Obsession Awards 2019

Oleh: Iqbal Ramdani () - 11 March 2019

Naskah: Giattri F.P. Foto: Fikar Azmy/Istimewa

Bekerja sebaik dan sekonsisten mungkin adalah prinsip hidup yang dijalani Agus Susanto dalam berkarier. Karenanya, ketika diamanahi menakhodai sebuah ‘kapal besar’ Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan, pria yang dikenal sebagai pemimpin visioner ini sukses menghantarkan Badan Hukum Publik tersebut konsisten mencetak kinerja positif dari waktu ke waktu.

 

Sosok bersahaja dengan gaya bicara yang kalem ini menguntai, bekerja optimal tak akan ada ruginya. Toh, hasil terbaik dari sebuah pekerjaan yang dilakukan secara total pasti akan kembali kepada kita. “Di samping itu karena pekerjaan kita adalah amanah dari Tuhan, saya percaya suatu saat Tuhan akan meminta pertanggung jawaban atas apa yang kita lakukan dalam menjalankan amanah tersebut,” urai pria kelahiran Tulungagung, Jawa Timur ini. Ketika dipercaya menjadi Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan periode 20162021, ia ditantang untuk membawa lembaga tersebut tidak lagi sebagai lembaga profit, tetapi memberikan pelayanan sosial.

 

Berkat rekam jejaknya sebagai praktisi perbankan dan pasar modal selama 25 tahun, Agus sukses menjawab tantangan tersebut bahkan ia sukses melakukan berbagai gebrakan agar pelayanan yang diberikan lembaga negara yang dulunya bernama PT Jamsostek (Persero) ini kepada masyarakat semakin paripurna. Apa yang dilakoninya berbuah manis, sepanjang tahun 2018, BPJS Ketenagakerjaan mencatat jumlah kepesertaan aktif mencapai 30,5 juta pekerja, melampaui target yang ditetapkan sebanyak 29,6 juta pekerja aktif. Hasil tersebut merupakan pencapaian yang positif untuk mengakhiri tahun lalu dengan total peserta BPJS Ketenagakerjaan mencapai 50,4 juta pekerja. Agus beserta jajaran telah berupaya untuk terus memberikan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat pekerja agar program perlindungan jaminan sosial ketenagakerjaan dari BPJS Ketenagakerjaan bisa didapatkan oleh seluruh pekerja di Indonesia.

 

Data menyebutkan, khusus kinerja kepesertaan aktif segmen penerima upah (PU), pada 2018 mencatatkan peningkatan signifikan dari tahun sebelumnya, yaitu tumbuh sebesar 3,4 juta dari tahun 2017. Sementara, tren tahun-tahun sebelumnya kenaikan rata-rata hanya sebanyak 1,2 juta pekerja aktif. Salah satu kunci peningkatan positif dari kepesertaan aktif BPJS Ketenagakerjaan adalah menggagas kerja sama yang strategis dengan pusat, provinsi, hingga daerah. Di sisi lain, salah satu faktor yang mendukung peningkatan kepesertaan pada pekerja segmen Bukan Penerima Upah (BPU) adalah munculnya inisiatif agen Penggerak Jaminan Sosial (Perisai). “Kami baru menerapkan pada Februari 2018,“ ujar Agus. Saat ini, sudah ada 4000 agent Perisai di seluruh Indonesia. Dari jumlah ini sebanyak 3500 yang aktif dan mereka dalam satu tahun sudah berhasil merekrut 600.000 pekerja informal menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan. 

 

“Tak hanya itu, tingkat keberlanjutan pembayaran premi BPJS Ketenagakerjaan juga menggembirakan, yakni mencapai 90 persen,” imbuhnya. Keberhasilan program Perisai BPJS Ketenagakerjaan pun bergaung hingga ke dunia internasional. Salah satunya dari pemerintah Jepang. Mereka bahkan telah mengundang 10 besar agent  untuk berdiskusi. “Inovasi ini mendapat perhatian dunia. Saya diundang Organisasi Buruh Dunia (ILO ) untuk menjelaskan Perisai. Minggu depan saya juga diundang pemerintah Jepang untuk sharing pengalaman Perisai di sini seperti apa,” tandas lulusan dari UGM dan INSEAD Fontainebleau, Prancis ini. Capaian ini tak membuat Agus berpuas diri, malah mendorongnya untuk menorehkan kinerja yang lebih baik lagi. Pada 2019 ini, BPJS Ketenagakerjaan mengusung tema “Aggressive Growth”. Ia menegaskan, pihaknya akan berupaya semaksimal mungkin untuk mencapai seluruh target agar manfaat yang diberikan kepada peserta bisa optimal.

 

 

Tahun 2019, BPJS Ketenagakerjaan membidik dana investasinya bisa menyentuh Rp439,91 triliun. Jumlah ini naik 20,55 persen dari realisasi tahun lalu yang sebesar Rp364,91 triliun. Untuk mencapai target tersebut, sambung Agus, pihaknya akan menambah iuran dana yang masuk. Jumlah dana kelolaan sejalan dengan jumlah peserta BPJS Ketenagakerjaan. Oleh karena itu, ia menargetkan jumlah pesertanya bertambah dari 30,5 juta menjadi 34,3 juta pada tahun ini. “Kami juga akan mengakselerasi seluruh elemen dan energi yang ada di BPJS Ketenagakerjaan. Lalu melakukan smart collaboration baik dengan pemerintah pusat maupun daerah, pihak swasta baik di dalam dan luar negeri, hingga kelompok-kelompok masyarakat karena tidak mungkin BPJS Ketenagakerjaan melakukannya sendiri apalagi di era Revolusi Industri 4.0 ini,” tutur Chairman Asian Workers Compensation Forum (AWCF) ke-3 tersebut yang saat ini sudah berganti nama menjadi Asian Workers Compensation Association (AWCA). Cara efektif lainnya untuk mendukung aggressive growth selain Perisai, yakni dengan menggalakkan Desa Sadar Jaminan Sosial. Ia menyadari mayoritas penduduk atau peserta BPJS Ketenagakerjaan itu tersebar di seluruh wilayah, terutama di pedesaan-pedesaan. 

 

“Oleh karena itu, kami bekerja sama dengan para aparatur desa. Mereka nantinya akan seperti duta kami yang memberikan penyadaran, penyuluhan kepada masyarakat desa setempat. Sudah ada sekitar 500 Desa Sadar Jaminan Sosial. Tahun ini, kami targetkan bertambah 200,” ungkap pria yang aktif terlibat dalam berbagai kegiatan, antara lain Asosiasi Dana Pensiun Indonesia (ADPI) dan International Social Security Association tersebut. BPJS Ketenagakerjaan juga terus melakukan pengembangan terhadap kanal-kanal layanannya demi mengikuti perkembangan teknologi informasi berbasis digital. Agus menuturkan, pihaknya memiliki dua layanan. Pertama, layanan fisik yang merupakan kantor cabang BPJS Ketenagakerjaan. Kedua, layanan digital yang dapat diakses peserta atau calon peserta melalui aplikasi atau website BPJS Ketenagakerjaan, antara lain BPJSTKU, kartu digital BPJS Ketenagakerjaan, antrian dan verifikasi online berbasis KTP elektronik dan sidik jari, serta Voice Assistant GINA yang merupakan singkatan dari Agen Perlindungan Pekerja.

 

Kini, sambung pria humoris ini, pihaknya tengah mempersiapkan untuk memberikan manfaat tambahan bagi peserta, salah satunya program vocational training. “Intinya adalah peserta BPJS Ketenagakerjaan yang berhenti bekerja akan kami kembalikan ia bekerja lagi dengan cara kami tingkatkan skillnya melalui training yang kami sesuaikan dengan perusahaan atau lembaga yang akan menerima. Sudah kami anggarkan itu dan mulai bulan Maret kami implementasikan secara bertahap,” tutup penghobi stand up paddle boarding (SUP) tersebut.