Obsession Awards 2019

Oleh: Iqbal Ramdani () - 11 March 2019

Naskah: Purnomo Foto: Sutanto/Istimewa

Mewujudkan pembangunan ekonomi daerah melalui pelabuhan adalah tugas yang harus diemban PT Pelabuhan Indonesia II atau Pelindo II (IPC). Di bawah kepemimpinan Elvyn G. Masassya sebagai Direktur Utama, satu persatu upaya itu dia wujudkan. Pelabuhan untuk menghubungkan satu pulau dengan pulau lain, ia bangun agar Indonesia bukan hanya jaya di darat dan udara, tapi juga di laut.

 

Pria yang hobi bermusik tersebut mampu meningkatkan kinerja perseroan dalam merealisasikan seluruh rencana bisnis dalam jangka pendek maupun panjang, serta mendukung program pemerintah dalam pengembangan dan pembangunan proyek kepelabuhanan. Sebagai pengelola pelabuhan terbesar di Indonesia, Elvyn terbukti menghantar IPC mencetak kinerja positif sepanjang tahun 2018. Betapa tidak, perusahaan pelat merah ini membukukan laba bersih Rp2,43 triliun tumbuh 9,95 persen dibandingkan tahun 2017 sebesar Rp2,21 triliun. Selain ada peningkatan revenue juga disebabkan keberhasilan perusahaan melakukan efisiensi.  “Salah satu kuncinya adalah menekan biaya operasional dengan pendapatan operasional mencapai 69,9 persen dari 70,15 persen di akhir tahun 2017,” ujar Elvyn belum lama ini.

 

Kontribusi anak perusahaan yang berjumlah 17 anak usaha, seperti diungkapkan Elvyn tercatat sebesar Rp1,3 triliun atau sekitar 54,2 persen. “Anak-anak perusahaan mencatatkan laba yang sangat baik juga,” lanjut Elvyn. Lebih lanjut dirinya memaparkan, pencapian IPC sepanjang 2018 sangatlah positif baik secara keuangan maupun non keuangan. Adapun pendapatan usaha di tahun 2018 tercatat mencapai Rp11,45 triliun atau naik dari tahun 2017 yang mencapai Rp10,91 triliun. Saat itu strateginya adalah memperluas wilayah operasi, memperbesar kapasitas finansial, dan akses pendanaan. Strategi lainnya adalah fokus memperkuat kapabilitas produksi dan pemasaran serta standardisasi fasilitas, sistem IT, dan pelayanan jasa. 

 

Secara operasional, kinerja IPC juga mencatat pertumbuhan. Arus peti kemas yang ditangani IPC sepanjang 2018 naik 12,7 persen dibanding tahun sebelumnya menjadi 7,8 juta twenty foot equivalent units (TEUs). Kemudian, arus non peti kemas mengalami pertumbuhan 8,54 persen di 2018 dibanding tahun 2017 menjadi 61,97 juta ton. Arus kapal juga tumbuh 2,86 persen menjadi 208 juta gross tonage (GT). Sementara arus penumpang tumbuh 16,68 persen menjadi 714.930 penumpang. Sejak tahun 2017, IPC sudah direct call, yang artinya sudah bisa langsung melakukan ekspor dari Tanjung Priok ke AS atau ke Eropa dan Australia serta Intra Asia. Sebelumnya, ketika melakukan ekspor harus melalui Singapura. “Dwelling time atau lama bongkar muat sudah sekitar 2,6 hari. Hal ini merupakan pencapain yang baik, seperti dicatat oleh World Bank,” jelasnya.

 

Elvyn memandang perubahan sistem di semua aspek penting dilakukan karena perusahaan pelat merah yang bergerak di bidang logistik, secara spesifik pada pengelolaan dan pengembangan pelabuhan ini mengoperasikan 12 pelabuhan yang terletak di 10 provinsi Indonesia, di mana salah satunya adalah Pelabuhan terbesar di Indonesia, yakni Tanjung Priok yang menangani hampir 70 persen kegiatan impor ekspor di Tanah Air. Logo baru IPC kini juga mewakili semangat transformasi serta harapan baru demi menyongsong masa depan yang lebih cerah.  Salah satu program yang terus digencarkan Elvyn dalam hal menata IPC di semua pelabuhan yang dikelolanya adalah dengan adanya IPC Bersih. Program ini ingin mewujudkan IPC sebagai tempat kerja yang bersih dari tindakan curang, korupsi, dan pemerasan. Bagi seluruh stakeholder yang memiliki informasi dan ingin melaporkan suatu perbuatan berindikasi pelanggaran dengan Whistleblowing, sebuah sistem yang independen. Sistem tersebut diperkenalkan untuk memperkuat pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG).

 

Melalui aplikasi ini, insan IPC atau stakeholder yang melaporkan akan diberikan perlindungan, baik dalam hal kerahasiaan identitas maupun dari kemungkinan tindakan balasan oleh si terlapor. “Kami percaya jika lingkungan kita bersih maka efek yang ditimbulkan juga akan berimbas pada pendapatan keuntungan perusahan yang jauh lebih besar. Suasana kerja juga kondusif dan kepercayaan publik terhadap IPC kian meningkat,” ujar Elvyn. Untuk mewujudkan transformasi dan transparansi, IPC juga mengembangkan platform digital. Proses digitalisasi ini dilakukan agar IPC bisa memiliki daya saing lebih, tak hanya di dalam negeri, tapi juga bersaing di kancah global. Hampir di seluruh dunia, digitalisasi sektor transportasi dan logistik berjalan cepat. Banyak teknologi baru yang dihadirkan oleh pengelola pelabuhan.

 

Perkembangan cepat digitalisasi di pelabuhan ini menandai sebuah era baru pelabuhan di dunia. Selain berfokus pada penurunan biaya logistik, digitalisasi pelabuhan juga ditujukan untuk meningkatkan produktivitas pelabuhan. IPC di bawah komando Elvyn telah melakukan serangkaian langkah strategis untuk meningkatkan produktivitas logistik melalui digitalisasi, di antaranya menghadirkan vessel traffic system (VTS), peti kemas dan non peti kemas terminal operation system, serta platform marine operating system (MOS). Juga aplikasi auto tally, auto gate, serta e-service. Sistem ini tak hanya diaplikasikan di Tanjung Priok. Namun, seluruh pelabuhan yang dikelola IPC. Langkah strategis lainnya, yakni menerapkan sistem informasi layanan tunggal secara elektronik berbasis internet (inaportnet). Sistem ini meliputi e-registration, e-booking, e-tracking dan tracing, e-payment, e-billing, serta e-care. 

 

IPC juga menghadirkan aplikasi TPS Online. Aplikasi ini membantu otoritas kepabeanan (Bea Cukai) lebih cepat memonitor pergerakan kontainer di Tempat Penimbunan Sementara (TPS) sehingga lebih cepat merespons Pemberitahuan Impor Barang (PIB) yang diajukan oleh pemilik barang. “Di era baru pelabuhan saat ini, IPC memiliki komitmen kuat untuk mengembangkan dan memanfaatkan teknologi digital di semua lini, agar pelayanan yang diberikan IPC semakin cepat, lebih mudah, dan lebih murah. Dengan digitalisasi ini juga sekaligus  menekan tindakan koruptif dan pungutan liar yang dilakukan oknum, serta meningkatkan pendapatan perusahaan,” tandas kelahiran Medan, 18 Juni 1967 tersebut.