Oleh: -

Naskah: Giattri F.P Foto: Sutanto

Tak berlebihan jika menyebutnya sebagai salah satu CEO terbaik di negeri ini. Betapa tidak, sebagai nakhoda Perum Jasa Tirta (PJT) II pada 2016 silam, ia mampu membawa perusahaan pelat merah tersebut berlari kencang.

 

Akselerasi bisnis PJT II berbuah positif dalam dua tahun terakhir. Meski harus meraih profit sekaligus berperan sosial, namun kinerja keuangan selama tahun 2016 -2017 meningkat pesat. Bila laba bersih tahun 2015 sebesar Rp54,60 miliar, maka laba bersih (audited) 2016 melonjak menjadi Rp170,65 miliar. Tahun 2017 naik menjadi Rp185,17 miliar. Laba tersebut 60 persen bersumber dari lini usaha pembangkit listrik. Sedangkan 40 persen dari usaha lain seperti pengelolaan air bersih maupun pariwisata. Tak henti sampai di situ, laporan keuangan 2016 dan 2017 PJT II tersebut meraih Predikat AAA dari Kementerian BUMN. Ini merupakan pencapaian tertinggi yang diraih PJT II mengingat jumlah BUMN yang mendapat penilaian AAA dari Kementerian BUMN masih terbatas.

 

Kenaikan pendapatan dan juga laba PJT II tersebut salah satunya lantaran berhasil melakukan pembenahan berbagai sisi kegiatan, efisiensi dan efektifitas. Aset total PJT II selama dua tahun terakhir terus meningkat. Bila tahun 2016 aset total sebesar Rp941,10 miliar, maka 2017 sudah mencapai Rp1,13 triliun, dan ditargetkan 2018 mencapai Rp1,42 triliun. Keberhasilan menaikan laba PJT II bukan hal mudah, mengingat 90 persen pengelolaan air perusahaan tersebut untuk kepentingan sosial, hanya 10 persen untuk usaha. Dalam lima tahun terakhir, ekuitas dan aset PJT II terus meningkat. Pada 2017 aset PJT II sudah di atas Rp1 triliun. Hal tersebut menunjukkan kemampuan PJT II membayar proyek dan kewajiban, meskipun tidak menerima subsidi dari APBN. 

 

nerima subsidi dari APBN. Penyerapan modal (Capital Expenditure/ Capex) pun mengalami peningkatan. Capex pada 2016 dari Rp50,31 miliar, lalu meningkat lebih dari 100 persen pada 2017 menjadi Rp174,41 miliar. Pada 2018, nilai capex diprediksi Rp571,42 miliar. Adapun dari maturitas skor Kriteria Penilaian Kinerja Unggul (KPKU) yang diterbitkan Kementerian BUMN, pada tahun 2017 PJT II mencapai skor 510 dari targetnya 496. Di bawah komando Djoko, sinergi dengan instansi terkait infrastruktur air pun digencarkan. Misalnya, bekerja sama dengan PDAM membangun Instalasi Penjernihan Air (IPA) dan membangun pipa penyaluran air hingga ke rumah-rumah tangga.

 

Lebih lanjut Djoko menuturkan, tahun ini PJT II melakukan pengembangan wilayah sungai pada tiga lokasi yang akan dilakukan ground breaking pada bulan Oktober. Bila proyek tersebut bisa dikerjakan akan menjadi proyek air terbesar di Indonesia. “Bagi kami, ini merupakan bentuk milestone yang harus diraih dan diselesaikan karena berkontribusi langsung terhadap masyarakat yang masih membutuhkan air bersih namun belum disentuh oleh banyak badan usaha,” ungkap peraih penghargaan The Best Leader Revolusi Mental Etos Kerja Terbaik Silver Winner pada acara Revolusi Mental Award 2018, beberapa waktu lalu itu.

 

Karenanya, Djoko berharap, sepanjang 2018 keinginan PJT II menjadi penyedia air terkemuka di ASEAN bisa tercapai. “Saya ingin, selama memimpin PJT II dapat memberikan legacy yang baik kepada perusahaan dan sistem dalam perusahaan ini juga bertambah baik. Prosedur pelaksanaan tugas dan pendapatan perusahaan pun lebih baik sehingga bisa lebih kompetitif pada masa mendatang,” pungkasnya. Berkat segala pencapaian tersebut berbagai penghargaan pun ditorehkan, antara lain BUMN Terbaik Bidang Non-Keuangan Sektor Perkebunan, Perikanan & Penunjang Pertanian dan Perusahaan Terpercaya Dalam Kinerja & Pelayanan Terbaik 2017.