Oleh: -

Naskah: Arif Rahman Hakim Foto: Istimewa

 

Budi Harto lama berkarier di sebuah perusahaan konstruksi milik pemerintah, PT Wijaya Karya Tbk (WIKA). Kerja kerasnya membuahkan hasil yang manis, yakni ia memperoleh posisi sebagai Direktur Operational I di WIKA pada 2013 hingga 2015. Kemudian pemerintah melalui Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) memberinya tugas yang lebih besar lagi tantangannya di perusahaan konstruksi lainnya, yakni PT Adhi Karya (Persero) Tbk atau yang populer disebut ADHI, sejak 8 April 2016 hingga kini.

 

Sentuhan tangan dingin Budi membuat kinerja ADHI semakin mengkilap. Pada 2017 kontraktor pelat merah ini membukukan pertumbuhan pendapatan 36,98% secara year on year pada 2017. Berdasarkan laporan keuangan 2017 yang dipublikasikan pada Selasa (13/3/2018) ADHI membukukan pendapatan Rp15,15 triliun pada 2017. Jumlah tersebut naik 36,98% dari pencapaian 2016 Rp11,06 triliun. Laba bersih ADHI naik 64,43% dari Rp313,45 miliar menjadi Rp515,41 miliar. Selanjutnya kinerja keuangan ADHI terkerek proyek properti dan infrastruktur pada kuartal I/2018. Budi mengatakan, kontribusi terbesar pendapatan perseroan berasal dari proyek infrastruktur dan properti. Dua sektor tersebut menjadi pendongkrak kinerja keuangan pada kuartal I/2018. Secara detail Investor Relations Adhi Karya Tiara Nursyani menjelaskan, proyek properti perseroan berasal dari anak usaha, PT Adhi Persada Properti. Selain itu, divisi usaha transit oriented development (TOD) juga memberikan kontribusi.

 

Dari sisi infrastruktur Tiara menyebut proyek light rail transit (LRT) menjadi pendongkrak kinerja keuangan perseroan. “Jadi pendapatan bersumber] dari hasil progres pekerjaan kami.” jelasnya saat dihubungi akhir pekan lalu. Sebagai catatan, ADHI berencana mengembangkan proyek properti untuk keperluan pemukiman hingga komersial bernama LRT City. Proyek itu, antara lain terletak di Bekasi Timur, Sentul, Jaticempaka dan Ciracas. Proyek LRT terdiri atas jalur pelayanan Cawang-Cibubur, Cawang-KuninganDukuh Atas, Cawang-Bekasi Timur, Dukuh Atas-Palmerah-Senayan, Cibubur-Bogor, dan Palmerah-Grogol. Dalam proyek LRT itu, ADHI menjadi kontraktor berdasarkan penugasan pemerintah. 

 

Berdasaran laporan keuangan kuartal I/2018 ADHI mengantongi pendapatan Rp3,14 triliun. Jumlah tersebut naik 39% dari kuartal I/2017 Rp2,24 triliun. Sejalan dengan kenaikan pendapatan tersebut, beban pokok penjualan emiten berkode saham ADHI itu naik 34% secara tahunan. Perseroan mengeluarkan beban pokok penjualan Rp2,71 triliun pada kuartal I/2018. Sementara itu, ADHI mengantongi nilai kontrak baru (NKB) Rp3,0 triliun pada Maret 2018. Pencapaian itu tumbuh 78,6% dibandingkan dengan Februari 2018 Rp1,3 triliun. Adapun NKB periode Maret 2018 berasal dari pekerjaan Trans Park Bekasi Rp845,8 miliar, Tol Bakauheni Rp186,8 miliar, dan penataan Kawasan Kompleks Gelora Bung Karno Rp134,2 miliar. Dengan demikian kontribusi terbesar masih didominasi lini konstruksi dan energi 87,3%. 

 

Budi Harto dilahirkan di Boyolali, Jawa Tengah, 11 September 1959. Ia meraih Program Magister Psikologi Industri dari Universitas Tujuh Belas Agustus, Surabaya pada 2002, Magister Manajemen Universitas Gajah Mada, Yogyakarta pada 1997, dan Teknik Sipil Sebelas Maret, Surakarta pada tahun 1983. Budi lama berkecimpung di WIKA, antara lain pernah menduduki posisi Komisaris Utama PT WIKA Intrade (2008-2009), Presiden Komisaris PT WIKA Gedung (2009-2010), Direktur Operasi I WIKA Gedung (2008-2013), Direktur Operational I WIKA ( 25 April 2013 - 22 April 2015).