Oleh: -

Naskah: Imam Fathurrohman Foto: Istimewa

Sebagai lembaga pemerintahan yang fokus di bidang pengkajian dan penerapan teknologi, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dituntut untuk terus melakukan inovasi. Sasarannya jelas, yakni untuk menjawab setiap tantangan yang berkembang setiap saat. Utamanya mendukung misi pemerintahan guna memperkuat kemampuan, kapasitas, dan kemandirian industri dalam negeri, mewujudkan kemandirian ataupun daya saing bangsa.

 

Sebuah tantangan yang patut dijawab dengan prestasi oleh Unggul Priyanto saat dirinya kali pertama didapuk sebagai Kepala BPPT pada 6 Juni 2014 silam. Untungnya, alumni Teknik Kimia Institut Teknologi Bandung (ITB) ini sudah mengenal betul seluk-beluk BPPT. Peraih gelar Doktor di bidang Teknologi Material di Kyushu University, Fukuoka, Jepang, ini meniti karier di BPPT sejak 1986. Apalagi ia juga sempat cukup lama menduduki jabatan Deputi Kepala BPPT Bidang Teknologi Informasi, Energi dan Material (TIEM). Di bawah kepemimpinannya, Kedeputian TIEM menghasilkan produk kerekayasaan yang diakui baik oleh kalangan industri, masyarakat maupun pemerintah.

 

Salah satu upaya Unggul untuk merealisasikan tantangan tersebut di antaranya dengan menggelar Kongres Teknologi Nasional (KTN) 2018 pada 17-19 Juli lalu. Kongres kali ketiga ini mengeluarkan sejumlah rekomendasi di bidang Teknologi Industri Pertahanan, Teknologi Kebencanaan, dan Teknologi Material. “Teknologi Keamanan harus mampu beradaptasi dengan tantangan keamanan masa depan, antara lain dengan pemanfaatan wahana tak berawak (drone), antisipasi terhadap ancaman cyber, dan pemanfaatan digital security system untuk pemantauan keamanan,” ujar Unggul Priyanto.

 

Lebih lanjut, di bidang Teknologi Industri Pertahanan, peserta KTN 2018 merekomendasikan perlu adanya jaminan keberlangsungan program produksi industri pertahanan sehingga memberikan manfaat yang memadai dibandingkan dengan nilai investasi. Di bidang ini, rekomendasi ditandai dengan penyerahan desain untuk standarisasi Kapal Cepat Rudal 60 meter (KCR-60). Model kapal cepat seperti ini sangat dibutuhkan TNI-AL untuk mendukung tugas operasional. Sementara untuk mendukung kesiapsiagaan terhadap bencana, BPPT memperkenalkan inovasi teknologi mitigasi bencana hidrometeorologi. Di berbagai belahan dunia, Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) telah banyak digunakan tidak hanya untuk menambah curah hujan tetapi juga untuk mengurangi hujan es, menghilangkan kabut, dan mengurangi curah hujan. Adapun di bidang teknologi material, BPPT ditantang untuk membahas inovasi dalam penyediaan bahan baku industri berbasis sumber daya lokal

 

Di bawah kepemimpinan Unggul, BPPT telah mencetak banyak inovasi teknologi di berbagai bidang. Di sektor transportasi, misalnya, BPPT bersama Kementerian Perhubungan telah menerapkan Light Rapid Transit (LRT) sebagai sistem yang terintegrasi, pengkajian pembangunan kapal dan pelabuhan yang sesuai standar, dan pengembangan prototipe sistem pengamatan penerbangan atau Automatic Dependent Surveillance-Broadcast (ADS-B). BPPT juga sukses menerapkan teknologi untuk meningkatkan produksi garam. Dengan teknologi itu petani bisa panen garam dalam empat hari dari sebelumnya yang membutuhkan waktu 12 hari. Proyek BPPT ini memproduksi garam lebih efisien dan semakin cepat.

 

Capaian BPPT hingga saat ini dinilai on the track, sesuai dengan target yang dicanangkan Unggul saat kali pertama dilantik. Saat itu ia berharap peran BPPT dapat lebih dirasakan dalam pembangunan nasional. BPPT akan mengutamakan pelayanan teknologi, pembuatan prototipe, dan konsultasi terkait pemilihan teknologi.