71 Tokoh Berpengaruh 2016

Oleh: Benny Kumbang (Editor) - 12 August 2016

Tak terbantahkan bahwa posisi sebagai orang nomor satu di negeri ini telah menjadikan Presiden Joko Widodo tokoh paling berpengaruh di Indonesia. Kemampuan mengonsolidasikan kekuatan politik nasional dalam
satu koalisi besar, juga menjadi bukti kekuatan pengaruhnya.

 

Ketika baru terpilih sebagai Presiden RI dan dilantik pada Oktober 2014, tak  sedikit kalangan yang meragukan mampukah Presiden Joko Widodo (Jokowi) bertahan menghadapi gempuran lawan-lawan politiknya, terlebih di tengah situasi ekonomi nasional, regional, bahkan global yang melesu.


Berbagai tantangan datang silih berganti, baik yang terjadi secara murni maupun by design oleh aktor-aktor politik. Terutama dalam setahun pertama pemerintahannya. Tapi berkat kepiawaian politiknya, Jokowi perlahan mampu melakukan konsolidasi dan memperkuat dukungan politiknya, sekaligus sukses menundukkan lawan-lawan politiknya.


Dalam tempo satu tahun semenjak berkuasa, posisi politik Presiden Jokowi makin di atas angin. Dengan masuknya PAN dan Golkar, pemerintahan Jokowi sudah didukung tujuh parpol, dari awalnya hanya empat.


Saat maju dalam pilpres 2014, parpol yang mendukung Jokowi hanyalah PDI Perjuangan, Nasdem, PKB, dan Hanura yang tergabung dalam Koalisi Indonesia Hebat alias KIH. Lawan politiknya adalah KMP atau Koalisi Merah Putih yang mengusung Prabowo.


Anggota KMP ini adalah Gerindra, Golkar, PKS, PAN, PPP, plus Demokrat. Untuk Demokrat memang tidak secara resmi masuk KMP. Tapi, saat pemilihan ketua DPR dan MPR, Demokrat gabung dalam KMP.


Tapi, kini KMP yang didengung-dengungkan sebagai koalisi permanen, akhirnya bubar. Satu per satu pesertanya menyatakan dukungan ke pemerintahan Jokowi. Dimulai dari PPP, kemudian PAN, dan yang terakhir Golkar.


“Ini memperlihatkan Pak Jokowi benar-benar kuat, sehingga lawan-lawannya memilih masuk daripada melawan secara frontal,” ungkap peneliti Lingkaran Survei Indonesia Adji Alfaraby dalam sebuah wawancara.


Lantas di mana letak kekuatan Jokowi? Adji melihat setidaknya ada empat faktor yang membuat lawan politik Jokowi tidak berdaya. Pertama, Jokowi tidak terpengaruh dengan manuver politik kelompok oposisi. Kebijakannya, seperti kartu sakti, vonis mati bandar narkoba, dan juga kenaikan BBM terus dilakukan meski kencang diprotes oleh lawan politiknya.


Kedua, Jokowi punya sikap terbuka untuk berkomunikasi dengan semua parpol. Bahkan, dengan Prabowo, lawannya di Pilpres 2014, Jokowi tetap menjalin komunikasi dengan baik. Ketiga, kisruh internal parpol yang diikuti perlawanan frontal mereka ke pemerintahan Jokowi untuk dapat pengesahan selalu kandas. Akhirnya, tidak punya pilihan kecuali mendukung pemerintahan Jokowi.


Keempat, Jokowi punya operator politik yang andal. Operator ini mampu menghubungkan Jokowi dengan parpol oposisi. Operator ini juga yang mampu menjinakkan manuver-manuver politik di DPR.


Selain memiliki stamina politik yang tinggi, Jokowi juga dinilai andal dalam melakukan konsolidasi dan komunikasi politik. Menurut Direktur Eksekutif Akar Rumput Strategic Consulting, Dimas Oky Nugroho, di tengah tekanan yang hebat di awal pemerintahan, Jokowi mampu melakukan konsolidasi politik.