Kiprah Kabinet Kerja Di 73 Tahun kemerdekaan Sebuah Pencapaian

Oleh: Andi Nursaiful (Administrator) - 31 October 2014

Naskah: Iqbal R. Foto: Sutanto

Dialah salah satu rektor terbaik di negeri ini. Pasalnya, di bawah kemudi Prof. Dr. Ir. Kadarsah Suryadi, DEA, Institut Teknologi Bandung (ITB) berhasil menjelma menjadi Entrepreneurial University dalam bidang excellent in inovation dengan menghadirkan Pusat Iptek Nasional. Tak hanya itu, PTN berjulukan Kampus Ganesha tersebut tak henti mematri prestasi.

 

Pusat Iptek unggulan tersebut dari Pusat Mikroelektronika, Pusat Penelitian Nanosains dan Nanoteknologi, Pusat Teknologi Pertahanan dan Keamanan, Pusat Pengembangan Teknologi Transportasi Berkelanjutan serta Carbon Capture Storage. Pusat Pengembangan Teknologi Transportasi Berkelanjutan kini telah bekerja sama dengan Massachusetts Institute of Technology (MIT) dalam menciptakan dan mencari solusi terhadap alat transportasi yang tidak bergantung pada energi fosil.

 

Sementara Pusat Teknologi Pertahanan dan Keamanan diharapkan mampu membuat alat-alat persenjataan dan alusista di dalam negeri agar mengurangi ketergantungan impor. Sebagai pendidik, Kadarsah terus memberikan pemahaman kepada mahasiswanya untuk selalu mengembangkan diri, ilmu, dan tak henti berinovasi agar memberikan manfaat kepada masyarakat lokal maupun Internasional. Menurutnya, suatu negara akan semakin dihormati oleh bangsa lain di dunia kalau ilmu pengetahuannya semakin maju. Maka tak ayal, di bawah nakhodanya ITB sukses menelurkan 85 startup company berbasis teknologi, 18 di antaranya sudah diterapkan masyarakat luas.

 

Pria yang gemar bermain harmonika ini terus mendorong mahasiswanya agar dapat tahan dalam berbagai situasi dan beradaptasi terhadap perubahan. Mereka juga dituntut memiliki kemampuan inter networking supaya tidak bekerja sendiri, entah itu lintas universitas maupun lintas Negara. Untuk lintas Negara, Kadarsah meminta agar memiliki kemampuan multi linguistik, bukan hanya bahasa Inggris, karena baginya hal ini akan menjadi modal dalam mengakses di berbagai macam keadaan. Menghadapi industri 4.0, ia sangat tanggap untuk tidak tergantung terhadap produk luar. Oleh karena itu, ITB memiliki lembaga pengembangan inovasi kewirausahaan yang mewadahi inovator yang akan berinovasi.

 

Hingga saat ini ITB telah menjalin lebih dari 350 lebih kerja sama dengan berbagai negara dalam melakukan inovasi. “Misalnya dengan Jepang, kami meneliti pengurangan kadar CO2 di udara lewat cara ditangkap dan dimasukan ke dalam tanah. Di Jakarta kami bekerja sama dengan Toyota melakukan pengukuran dampak polusi kendaraan terhadap lingkungan. Hasilnya akan digunakan untuk mengurangi racun akibat asap kendaraan,” ungkap Kadarsah. Beragam penghargaan kerap ditorehkan Laskar Ganesha baik di kancah lokal maupun global, antara lain berhasil menyabet lima nominasi juara sekaligus dalam kompetisi I-CAPS (International Student Joint Capstone Design Project) 2017 serta kembali menjadi satu-satunya delegasi dari Indonesia dalam ajang CaseIT 2017 yang digelar oleh Simon Fraser University di Vancouver, Kanada. Prestasi tersebut membuktikan eksistensi ITB sebagai world class university.

 

Baru-baru ini, ITB meraih penghargaan SINTA Award dari Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) kategori Institusi dengan Produktivitas Publikasi Tertinggi Kriteria Jumlah publikasi internasional bereputasi dalam tahun 2017-2018. “Publikasi ilmiah saat ini memegang peranan sangat penting sebagai bukti pertanggung jawaban ilmiah hasil penelitian sehingga dapat dikenal luas secara global,” tukas Menristekdikti Mohamad Nasir. Tak kalah penting, Kadarsah pun memiliki komitmen untuk senantiasa menjaga mutu pendidikan tinggi di ITB. Hal itu dibuktikan pada Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) menjadi universitas dengan nilai rerata diterima tertinggi dalam bidang saintek dengan nilai rerata 659,26 dan untuk nilai rerata bidang soshum sebesar 648,33.