Obsession Award 2016

Oleh: Benny Kumbang (Editor) - 25 February 2016

 

Di tengah perlambatan ekonomi tahun 2015, ia tetap mampu membawa BTN konsisten menorehkan kinerja cemerlang, berkat transformasi, kejelian mengamati tren, dan pilihan strategi. Hingga September 2015, BTN meraup laba bersih Rp 1,22 triliun, atau meroket 61,8%.


Peningkatan laba bersih tak lepas dari melonjaknya pendapatan bunga bersih sebesar Rp 4,96 triliun, atau meningkat tajam 24,43% dibandingkan capaian kuartal III tahun 2014. Capaian laba ini perseroan tercatat berada di atas performa rata-rata industri, yang malah turun 8,94% per 31 Agustus 2015.


Per 30 September 2015, BTN membukukan pertumbuhan aset sebesar 16,58% menjadi Rp 166,4 triliun. Sementara Dana Pihak Ketiga (DPK) tercatat Rp 124,47 triliun, atau naik 22%. Penyaluran kredit juga naik 19,04% menjadi Rp 131,58 triliun. Lagi-lagi, angka itu lebih baik dibanding rata-rata industri nasional.


 Maryono konsisten mempertahankan fokus perseroan dalam pembiayaan kredit perumahan (komposisi 89,61%), dengan posisi rasio kredit macet bersih tercatat turun di angka 3,18%. Maryono menargetkan NPL Gross akan berada pada kisaran 3% hingga akhir 2015.


Untuk itu, BTN serius melakukan recovery asset agar kualitas kredit dapat diperbaiki. Hingga Q3 2015, BTN telah melakukan recovery asset sebesar Rp1,12 Triliun atau 88,58% dari target. Sampai dengan akhir tahun 2015 Bank BTN merencanakan dapat melakukan recovery asset sekitar Rp1,27 Triliun.


Program pemerintahan Presiden Joko Widodo yang mencanangkan satu juta rumah pada April 2015, direspon dengan kesiapan BTN menyediakan rumah siap pakai.