Obsession Awards 2019

Oleh: Iqbal Ramdani () - 11 March 2019

Naskah: Purnomo Foto: Istimewa

Kinerja Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo patut diacungkan jempol. Bagaimana tidak, selama kepemimpinannya, Ganjar mampu menurunkan angka kemiskinan. Bahkan, Jateng menjadi penyumbang terbanyak penurunan angka kemiskinan di Indonesia. Tak hanya itu, pencapaian membanggakan lainnya juga berhasil diraih, antara lain peningkatan nilai ekspor dan pertumbuhan ekonomi.

 

Pria kelahiran Karang Anyar, Jawa Tengah, 28 Oktober 1968 ini, adalah anak kelima dari enam bersaudara dari pasangan Parmuji Pramudi Wiryo dan Suparmi. Kariernya pun beragam. Sebelumnya politisi Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan ini sempat bergabung di Senayan, menjadi anggota DPR RI periode 2009 – 2014. Di gedung Senayan, ia aktif di Komisi II yang membidangi persoalan hukum. Ia juga termasuk salah satu panitia hak angket kasus Bank Century. Di tengah masa aktifnya sebagai anggota DPR RI, Ganjar bertarung dalam Pemilu Gubernur Jateng 2013. Ia berpasangan dengan Heru Sudjatmoko yang diusung oleh PDIP mengalahkan petahana Bibit Waluyo. Ganjar dalam usia 45 tahun resmi terpilih sebagai Gubernur Jawa Tengah periode 2013 – 2018. Pada Pemilu Gubernur Jawa Tengah 2018, Ganjar kembali maju. Ia terpilih lagi menjadi Gubernur Jawa Tengah, berpasangan dengan Gus Yasin dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Terpilihnya Ganjar pada periode kedua ini jelas membuktikan bahwa kinerjanya selama ini dipercaya oleh masyarakat Jawa Tengah.

 

Selama memimpin Jawa Tengah, Ganjar dapat menurunkan angka kemiskinan di provinsi tersebut. Diketahui, penurunan angka kemiskinan per Maret 2018 di Indonesia mencetak sejarah setelah berhasil mencapai posisi single digit menjadi 9,82 persen. Dari total penurunan 633.000 jiwa, Jateng menyumbang penurunan terbanyak dengan 300.290 jiwa. Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan, per Maret 2018 jumlah orang miskin di Indonesia mengalami penurunan sebesar 633.000 menjadi 25,95 juta dari kondisi September 2017 yang sebesar 26,58 juta. Dengan penurunan sebesar itu, prosentase kemiskinan di Jateng juga turun signifikan dari 12,23 persen ke 11,32 persen. Bahkan bulan September 2018, jumlah penduduk miskin atau penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan di Jateng mencapai 3,87 juta orang sebesar 11,19 persen. Berkurang sebesar 29,8 ribu orang dibandingkan dengan kondisi Maret 2018 yang sebesar 3,90 juta orang atau sebesar 11,32 persen.

 

Penurunan jumlah kemiskinan di Jateng itu terjadi di daerah perkotaan maupun di pedesaan. Selama periode Maret – September 2018, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan berkurang sebanyak 6,6 ribu orang, dari 1,72 juta orang pada Maret 2018 menjadi 1,71 juta orang pada September 2018. Sementara, di daerah pedesaan juga mengalami penurunan sebanyak 23,2 ribu orang dari 2,18 juta orang pada Maret 2018 menjadi 2,16 juta orang pada September 2018. Ketimpangan antara kaya dan miskin di Jateng juga menurun. Pada September 2018, tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk Jateng yang diukur dengan Gini Ratio tercatat sebesar 0,357 turun 0,021 poin jika dibandingkan dengan Gini Ratio Maret 2018. Tak hanya itu, nilai ekspor Jateng pada Januari 2019 mencapai USD763,69 juta. Hal tersebut juga mengalami peningkatan dibandingkan ekspor Desember 2018 senilai USD674,68 juta. Berdasarkan data dari BPS Jateng, peningkatan ekspor ini disebabkan meningkatnya ekspor nonmigas sebesar 30,93 persen, yakni dari USD670,90 juta menjadi USD760,59 juta sehingga nilai ekspor Jateng pada Januari meningkat 13,19 persen dibanding Desember 2018, yaitu dari USD674,68 juta menjadi USD763,69 juta.

 

Dalam bidang ini, ada tiga negara tujuan ekspor terbesar Jateng pada Januari 2019, yakni Amerika Serikat senilai USD1.248,69 juta, disusul Jepang USD97,68 juta, dan Tiongkok USD70,04 juta. Kontribusi tiga negara ini mencapai 54,75 persen dari seluruh ekspor Jateng. Sementara pada 2018, keberuntungan datang untuk wilayah Jateng. BPS Provinsi Jateng mencatat, pada tahun 2018 kondisi ekonomi Jawa Tengah mengalami pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan tahun 2017. Adapun pada tahun 2018 ekonomi Jawa Tengah bertumbuh sekitar 5,32 persen, menguat dibandingkan tahun 2017 yang sebesar 5,26 persen. Berdasarkan data BPS Jateng, perekonomian Jateng berdasarkan besaran Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku tahun 2018 mencapai Rp1.268.700,97.

 

Pertumbuhan tertinggi dicatat oleh Lapangan Usaha lnformasi dan Komunikasi sebesar 12,39 persen. Pada sisi pengeluaran pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Komponen Ekspor sebesar 11,42 persen. Dari struktur ekonomi Jateng tahun 2018 sisi produksi masih tetap didominasi oleh Lapangan Usaha Industri Pengolahan sebesar 34,50 persen. Sedangkan, dari sisi pengeluaran didominasi oleh Komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (PKRT) yang mencapai sebesar 60,58 persen. Selain itu, ekonomi Jateng Triwulan IV tahun 2018 mengalami pertumbuhan sebesar 5,28 persen, dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun 2017 (y-o-y). Ekspansi ekonomi tersebut didorong oleh semua Iapangan usaha, dengan pertumbuhan tertinggi dicapai Lapangan Usaha Jasa Kesehatan yang tumbuh 11,49 persen. Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi dicatat oleh Komponen Pengeluaran Konsumsi Lembaga Non Profit (PKLNPRT) yang tumbuh sebesar 9,87 persen. Sementara itu, ekonomi Jateng Triwulan IV – 2018 mengalami kontraksi sebesar 2,11 persen, jika dibandingkan dengan Triwulan III-2018 (q-to-q). Kontraksi Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan sebesar 25,07 persen menjadi faktor utama yang menekan ekonomi Triwulan IV – 2018.