Kiprah Kabinet Kerja Di 73 Tahun kemerdekaan Sebuah Pencapaian

Oleh: Andi Nursaiful (Administrator) - 31 October 2014

Naskah: Sahrudi Foto: Istimewa

Ia dikenal sebagai pebisnis sukses yang pernah duduk di berbagai jabatan prestise sejumlah perusahaan besar di antaranya menjadi penasihat di PT Indosiar Visual Mandiri, PT Indocement Tunggal Prakarsa, dan PT Citra Marga Nusaphala Persada yang dirintis Siti Hardijanti Rukmana atau Mbak Tutut dan kini dikemudikan--salah satunya--oleh putri Jusuf, Fitria Yusuf, sebagai wakil direktur utama. “Saya jadi advisor (di perusahaanperusahaan itu-red) karena teman yang minta. Kalau cuma ngandelin gaji perusahaan, nggak seberapa. Tapi rezeki yang saya dapat sebelum pensiun itu gede. Dan kebetulan saya pemegang saham publik di perusahaan besar-besar,” kata Jusuf.

 

Kini, Yusuf Hamka juga dikenal sebagai sosok yang dekat dengan dunia sosial keagamaan. Ya, anak angkat ulama besar Buya Hamka itu kini lebih bergiat dengan aktivitas membangun persatuan dan kesatuan umat Islam dan antar anak bangsa melalui berbagai cara semisal di bulan Mei 2018 ia mendirikan Masjid Babah Alun di Jakarta Utara. Masjid yang dibangun dengan anggaran Rp 5,5 miliar itu berlokasi di kolong tol, bergaya arsitektur China, dan berhias aksara Mandarin di atas pintu masuknya. Maklum, Jusuf Hamka adalah seorang mualaf keturunan Tionghoa dan Masjid Babah Alun bukan masjid yang pertama dibangun Jusuf. Jauh sebelum itu, ia pernah mendirikan masjid di kota kelahirannya, Samarinda, Kalimantan Timur. Mendirikan masjid memang sudah ia niatkan sejak berucap dua kalimat syahadat di hadapan Buya Hamka pada 1981 silam. Ia memiliki tekad membuat lagi 1.000 masjid.

 

“Dulu ayah angkat saya, Buya Hamka, bilang, ‘Setiap kamu mau berbuat baik, enggak usah khawatir. Nanti dananya Allah yang cariin.’ Saya awalnya enggak percaya,” kata Jusuf, mengenang ucapan sosok yang ia kagumi dan ternyata kemudian apa yang diucapkan Buya Hamka memang terbukti. Jusuf bersyukur diberikan nama oleh Buya Hamka. “Alhamdulillah, saya dikasih nama oleh Buya, itu barokah. Sampai saya bisa jadi (sukses) karena doa Buya dan teman-teman, dan Allah meridai,” ujarnya. 

 

Ia ingat betul pesan Buya. “Kelak harta yang kamu makan akan jadi kotoran, harta yang kamu simpan akan jadi rebutan dan warisan, tapi harta yang kamu sedekahkan insyaallah akan jadi tabungan kekal di akhirat.” Sedekah dan dakwah. Petuah Buya itu hingga kini tertanam kuat di benak Jusuf, dan terus menjadi inspirasi di setiap langkahnya. Di lebih separuh abad usianya kini, Yusuf menerapkan prinsip hidupnya yakni berbuat baik tak pandang suku, agama, dan ras. Ia lebih suka berbagi dengan cara lain yang tak hanya memberikan uang atau barang, ia mencetuskan ide menjual makanan murah untuk membantu orang-orang yang kekurangan. Hasil penjualan nantinya akan diputar kembali untuk berbagi, sampai kemudian berdiri Warung Nasi Kuning Podjok Halal di Jalan Yos Sudarso Kav 28 Jakarta Utara yang ia buka tepat di samping kantor ia bekerja di PT Citra Marga Nusa Pala (CMNP).

 

Sikap mulia Jusuf ia persembahkan atas rasa kebersyukurannya dan juga demi tabungan di akhirat nanti. Sebab, anugerah syukur dari Tuhan telah melimpah ruah diberikan Tuhan kepadanya, untuk itu, kata dia, mengapa tak dibagikan bagi orang yang kekurangan. “Warung ini merupakan pola pertama untuk membentuk suatu sistem. Siapa tahu dari pengusaha bisa membantu sesama dengan cara ini,” ujar Jusuf. Ia tak merasa dirinya sebagai ustaz atau yang oaling baik beragama. Namun, menurutnya perlakunya itu dapat menyontohkan orang lain agar bisa bermanfaat bagi sesama manusia apalagi orang-orang yang berkebutuhan dan kekurangan.