Obsession Awards 2019

Oleh: Iqbal Ramdani () - 11 March 2019

Naskah: Giattri F.P. Foto: Fikar Azmy/Istimewa

Lebih dari tiga dasawarsa, ia menjadi pejabat karier di PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI). Karenanya, kemampuan Suprajarto dalam memimpin BRI tak perlu diragukan lagi. Bahkan, dengan beragam inovasi produk dan layanan, bank pelat merah tersebut siap tancap gas menjadi ‘The Most Valuable Bank in South East Asia’.

 

Di bawah komandonya, BRI konsisten mencetak kinerja moncer meskipun di tengah ancaman suku bunga yang terus meningkat. Hal itu bisa dilihat dari pencapaian bank yang berdiri sejak 16 Desember 1895, sepanjang tahun 2018 yang berhasil mencatat laba bersih sebesar Rp32,4 triliun, tumbuh 11,6 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp29 triliun. Suprajarto menuturkan, laba bersih ini didorong oleh penyaluran kredit ke sektor UMKM dan pertumbuhan fee based income yang naik 22,7 persen yoy menjadi Rp23,4 triliun dibanding tahun 2017 yang sebesar Rp19,1 triliun. “Realisasi penyaluran kredit BRI sampai kuartal IV-2018 sebesar Rp843,6 triliun atau naik 14,1 persen yoy dibandingkan periode yang sama tahun 2017 sebesar Rp739,3 triliun,” urainya.

 

Penyaluran kredit ini ditopang oleh segmen UMKM sebesar Rp645,7 triliun atau 76,5 persen dari total kredit BRI. Selain itu, rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) BRI sampai kuartal IV-2018 tetap terjaga sebesar 2,27 persen. Setelah mencetak laba bersih Rp32,4 triliun, Suprajarto mengaku BRI optimistis untuk tahun 2019 mampu meraih kinerja impresif, apalagi kondisi ekonomi makro tahun ini diyakinkan lebih baik dari tahun sebelumnya. “Kami optimistis, laju pertumbuhan kredit tahun ini akan berkisar 12-14 persen dengan kenaikan laba sekitar 10-12 persen, dan NPL 2-2,2 persen,” ungkap pria yang menyukai wayang ini.

 

Lebih lanjut, ia menuturkan, di era teknologi yang menggeliat ini, terlebih industri perbankan menghadapi sebuah tantangan baru, yaitu Revolusi Industri 4.0, BRI sebagai bank terbesar di Indonesia tidak berdiam diri menghadapi hal tersebut. Ia pun semakin terpacu untuk mengawal BRI agar terus beradaptasi dengan bertransformasi melalui digitalisasi perbankan dalam produk dan juga layanannya. Karenanya, di tahun 2019 ini, salah satu yang akan digenjot Suprajarto adalah menguatkan aspek digital banking BRI dalam merespon perkembangan teknologi. Ini juga merupakan langkah perseroan untuk menjadi leading consumer banking di 2019-2020. Suprajarto juga akan menyiapkan layanan open account secara digital. Dengan layanan ini diharapkan seluruh masyarakat akan sangat mudah untuk membuka rekening tanpa harus datang ke bank. “Dengan adanya layanan ini, masyarakat akan semakin dimanjakan. Apalagi akan masih ada banyak lagi layanan digital yang disiapkan oleh BRI,” ujar pria berdarah Jawa tersebut. 

 

Di bawah nakhoda Suprajarto, BRI juga telah menjadi pionir dalam mendorong inklusi dan literasi keuangan melalui sentuhan teknologi, dengan tetap fokus pada core business-nya, yaitu pemberdayaan UMKM. Bank yang berusia 123 tahun ini pun turut berperan aktif menjalankan fungsi sebagai agent of development dengan berkomitmen penuh menyukseskan berbagai program pemerintah yang bertujuan untuk pemerataan ekonomi masyarakat, seperti penyaluran Bantuan Sosial Non Tunai, Kewirausahaan Pertanian, BumDes, penyaluran Dana Desa, KUR, serta proyek strategis nasional lainnya. “Kami juga mendukung program pemerintah dalam mendorong penerapan pengelolaan pertanian secara korporat (korporatisasi pertanian) di Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Hal tersebut dilakukan dengan memberikan dukungan keuangan dalam bentuk KUR dan Kartu Tani kepada petani yang terlibat dalam korporatisasi,” jelasnya.

 

BRI juga konsisten melakukan perberdayaan UMKM melalui Rumah Kreatif BUMN (RKB). RKB merupakan program yang diinisiasi oleh Kementerian untuk mendampingi dan mendorong para pelaku UMKM dalam menjawab tantangan utama, peningkatan kompetensi, peningkatkan akses pemasaran, dan kemudahan akses permodalan. Hingga akhir Oktober 2018, BRI telah memiliki 53 RKB yang tersebar di seluruh Indonesia dengan anggota lebih dari 300 ribu UMKM. Apa yang dilakukan BRI tersebut diganjar penghargaan RKB Terbaik dalam penganugerahan BUMN Hadir Untuk Negeri (BHUN) Awards 2018. “Itu merupakan bukti nyata komitmen BRI untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menurunkan angka kemiskinan. Harapan kami ke depan, BRI akan terus tumbuh dan menjadi bank terbesar tidak hanya di domestik. Namun, juga berjaya di industri perbankan global,” ujar peraih Marketeer of The Year tahun 2018 dari MarkPlus tersebut. 

 

Besarnya jumlah karyawan dan unit kerja serta perangkat satelit yang dimiliki BRI menjadi motivasi tersendiri bagi Suprajarto untuk terus konsisten memberikan yang terbaik bagi perseroan. “Dengan 130.000 pekerja dan lebih dari 10.000 unit kerja, serta punya satelit, saya berkewajiban untuk terus konsisten menghadirkan kinerja terbaik bagi perseroan,” tegas penyandang gelar doktor Manajemen Bisnis dari Universitas Padjadjaran, Bandung itu. Karenanya, dengan segala pencapaian, inovasi layanan dan produk yang digulirkan BRI, penggemar soto betawi tersebut yakin mimpi besar bank yang berdiri sejak 16 Desember 1895 ini menjadi The Most Valuable Bank in South East Asia pada 2022 akan terwujud. “Karena kami fokus di mikro. Jadi, ada beberapa parameternya, antara lain 50 persen market share mikro sudah kami capai, memperkuat bisnis konsumer melalui salary loan dan Kredit Pemilikan Rumah (KPR), serta presentase UMKM untuk market share di Indonesia harus 20 persen,” tandas peraih Tokoh Profesional Terbaik Indonesia Award 2018 tersebut. Strategi jitu untuk mewujudkan cita-cita tersebut adalah melakukan transformasi, baik dari human capital, technology, dan businesss process.