Tokoh Berpengaruh 2017

Oleh: Benny Kumbang (Editor) - 12 August 2017

Peran Jenderal TNI Gatot Nurmantyo sangat berpengaruh dalam menggerakan pasukan atau alat pertahanan negara. Karena itu tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah salah satu tugas berat yang diembannya sebagai Panglima TNI.


Pria yang pernah menjadi Komandan Kodiklat TNI-AD, Pangdam V/Brawijaya dan Gubernur Akmil ini resmi menjabat sejak 8 Juli 2015. Kariernya naik ke puncak komando institusi TNI dari posisi Kepala Staf TNI Angkatan Darat ke-30.
Tak lama setelah menjabat Panglima TNI, Gatot segera mengidentifikasi salah satu masalah yang dihadapi prajurit TNI selama ini, yakni perkara kesejahteraan. Pada 2016 lalu, ia berhasil meningkatkan kesejahteraan prajurit TNI dalam bentuk pemberian gaji ke-13, ke-14 serta tunjangan kinerja ke-13.


Meski berada di puncak pimpinan Angkatan Darat saat menjabat KSAD, Gatot tak segan turun dan bersama-sama anak buahnya di lapangan. Di antaranya keterlibatan TNI AD yang terjun langsung untuk membangun rumah murah, perbaikan jalan rusak, membersihkan sungai dan pantai. Ia bahkan ikut turun ke sawah membantu petani menanam padi.


Jenderal Gatot pun bukan prajurit karbitan. Ia tiba pada kursi pucuk pimpinan karena kinerja dan capaian-capaian lainnya. Bahkan Koordinator Komisi Untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (KontraS), Haris Azhar, menilai Gatot tidak memiliki catatan pelanggaran HAM, suatu momok yang biasanya dilekatkan para pegiat HAM kepada petinggi militer.


Sukses Polri yang didukung TNI dalam menumpas gerombolan teroris pimpinan Santoso di Poso, Sulawesi Tengah, juga bisa dimasukkan dalam daftar prestasi Gatot.


Belum lagi operasi pembebasan sandera yang beberapa waktu lalu dilakukan oleh unit khusus TNI, juga berhasil membawa pulang dengan selamat semua sandera asal Indonesia yang ditahan oleh pihak ekstrimis di Filipina.


Berkat TNI yang sangat efektif dalam penumpasan teroris, Presiden Filipina Rodrigo Duterte dilansir dari Reuters via Nusantara, secara terbuka kepada media mengungkapkan pada Juni 2017 lalu, jika memang dirinya punya pilihan, ia tidak akan memilih bantuan dari AS, melainkan ia akan memilih TNI untuk bisa menyelesaikan masalah teroris di Marawi.