Tokoh Berpengaruh 2017

Oleh: Benny Kumbang (Editor) - 12 August 2017

Sejak menjabat Menteri Kelautan dan Perikanan RI pada 2014 lalu, Susi Pudjiastuti sontak menjadi public figure yang tak pernah lepas dari pemberitaan. Bukan karena gayanya yang sedikit nyentrik dan berbeda dengan gaya pejabat kebanyakan, namun juga kiprah dan dedikasinya pada negara, serta kebijakan-kebijakan yang telah dilakukan mampu meningkatkan sektor perikanan nasional yang terus bertumbuh.


Salah satu kebijakan dan keberhasilannya dalam memimpin Kementerian Kelautan dan Perikanan adalah menenggelamkan puluhan ribu kapal asing pencuri ikan di wilayah laut Indonesia. Kebijakan tersebut tentu berhasil meningkatkan sektor perikanan nasional yang terus bertumbuh. Yang membanggakan dan membuatnya bisa bernafas lega, adalah lembaga pangan dunia FAO juga mendukung sepenuhnya langkah tersebut dan memasukkan illegal fishing ke dalam rapat-rapat perjanjian.


Sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan, peraih gelar ‘Wadonna Pinunjul’ dari warga adat Sunda ini, memang sangat concern betul dalam menumpas pencuri ikan di wilayah perairan kita. Menurutnya, memberantas pencurian ikan bisa menguntungkan negara Indonesia. Untuk itu, Susi tak segan mengajak seluruh lapisan masyarakat, serta negara lain bersama-sama dengannya bersinergi memerangi pencurian ikan.


Dimulai pada 2017 ini, Kementerian Kelautan dan Perikanan juga memberdayakan Kelompok Pengawas Masyarakat (Pokwasmas) untuk membantu pencegahan awal pelaku penangkapan ikan, dan turut memberantas aktivitas penangkapan ikan destruktif, serta bekerjasama dengan LSM, hingga menyosialisasikan melalui media kampanye anti penangkapan ikan destruktif dalam media seperti poster, spanduk, stiker, dan kaos.


Pemerintah Indonesia juga berhasil mengganti nama Laut China Selatan menjadi Laut Natuna Utara. Susi menegaskan, pemerintah sangat berhak mengganti nama wilayah perairan yang masuk territorial Indonesia. “Nama perairan di wilayah tersebut seharusnya memang layak bernama Laut Natuna Utara. Wilayah tersebut bukan pula milik China sehingga memang layak untuk diganti menjadi Laut Natuna Utara,” tegasnya penuh semangat.


Ya, di bawah kepemimpinannya, banyak hal-hal positif yang telah dicapai Kementerian Kelautan dan Perikanan RI. Selain kebijakan dalam upaya memerangi penangkapan ikan illegal yang menjadi fokusnya untuk memperbaiki sektor perikanan RI, kondisi perikanan di Indonesia juga mengalami perkembangan yang luar biasa. Susi mengatakan, dalam dua tahun terakhir ini terjadi sejarah baru di dunia perikanan Indonesia, yakni peningkatan konsumsi ikan dalam negeri yang meningkat signifikan. Selain itu, stok ikan pun mengalami peningkatan pesat, dari semula yang hanya 9,93 juta ton pada 2016 lalu menjadi 12,541 juta ton di 2017.


Tak hanya itu, Susi yang peduli pada kaum nelayan ini, juga mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang dapat dirasakan manfaatnya oleh para nelayan. Seperti yang terlihat dari peningkatan nilai tukar nelayan sekitar 5 sampai 7%, dan nilai tukar usaha perikanan (NTUP) yang meningkat hingga 20%. Yang membanggakan, neraca perdagangan Perikanan Indonesia untuk yang pertama kalinya berhasil menjadi nomor satu di Asia Tenggara. (Ita)