Kiprah Kabinet Kerja Di 73 Tahun kemerdekaan Sebuah Pencapaian

Oleh: Andi Nursaiful (Administrator) - 31 October 2014

Naskah: Vina Agustina Foto: Edwin Budiarso

Sebagai negara dengan penduduk mayoritas umat Islam, urusan haji dan umrah selalu menjadi perhatian publik. Apalagi, Indonesia merupakan penyumbang jemaah haji dan umrah terbesar di dunia, sehingga penanganan haji dan umrah harus menjadi concern pemerintah.

 

Sadar akan hal itu, Prof. Dr. Nizar Ali, M.Ag., yang dilantik sebagai nakhoda baru Direktur Jenderal Penyelenggara Haji dan Umrah (PHU) pada tanggal 2 Agustus 2017 segera meracik program dan strateginya. Tak butuh waktu lama, sehari setelah pelantikannya, Nizar Ali segera memberlakukan pola MBS, yakni Menyatu, Bersama, dan Sejahtera. Inilah konsep awal Nizar Ali membenahi dan meningkatkan kinerja di satuannya. “Menyatu, artinya saling bekerja sama dan bahu-membahu sehingga tercipta persatuan,” ujar Nizar Ali, kala itu. Pola kedua adalah bersama Nizar mengingatkan jajarannya tentang pentingnya kebersamaan dalam mengelola organisasi. Ia meminta agar jajaran Ditjen PHU saling sinergi, menguatkan satu sama lain, bukan saling menjatuhkan dan menjegal. 

 

Adapun pola takhir adalah sejahtera. Menurutnya, jika jajaran Ditjen PHU bisa menyatu dan bersama dalam bekerja, maka akan memunculkan kesejahteraan. “Pola ini apabila dapat diterapkan, akan menjadi energi yang positif dalam melaksanakan tugas. Dan tak lupa juga untuk selalu berdoa,” ungkapnya. Di luar dugaan, Mantan Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) ini kemudian melakukan terobosan-terobosan pelayanan haji dan umrah yang luar biasa. Mulai dari layanan tenda baru yang dipasang oleh pihak Muassasah Asia Tenggara.

 

Tenda ini dilengkapi beragam fasilitas tambahan, antara lain: air cooler, karpet, penerangan LED, mist fan, toilet, dapur dan disediakan genset. Nizar juga meminta petugas Perlindungan Jamaah (Linjam) yang terdiri dari TNI dan Polri, untuk menjaga titik-titik rawan di sekitar Mina, seperti juga di ArafahMusdalifah-Mina dan Jamarat. Lebih lanjut, terobosan paling spektakuler tahun ini ialah gelang haji yang dilengkapi QR code. Di dalamnya memuat data rinci jamaah haji, antara lain: identitas, daerah asal, termasuk nomor hotel yang ditempati selama di Arab Saudi. Tak hanya itu, guru besar Ilmu Hadits UIN Sunan Kalijaga ini juga melakukan beberapa terobosan besar pelayanan haji. Pertama, rekrutmen petugas berbasis Computer Assisted Test (CAT). Selain untuk transparansi, terobosan ini diharapkan dapat memilih petugas haji yang profesional dan siap melayani jamaah haji.

Terobosan kedua, menambah toilet portable di Mina. Sebab, selama ini, antrian panjang di toilet Mina menjadi salah satu yang dikeluhkan oleh jamaah. Terobosan ketiga terkait tas dan koper jamaah. Tahun ini, jamaah mendapatkan tas kabin berupa koper, sehingga diharapkan akan memudahkan mobilitas mereka. Tahuntahun sebelumnya, tas kabin diberikan dalam bentuk tas tenteng. Paspor dan koper jamaah juga akan diberi tanda warna. Jadi, untuk setiap rombongan jamaah dalam satu kloter, akan menggunakan tanda warna yang berbeda. Keempat, terobosan yang dilakukannya adalah pelimpahan porsi.

 

Mulai tahun ini, calon jamaah yang meninggal setelah adanya penetapan keberangkatan yang dikeluarkan Ditjen PHU pada 12 Maret 2018, boleh diganti anggota keluarganya. Terobosan kelima, pemeriksaan biometric dan sidikjari di 13 embarkasi Tanah Air. Sebelumnya, pemeriksaan biometric dan sidikjari dilakukan saat jamaah tiba di bandara Arab Saudi, baik Jeddah maupun Madinah. Akibatnya, antrian di bandara menjadi sangat panjang dan lama, sementara kondisi jamaah lelah usai melakukan penerbangan dari Indonesia.

 

Bahkan, khusus tahun ini, untuk jamaah yang berangkat dari embarkasi Jakarta dan Surabaya, begitu mendarat di bandara Arab Saudi bisa langsung masuk bus. Kabar baik lainnya, mulai tahun 2018, layanan catering bagi jamaah haji Indonesia selama di Makkah juga akan ditambah. Kalau tahun lalu hanya 15 kali makan, tahun ini bertambah menjadi 40 kali makan. Berbagai terobosan yang Nizar lakukan, ternyata menuai kepuasan dari jamaah haji. Terbukti dari Indeks Kepuasan Jamaah Haji (IKJHI) Tahun 2017, yang merupakan Indeks Kepuasan tertinggi selama 8 tahun terakhir.

 

Data menunjukkan bahwa IKJHI tahun 2010 berada pada angka 81,45%, tahun 2011 naik menjadi 83,31%, 81,32% (2012), 82,69% (2013), 81,52% (2014), 82,67% (2015). Sedangkan untuk tahun 2016 berada pada angka 83,83%. IKJHI tahun 2017 kembali naik menjadi 84,85%, dan tahun ini ditargetkan naik 0,15,sehingga mencapai 85 atau masuk kategori sangat memuaskan.