Kiprah Kabinet Kerja Di 73 Tahun kemerdekaan Sebuah Pencapaian

Oleh: Andi Nursaiful (Administrator) - 31 October 2014

Naskah: Arif Rahman Hakim Foto: Istimewa

PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA), perusahaan konstruksi milik pemerintah, mempunyai bos baru. Dia adalah Tumiyana. Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mengangkatnya sebagai Direktur Utama WIKA pada 24 April 2018. Sebelumnya ia menduduki posisi Presiden Direktur PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk, BUMN yang bergerak di bidang perencanaan dan konstruksi bangunan.

 

Tantangan yang dihadapi Tumiyana tidak kecil. Ia dituntut dapat membawa WIKA lebih maju. Pasalnya, sebelum dia berlabuh di WIKA, pada tahun 2017 perusahaan pelat meraih ini memiliki kinerja bagus. Untuk itu Tumiyana mendapat amanah untuk mengantarkan kinerja WIKA lebih mengkilap di tahun ini dan di masamasa mendatang. WIKA membukukan laba sebesar Rp 1,2 triliun sepanjang 2017. Capaian itu merupakan rekor baru laba perseroan sepanjang sejarah. Pencapaian laba tahun 2017 tersebut hampir dua kali lipat dari laba tahun 2015 yang hanya berada pada kisaran Rp 675 miliar dan melonjak signifikan dari laba tahun 2016 sebesar Rp 1,06 triliun.

 

Kenaikan laba ini didukung oleh penjualan perseroan yang mencapai Rp 26,18 triliun pada 2017, naik 67,06 persen dari penjualan 2016. Kontribusi penjualan terbesar datang dari sektor infrastruktur dan bangunan gedung sebesar 62,25 persen, disusul sektor industri penunjang infrastruktur sebesar 17,92 persen, sektor energi dan industrial plant sebesar 14,41 persen, serta sektor realty dan properti sebesar 5,41 persen. Kesehatan keuangan WIKA juga mencapai rekor terbaik sepanjang sejarah dengan posisi kas dan setara kas WIKA mencapai Rp11,25 triliun. Posisi utang berbunga sebesar Rp9,01 triliun dan total ekuitas Rp14,63 triliun, menghasilkan rasio utang gross gearing dan net gearing masing-masing sebesar 0,62 kali dan minus 0,15 kali.

 

Pada kuartal I/2018 WIKA mengantongi pendapatan Rp6,25 triliun. Jumlah tersebut naik 64,09% dari periode sebelumnya Rp3,81 triliun. Sejalan dengan pertumbuhan pendapatan tersebut, beban pokok penjualan dan pendapatan emiten berkode saham WIKA itu naik 65,61% secara tahunan. Tercatat, beban pokok penjualan dan pendapatan naik dari Rp3,40 triliun menjadi Rp5,63 triliun. Pada kuartal I/2018, WIKA memiliki total ekuitas Rp14,73 triliun atau naik 0,70% secara tahunan. Adapun, total liabilitas justru tercatat naik 14,13% secara tahunan menjadi Rp35,43 triliun pada kuartal I/2018. Tercatat, total aset perseroan tumbuh 9,83% pada kuartal I/2018. WIKA memiliki total aset Rp50,17 triliun pada periode tersebut.

 

WIKA memperoleh pekerjaan baru dari empat sektor yakni industri, infrastruktur dan bangunan, energi dan kawasan industri, serta properti pada kuartal I/2018. Nilai kontrak baru (NKB) tertinggi yang dikantonginya itu terbesar berasal dari sektor infrastruktur dan bangunan senilai Rp7,55 triliun. Secara detail NKB untuk masing-masing sektor, yakni industri Rp2,04 triliun, energi dan kawasan industri Rp662 miliar, dan properti Rp197 miliar.

 

Dengan demikian, realisasi kontrak baru WIKA Rp10,45 triliun per kuartal I/2018 atau 18.25% dari target perseroan Rp57,24 triliun pada tahun ini. Tumiyana dilahirkan di Klaten, Jawa Tengah, 10 Februari 1965. Ia meraih Magister Manajemen dari IPWI dan Sarjana Teknik dari Universitas Borobudur. Beberapa jabatan strategis yang pernah didudukinya antara lain adalah Direktur Keuangan PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk pada periode 2008 – 2013 dan Presiden Direktur PT Pembangunan Perumahan (2016 – 2018). Selanjutnya sejak 24 April 2018 hingga kini Tumiyana menjadi orang nomor satu di WIKA.