daftar ini.

 

Akom, panggilan akrabnya, semula menduduki posisi Ketua Fraksi Partai Golkar (PG) DPR.  Ia dipercaya sebagai Ketua DPR pada Januari 2016, menggantikan Setya Novanto yang mengundurkan diri karena tersandung kasus “Papa Minta Saham”. Setya selanjutnya menjadi Ketua Fraksi PG DPR.


Akom tak membuang-buang waktu. Ia  langsung tancap gas. Tiga fungsi legislatif, yakni pengawasan, penganggaran dan legislasi, digenjot begitu menduduki kursi ketua DPR. Pengawasan dilakukan dengan memilih cara-cara produktif. Bukan mencari-cari kesalahan yang ujungnya membuat gaduh. Sebab, hubungan legislatif dengan eksekutif adalah setara. Pengawasan haruslah mendorong kinerja eksekutif lebih baik.


Penganggaran juga didorong untuk sebesar-besarnya terarah bagi kepentingan rakyat. Akom mengatakan, setiap rupiah anggaran negara yang ada dalam APBN haruslah bermanfaat untuk menyejahterakan rakyat.


Di internal DPR Akom melalui tangan pimpinan fraksi juga mulai ‘menertibkan’ anggota. Baik dalam hal kedisiplinan mengikuti rapat-rapat maupun aktivitas lainnnya. Perjalanan dinas ke luar negeri diefektifkan dan diefisienkan.

 

Menurutnya, tanpa peran serta para anggota menjalankan tugas kedewanan secara disiplin, maka rasanya target tersebut hanya akan berada diatas kertas saja.


Ia berobsesi lembaga yang dipimpinnya tidak akan lagi mengulangi kinerja pada periode 2015 yang hanya bisa meloloskan tiga Rancangan Undang-Undang (RUU). Pada Januari 2016 rapat paripurna menyetujui 40 RUU untuk diselesaikan menjadi UU tahun ini. Akom bertekad DPR menyelesaikan 30-37 dari 40 RUU tersebut menjadi UU. Selesai atau tidaknya target UU sebanyak itu bukan hanya di DPR. Sebab ada peran eksekutif dalam pembahasan RUU.
Akom berharap semua anggota DPR bisa bekerja sama bersama memenuhi target tersebut. Ia menegaskan tak ada lagi Koalisi Indonesia Hebat (KIH) atau Koalisi Merah Putih (KMP). Semuanya harus selalu duduk bersama menyelesaikan masalah-masalah yang muncul.


Seperti diketahui KIH adalah koalisi parpol yang mendukung Joko Widodo (Jokowi) – Jusuf Kalla (JK) dalam Pilpres 2014, yakni PDI-P, NasDem, PKB, dan Hanura. Sedangkan KMP yang terdiri dari Gerindra, PAN, PKS, PPP, dan Golkar pendukung duet Prabowo Subianto – Hatta Rajasa dalam Pilpres itu.