Obsession Awards 2019

Oleh: Iqbal Ramdani () - 11 March 2019

Naskah: Giattri F.P. Foto: Edwin B./Istimewa

Menteri Pariwisata RI Arief Yahya adalah salah satu menteri yang sarat akan prestasi. Kerja nyata pria kelahiran Banyuwangi, 2 April 1961 ini membuat sektor pariwisata Indonesia menggeliat bahkan bergaung di dunia.

 

Presiden RI Joko Widodo belum lama ini dalam sambutannya di Gala Dinner Ulang Tahun ke-50 Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia di Jakarta, menuturkan, pariwisata Indonesia kini sudah mendapatkan pengakuan dunia, seperti destinasi terindah di dunia, Bali dinobatkan sebagai The Best Destination in the World oleh TripAdvisor pada 2017. Rough Guides, situs Pemandu Perjalanan Asal Inggris, menetapkan Indonesia sebagai negara ke-6 terindah di dunia. Lonely Planet juga menetapkan Indonesia sebagai salah satu dari Top Ten Countries Best to Travel 2019. Tak hanya itu, data dari World Travel & Tourism Council (WTTC) pada tahun 2018 juga menetapkan Indonesia dalam jajaran negara dengan pertumbuhan pariwisata tercepat, yakni peringkat 9 di dunia, peringkat 3 di Asia, dan peringkat 1 di Asia Tenggara. Peringkat Indonesia di Travel and Tourism Competitiveness Index (TTCI) World Economic Forum pun melesat dari ranking 70 di tahun 2013 menjadi ranking 42 di tahun 2017.

 

Country branding Wonderful Indonesia pun telah meraih puluhan penghargaan tingkat dunia. Selama 2016, Wonderful Indonesia menerima 46 penghargaan pada berbagai event di 22 negara, salah satunya The Best Exhibitor 2016 Internationale Tourismus Borse (ITB) di Berlin. Tahun 2017, meraih 27 penghargaan di 13 negara, antara lain People’s Choice Award UNWTO & UNWTO Video Competition 2017 Region East Asia and Pacific (China), Destination of the Year di TTG Travel Awards 2017 (Bangkok), dan The Best Exhibitor 2017 di ITB (Berlin). Sementara tahun 2018, Wonderful Indonesia diganjar 66 penghargaan pada berbagai event di 15 negara, di antaranya The Best Ministry Of Tourism di TTG Travel Awards 2018 (Bangkok), Most Popular Both Awards dan Most Outstanding Both Awards pada pameran pariwisata Beijing International Travel Expo (BITE) 2018, dan Brand of The Year Indonesia 2018. “Awal 2019, Wonderful Indonesia menerima 3 penghargaan pada berbagai event di 3 negara,” ungkap Arief. 

 

Performansi pemasaran dan devisa pariwisata Indonesia juga memperlihatkan hasil yang membanggakan. Ini dibuktikan dengan rata-rata pertumbuhan wisatawan mancanegara tahun 2014-2017 sebesar 49 persen, lebih tinggi dibandingkan periode tahun 2011-2014 sebesar 23 persen. Pertumbuhan wisman Indonesia di tahun 2017 juga mengalami pertumbuhan tiga kali lipat dibanding dengan pertumbuhan global dan regional. Indonesia tumbuh 22 persen, lebih tinggi dibanding regional ASEAN yang tumbuh 7 persen dan pertumbuhan dunia sebesar 6,4 persen. Hal itu tentu tak lepas dari strategi Go Digital yang dijalankan oleh Kemenpar. “Sadar atau tidak sadar, suka atau tidak suka, sudah terjadi perubahan perilaku pasar. Semua telah bergeser ke arah digital. Terlebih saat ini di mana industri dunia telah bergeser ke arah industri digital, era 4.0. Digital sudah mengubah customer behavior, menuju ke mobile, personal, dan interaktif. Di pariwisata, search and share itu 70 persen sudah melalui digital. Sudah tidak lagi bisa mengandalkan walk in service. Mengharapkan customers datang langsung ke kantor travel agent untuk reservasi tiket dan memilih paket wisata,” urai Arief.

 

Seiring dengan pertumbuhan jumlah wisman, pariwisata menjadi Top-3 penyumbang devisa terbesar. Devisa Pariwisata 2017 mencapai USD15,20 miliar. Maka tak ayal, Jokowi pun menegaskan pariwisata adalah leading sector ekonomi bangsa. “Menteri Pariwisata kita ini, Pak Arief Yahya memang sangat optimistis dan kelihatan sekali pertumbuhan pariwisata Indonesia lebih tinggi dari rata-rata dunia. Diharapkan pada 2020, sektor pariwisata bisa menyumbangkan devisa terbesar melampaui CPO (minyak sawit mentah). Ini akan menjadi sebuah motor penggerak ekonomi bangsa dan yang paling kita senangi, pariwisata ini bisa menetes sampai ke bawah efek ekonominya,” ungkap RI-1. Arief pun telah melakukan sejumlah langkah agar semakin banyak masyarakat yang merasakan dampak pariwisata yang menetes sampai ke bawah, yang bisa dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat, seperti Pengembangan 10 Bali Baru sebagai Destinasi Prioritas, di antaranya Borobudur (Jawa Tengah), Mandalika (Nusa Tenggara Barat), Labuan Bajo (Nusa Tenggara Timur), dan Danau Toba (Sumatera Utara). 

 

Untuk contoh pengembangan sektor pariwisata daerah, Pendapatan Asli Pemerintah Daerah Danau Toba bila ditotal mengalami kenaikan sebesar 79 persen dibandingkan tahun 2016, sejak pariwisata menjadi prioritas dengan CEO Comitment yang baik maka pariwisata semakin dilestarikan akan kian mensejahterakan. Investasi Pariwisata juga mengalami pertumbuhan positif, yakni pada 2017 tumbuh 32,17 persen dibandingkan tahun 2016. Tahun ini, Arief menargetkan kunjungan wisman sebanyak 20 juta wisman. Untuk mewujudkan hal tersebut, salah satu langkah yang dilakoni adalah membuat program millennials tourism. Ini akan menjadi salah satu andalan Kemenpar. Kenapa kalangan milenial menjadi fokus andalan? Bukan sekadar mengejar hal-hal yang serba berbau kekinian, tapi karena saat ini lebih dari 50 persen wisatawan yang datang ke Indonesia adalah dari kalangan milenial. Maka dari itu, jika Indonesia punya program-program wisata yang ramah bagi bagi generasi yang lahir pada 1980-an hingga 2000-an tersebut tentu bisa memenangkan persaingan di bidang industri pariwisata. Program yang bisa menjadi magnet bagi milenial, antara lain Nomadic Tourism.

 

Menurut Arief, Nomadic Tourism merupakan konsep solusi dalam mengatasi keterbasan unsur 3A (atraksi, amenitas, dan aksesibilitas) khususnya untuk sarana amenitas atau akomodasi yang sifatnya bisa dipindah-pindah dan bentuknya bermacam-macam. “Target Kemenpar adalah membangun 10 nomadic tourism (glamp camp, home pod, dan caravan) dan 100 pasar digital di 34 provinsi di destinasi unggulan. Saat ini sudah ada 63 destinasi digital di seluruh Indonesia,” pungkas penggemar wayang tersebut.