71 Tokoh Berpengaruh 2016

Oleh: Benny Kumbang (Editor) - 12 August 2016

Sebagai nakhoda PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (Bank BTN), Maryono berhasil membawa institusinya berlari kencang dan menjadi motor penggerak pembangunan perumahan negeri ini. Tak salah jika kiprahnya itu mampu memberikan pengaruh besar pada kebijakan pembiayaan perumahan rakyat.

 

Program sejuta rumah yang menjadi target pemerintahan saat ini sangat menaruh harapan besar kepada Maryono dan BTN untuk dapat ikut berperan menyukseskannya. Pasalnya, BTN sudah didaulat sebagai pemeran utama dalam merealisasikan pembangunan rumah bagi rakyat kecil di Indonesia tersebut. Bagi Maryono bersama BTN, tentu tak perlu waktu lama untuk menyatakan kesiapannya.


“Ini adalah program pemerintah dan menjadi tugas mulia bagi kami untuk merealisasikannya. Ini juga menjadi obsesi kami, bagaimana masyarakat mendapatkan rumah yang layak dengan mudah dan murah,” ujar Maryono.
Seperti yang tertuang dalam UUD 1945, tambah Maryono, kebutuhan papan  merupakan kebutuhan pokok di antara sandang dan pangan.
“Saat ini masih ada backlog 14 juta,” kata Maryono.


Komitmen tersebut pun Maryono buktikan, kinerja Perseroan semester I 2016 masih menunjukan konsistensi Bank BTN pada bisnis utamanya itu.


“Bank BTN masih menjadi pemimpin pasar pembiayaan perumahan di Indonesia dengan pangsa pasar 31% dan posisi ini akan kami pertahankan dan terus diupayakan peningkatannya,” tandas Maryono.


Kredit yang disalurkan Bank BTN semester I 2016, tumbuh 18,39% dari Rp 126,12 triliun pada tahun 2015 menjadi sebesar Rp 149,31 triliun.


“Pertumbuhan kredit ini didukung oleh penyaluran kredit ke sektor perumahan sebesar Rp 135,74 triliun yang tumbuh 20,23% dari tahun sebelumnya sebesar Rp 112,91 triliun. Sementara kredit non perumahan sebesar Rp 13,57 triliun atau tumbuh 2,64% dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp 13,22 triliun,” papar Maryono.


Kredit ke sektor perumahan disalurkan untuk dukungan kredit perumahan subsidi dan kredit perumahan non subsidi. Kredit subsidi mencatatkan pertumbuhan cukup tinggi sebesar Rp 49,81 triliun atau tumbuh 31,18% dibanding tahun sebelumnya yang sebesar Rp 38,01 triliun. Sementara kredit non subsidi tercatat tumbuh 14,88% dari sebesar Rp 49,75 triliun menjadi Rp 57,15 triliun di semester I 2016.