Obsession Awards 2019

Oleh: Iqbal Ramdani () - 11 March 2019

Naskah: Subhan Husaen Albari Foto: Edwin B./Istimewa

Menekuni bisnis pembiayaan kredit otomotif di bawah Bendera PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk menjadi kebanggaan sendiri bagi sosok Hafid Hadeli. Usahanya hampir tidak mengenal kata percuma. Berangkat dari keberaniannya menjadi Direktur Keuangan pada 2010 lalu. Kini pria lulusan Universitas Trisakti ini sukses menjadikan Adira Finance sebagai perusahaan pembiayaan kredit otomotif terkemuka di Indonesia. 

 

Bergelut di dunia perbankan dan keuangan memang sudah dilakoni Hafid sejak lama, jauh sebelum dirinya memegang peranan penting di Adira Finance. Ia tercatat pernah menjabat sebagai Direktur Utama PT Bank Lippo Tbk dan berkarier di Citibank. Saat join dengam Adira pada 2010 lalu, perusahaan mengalami perkembangan bisnis yang cukup maju. Adira sudah mulai merambah dengan membuat produk pembiayaan syariah. Pada 2015 Adira Finance mulai merambah pembiayaan elektronik atau durable. Lalu pada 2017, pihaknya punya inisiatif digital dengan meluncurkan situs Momobil.id. Visi besar yang digodog Hafid dalam membangun perusahaan adalah menciptakan nilai bersama demi kesinambungan perusahaan dan menyejahterakan masyarakat Indonesia. Mengapa demikian? Karena selama ini Adira sudah banyak membantu kebutuhan masyarakat dari sisi keuangan, maupun transportasi agar masyarakat bisa lebih produktif. Hafid melihat secara keseluruhan transportasi publik di Indonesia belum begitu masif. Untuk itu, dengan  potensi dan peluang yang ada, Adira Finance kata dia, harus mampu menggenjot lagi pendapatan perusahaan dari sisi pembiayaan kredit motor ataupun mobil. 

 

 

Adira Finance sejauh ini mampu memperoleh laba sebesar dua digit setiap tahunnya sejak 2017 lalu hingga akhir 2018. Capaian itu didapat karena kemampuan Adira Finance memasang beragam strategi untuk menangkap peluang pasar. Terbukti pada 2017 Adira membukukan laba bersih sebesar Rp1,4 triliun. Keuntungan yang diperoleh naik 39,6 persen jika dibandingkan dengan realisasi tahun 2016 sebesar Rp1,01 triliun. Adapun tahun 2018, total pembiayaan naik dari Rp32,7 triliun menjadi Rp38, 2 triliun. Demikian juga laba bersihnya meningkat dari Rp1, 4 triliun menjadi Rp1,8 triliun. Piutang juga meningkat dari Rp44, 2 triliun menjadi Rp50, 2 triliun. Lalu profitnya meningkat dari Rp1,4 triliun menjadi Rp1,8 triliun.  Pendapatan Adira Finance disumbang dari pembiayaan konsumen Rp4,97 triliun, kemudian pendapatan marjin murabahah Rp1,23 triliun, pendapatan sewa pembiayaan Rp35,79 miliar, dan pendapatan lain-lain Rp1,26 triliun. Pertumbuhan itu berkat peningkatan pembiayaan baru yang naik 19 persen atau sebesar Rp28,2 triliun. 

 

Segmen sepeda motor dan mobil secara seimbang memberikan kontribusi kuat terhadap pertumbuhan secara keseluruhan. Di samping itu, perusahaan juga mampu menjaga kualitas aset, dengan rasio NPL berada di level 1,85 persen, lebih rendah dari tahun lalu, yaitu 2,06 persen. Adapun total beban mencapai Rp5,65 triliun atau naik 10,56 persen secara tahunan. Berkaca pada penurunan penjualan dan piutang mulai di akhir 2014 hingga 2016 karena dampak krisis ekonomi global, Hafid tak mau kejadian itu terulang lagi. Ke depan ia sangat optimis perusahaan bisa memperoleh laba dua digit tiap tahunnya. Ada dua strategi yang diterapkan. Pertama digitalisasi, kedua perbaikan layanan costumer service. “Kita melakukan perubahan organisasi, dan digitalisasi layanan. Jadi, kalau dulu layanan banyak menggunakan kertas, persetujuan juga menggunakan kertas, waktu terasa menjadi lebih lama. Nah, dengan adanya teknologi semua menjadi paperless. Kedua perbaikan layanan costumer service juga kita lakukan,” ujar Hafid kepada Men’s Obsession di ruang kerjanya.

 

Hafid mengungkapkan, digitalisasi terbukti mampu mendorong pertumbuhan perusahaan semakin baik. Biasanya bisnis keuangan itu hanya naik single digit. Namun, dengan digitalisasi itu, Adira membiaskan pendapatan naik menjadi double digit. Ia menilai untuk konteks saat ini bisnis keuangan tidak memungkinkan lagi dilakukan secara manual. Adira sudah memiliki organisasi, yaitu sentralisasi kredit approval dan sentralisasi operasional. Keduanya sudah tersentralisasi di satu kota. Dengan begitu sales officer Adira kini bisa memasukkan data melalui gadget. Pelayanan dilakukan cepat dan prima. Adira juga sudah mempunyai platform e-commerce Momobil dan Momotor, serta kerja sama dengan OLX dan Tokopedia. Lalu ada aplikasi Akses. Strategi lain dari pemasaran Adira adalah menggalakkan event bersama diler menawarkan motor melalui kegiatan pameran-pameran alias jemput bola.

 

“Secara personal visi saya adalah selalu menyemangati mereka untuk belajar adaptasi terhadap perubahan. Saya bilang kalau kita berbisnis itu harus makmur bersama antara perusahaan dan komunitas tempat kita bekerja. Kalau masyarakatnya makmur maka akan berimbas kepada kemakmuran  perusahaan karena bisnis kita sangat mengandalkan pendapatan masyarakat,” Hafid memaparkan. Hafid menyadari ke depan persaingan bisnis semakin ketat. Namun, ia optimis bisnis pembiayaan kredit otomotif masih tinggi. Sebab, kebutuhan transportasi di manapun pasti akan tumbuh, terutama di Indonesia penetrasi motor sudah cukup banyak. Selanjutnya, ia perkirakan penetrasi mobil juga akan semakin naik. Menurutnya yang perlu ditekankan di sini tantangannya adalah Adira harus belajar dari kegagalan di 2014 karena tidaksiapnya mengatasi pelemahan perekonomian. Sebab, dua kunci utama dari strategi bisnisnya, yakni digitalisasi dan perbaikan layanan costumer service harus terus ditingkatkan.