71 Tokoh Berpengaruh 2016

Oleh: Benny Kumbang (Editor) - 12 August 2016

Ketika Joko Widodo (Jokowi) dilantik sebagai Presiden RI, maka pada saat itu pula Pratikno menjadi sosok terdekat dan paling dipercaya Presiden dalam melakukan penataan kesekretariatan negara. Sebagai Menteri Sekretaris Negara RI (Mensesneg), ia memiliki pengaruh besar dalam menata segala hal terkait protokoler kepresidenan.

 

Jauh sebelum Jokowi  menetapkan Pratikno sebagai Mensesneg, ia sudah berkontribusi untuk membantu Presiden Jokowi. Mulai dari perannya  menyelesaikan kerja Tim Transisi dan berlanjut terlibat  dalam penyusunan struktur kabinet kerja hingga pelantikan menteri.


Jika para menteri lain dalam Kabinet Jokowi JK baru ‘bekerja’ setelah pelantikan, lain lagi Pratikno yang disebut-sebut sudah berkiprah di pemerintahan baru beberapa hari sebelumnya.


Maka tak diragukan lagi mengapa mantan rektor Universitas Gadjah Mada ini ditunjuk untuk posisi sekretaris negara. Pengalaman, disiplin, serta kecekatan kerja dalam mengatur rencana kerja di lingkup pemerintahan merupakan point pada kriteria seorang mensesneg.


Dalam perombakan atau reshuffle kabinet jilid II yang diumumkan oleh Presiden Jokowi, Pratikno mendapat kesempatan mengumumkan profil 5 (lima) menteri yang berlatar belakang profesional.


“Pokoknya kami ini setiap hari kerja keras enggak karuan. Agenda Presiden setiap hari banyak. Ada rapat terbatas, panggil menteri dan seterusnya,” ujar Pratikno.


Dalam perkenalan kepada rakyat Indonesia, Presiden Jokowi menyebut, “Beliau (Pratikno) anak desa yang juga sama dengan saya, masuk kota. Sekarang anak desa masuk Jakarta.”


Ia memang berasal dari keluarga sederhana, kedua orangtuanya berprofesi sebagai guru SD. Menurut orang-orang terdekatnya, Pratikno dikenal selalu mementingkan pendidikan serta pemberdayaan sosial. Pratikno kecil tinggal di Dolokgede, tepatnya 40 kilometer dari kota Bojonegoro, desa yang dikelilingi hutan jati dan pertanian tembakau ini baru dialiri listrik pada 1994.


Karena tidak ada satu pun gedung sekolah, bersama dengan 13 temannya, Pratikno harus bersekolah dengan menumpang di rumah seorang kepala desa. Lokasi SMP yang berjarak 20 kilometer dari kampungnya, tidak lantas meluluhkan keinginan Pratikno untuk melanjutkan sekolah.