71 Tokoh Berpengaruh 2016

Oleh: Benny Kumbang (Editor) - 12 August 2016

Nama Abdul Muhaimin Iskandar atau yang akrab disapa Cak Imin melejit dipangung politik setelah ia berhasil menduduki jabatan Ketua Umum PKB selama tiga periode 2005-2010, 2010-2014, 2014-2009. Prestasinya menjadikan dia layak masuk dalam daftar tokoh berpengaruh di Indonesia 2016.

 

Pemilu 2014 menjadi puncak dari keberhasilan Muhaimin memimpin PKB. Dengan semangat mudanya, ia mampu meningkatkan suara partai dua kali lipat menjadi 9,04% (11.298.957) dengan mendapatkan 47 kursi di DPR-RI, di mana pada Pemilu 2009 PKB hanya mendapatkan suara 4,94 persen (27 kursi).


Di mata koleganya, Cak Imin dinilai berhasil membawa PKB menjadi partai besar, mengubah watak kerja menjadi profesional, memperbaiki hubungan dengan Nahdlatul Ulama (NU), serta membangun soliditas. Karena itu, pada Muktamar PKB 1 September 2014 ia terpilih kembali sebagai Ketua Umum secara aklamasi.


Melalui strategi politiknya yang kreatif, ia sukses dalam Pilpres 2014 dengan ikut mengantarkan Joko Widodo - Jusuf Kalla sebagai Presiden dan Wakil Presiden 2014-2019 bersama parpol pendukung lainnya, yakni PDI-P, Nasdem, dan Hanura.


Kemampuan komunikasi politik yang bagus juga menjadikan PKB berhasil mendistribusikan kader terbaiknya di Kabinet Kerja Jokowi JK. Setidaknya ada empat kader PKB yang duduk di kabinet, yakni Hanif Dhakiri (Menteri Tenaga Kerja), Muhammad Nasir (Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi), Marwan Jafar (Menteri Desa, Pembangunan Daerah Teringgal dan Transmigrasi), serta Imam Nahrawi (Menteri Pemuda dan Olahraga).


Sebagai partai yang memperoleh suara 9 persen, PKB jelas punya pengaruh besar dalam mengawal kebijakan pemerintah. Di penghujung tahun 2015 saat Indonesia mengalami krisis keuangan, Muhaimin melalui bendera PKB memberikan catatan kritis terhadap kebijakan ekonomi pemerintah.


Saat itu, ia  menyampaikan ada tiga hal yang perlu dikritik oleh partainya sebagai bentuk evaluasi terhadap pemerintah. Pertama, antarkabinet tidak solid alias muncul kegaduhan. Kedua, adanya faktor eksternal global seperti perang, krisis, dan sebagainya. Ketiga, pemerintah tidak memanfaatkan jumlah uang besar di APBN secara cermat dan tepat.


Selain itu, PKB juga mengkritik Paket Kebijakan Ekonomi Jilid I hingga Jilid VIII yang digagas untuk menyelamatkan perekonomian nasional. Muhaimin menilai, kebijakan tersebut lebih kepada jangka menengah hingga panjang, bukan untuk jangka pendek yang berdampak pada masyarakat luas, khususnya rakyat menengah ke bawah.