71 Tokoh Berpengaruh 2016

Oleh: Benny Kumbang (Editor) - 12 August 2016

Memegang tongkat komando operasional sebagai panglima TNI, posisi Gatot sangat sentral dalam menggerakkan pasukan atau alat pertahanan negara. Tegaknya Negara Keatuan Republik Indonesia (NKRI), juga menjadi salah satu tugas beratnya.

 

Tak lama setelah menjabat Panglima TNI, Gatot segera mengidentifikasi salah satu masalah yang dihadapi prajurit TNI selama ini, yaitu perkara kesejahteraan. Tahun ini, Gatot berhasil meningkatkan kesejahteraan prajurit TNI dalam bentuk pemberian gaji ke-13, ke-14 serta tunjangan kinerja ke-13.


Menurut Jenderal Gatot, perhatian pemerintah atas kesejahteraan tersebut diberikan karena disiplin, loyalitas, dan kinerja TNI. “Oleh karena itu sudah seharusnya TNI menjawab perhatian pemerintah dengan meningkatkan kedisiplinan, soliditas, dan kinerja. Institusi TNI harus lebih mendedikasikan jiwa raganya untuk NKRI,” tandasnya.


Lahir di Tegal, Jawa Tengah, 13 Maret 1960, Gatot resmi menjabat sejak 8 Juli 2015. Kariernya naik ke puncak komando institusi TNI dari posisi Kepala Staf TNI Angkatan Darat ke-30, yang mulai dijabatnya sejak tanggal 25 Juli 2014.
Jenderal Gatot sebelumnya pernah menjabat Panglima Kostrad. Pada Juni 2015, ia diajukan oleh Presiden Jokowi sebagai calon Panglima TNI, menggantikan Jenderal Moeldoko yang tengah masuk waktu purna baktinya. Tanpa banyak halangan DPR RI menyetujui penunjukan ini.


Gatot merupakan lulusan Akademi Militer tahun 1982 yang berpengalaman di kecabangan infanteri baret hijau Kostrad. Gatot pernah menjadi Komandan Kodiklat TNI-AD, Pangdam V/Brawijaya dan Gubernur Akmil.


Rekam jejak kariernya di dunia militer tergolong cukup moncer. Ia tergolong tentara profesional dengan banyak prestasi. Gatot dikenal memiliki gaya kepemimpinannya yang dekat dengan prajurit. Gaya kepemimpinan seperti itu pula yang membuat Presiden Joko Widodo memilihnya.


Meski berada di puncak pimpinan Angkatan Darat saat menjabat KSAD, Gatot tak segan turun dan bersama-sama anak buahnya di lapangan. Ia bukan tipe jenderal di belakang meja. Salah satunya adalah keterlibatan TNI AD yang terjun langsung untuk membangun rumah murah, perbaikan jalan rusak, membersihkan sungai dan pantai. Gatot bahkan ikut turun ke sawah membantu petani menanam padi.


Jenderal Gatot pun bukan prajurit karbitan. Ia tiba pada kursi pucuk pimpinan karena kinerja dan capaian-capaian lainnya. Bahkan Koordinator Komisi Untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (KontraS), Haris Azhar, menilai Gatot tidak memiliki catatan pelanggaran HAM, suatu momok yang biasanya dilekatkan para pegiat HAM kepada petinggi militer.


Sukses Polri yang didukung TNI dalam menumpas gerombolan teroris pimpinan Santoso di Poso, Sulawesi Tengah, juga bisa dimasukkan dalam daftar prestasi Gatot. Tak heran jika masyarakat Poso mengucapkan terima kasih kepadanya, dan juga kepada Kapolri Jenderal (Pol) Tito Karnavian.


Saat dipercaya sebagai KSAD, Gatot dikenal sebagai The Rising Star dalam TNI, sebuah predikat sama yang pernah disandang Letjen TNI Prabowo Subianto saat menjabat Danjen Kopassus menggantikan Letjen TNI Subagio HS, Desember 1995.


Secara pribadi, Gatot dikenal sebagai muslim yang taat beribadah. Saat masih menjabat Pangdam Brawijaya (2010-2011), ia rutin menjalankan ibadah shalat Subuh berjamaah di Masjid Al-Falah, Surabaya tanpa pengawalan khusus.
Sejumlah jabatan strategis di jajaran TNI Angkatan Darat yang pernah diembannya, yaitu Kasdivif 2/Kostrad (2007-2008), Dirlat Kodiklatad (2008-2009), Gubernur Akmil (2009-2010), Pangdam V/Brawijaya (2010-2011), Komandan Kodiklat TNI AD (2011-2013), Pangkostrad (2013-2014).


Dalam menjalankan tugas-tugasnya, khususnya saat memimpin TNI AD, Gatot membuktikan TNI mampu bersikap netral, profesional, dan tegas. Sikap itu sudah ditunjukkan saat mengamankan proses pemilu presiden (Pilpres) 2014.
Selain dikenal sebagai jenderal lapangan, penyandang DAN IV Karate ini juga dikenal sebagai sosok prajurit intelektual yang memiliki pandangan dan wawasan luas terhadap pembangunan pertahanan nasional.


Ia tampil beberapa kali sebagai pembicara di perguruan tinggi. Pemikirannya mengenai antisipasi proxy war sangat menarik. Ia juga memiliki banyak wawasan dan ide-ide segar tentang pertahanan nasional, yang banyak dimuat oleh media cetak dan online. Pul