Obsession Awards 2019

Oleh: Iqbal Ramdani () - 11 March 2019

Naskah: Sahrudi Foto: Sutanto/Istimewa

Tak berlebihan jika menilai Bambang Hendroyono sebagai figur inspiratif di jajaran Aparatur Sipil Negara (ASN), khususnya di lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Kementerian LHK) Republik Indonesia. Betapa tidak, ia sosok yang mampu merintis karier dari bawah hingga menggapai posisi tertinggi seorang birokrat. Bermodalkan integritas, khususnya kejujuran dan disiplin dalam bekerja plus intelektual yang mumpuni, ia mampu menapak demi setapak kariernya sebagai ASN hingga meraih posisi sebagai Sekretaris Jenderal Kementerian LHK.

 

Sebagai sekjen ia juga terus memompa para staf di lingkungan kementerian tersebut untuk terus meningkatkan etos kerja yang telah ia tanamkan. “Dalam etos kerja itu ada dua nilai yang kami kemas di Kementerian LHK, pertama disiplin, sebagai pelayan publik, di mana kita harus disiplin waktu sehingga dapat menopang ketepatan pelayanan publik,” tegas Bambang. Sebagai Sekjen yang tugasnya antara lain berkaitan dengan eksistensi sumber daya manusia di lingkungan kementeriannya, Bambang mengakui bahwa ‘integritas’ adalah kata kunci bagi seorang pelayan publik. Sikap membangun dan meningkatkan integritas itulah yang ia implementasikan kepada seluruh jajaran Kementerian LHK sebagai upaya mewujudkan tekad pemerintah dalam melakukan revolusi mental. “Revolusi mental yang digerakan oleh pemerintah itu merupakan awal dari revolusi birokrasi, melakukan suatu perubahan, meninggalkan yang jelek, menciptakan yang baik, membangun integritas moral lalu meningkatkan etos kerja, dan mau bergotong royong,” ujarnya.

 

Integritas moral itu, tutur suami dari drg. Ambarwati Diah Kusumaningrum ini adalah ikhlas tanpa pamrih, jujur dalam segala hal, dan bertanggung jawab. “Artinya, seorang ANS itu harus mengerjakan apa yang harus dikerjakan dengan penuh keikhlasan dan penuh kejujuran,” tegas ayah dari Indriyani Sekarputri tersebut. Alumnus Institut Pertanian Bogor ini selalu mengingatkan bahwa seseorang yang memiliki integritas moral dapat dilihat dari satunya antara kata dan perbuatan. “Satu kata yang keluar dari sebuah integritas, keikhlasan, dan pikiran positif, akan mempunyai nilai. Selama kita melaksanakan prinsip integritas tadi maka kita akan kokoh meski dihadang oleh badai,” papar pria kelahiran Tanjung Pinang, 30 September 1964 ini.

 

Namun, ia juga mengingatkan bahwa kedisiplinan seorang ASN harus ditopang oleh sikap profesional. “Makna profesional itu ia harus menguasai bidang, menguasai substansi, menguasai regulasi, dan melaksanakan tugasnya secara efektif, efisien, dan menggunakan kecerdasan serta spiritualnya. Untuk itu kita harus belajar, banyak baca, cari pengalaman, banyak diskusi pada staff profesional,” tegas pria yang sempat mengejutkan Kementerian LHK karena pernah menjabat sebagai Dirjen Bina Usaha Kehutanan di usia yang masih relatif muda, 48 tahun. Hal lain yang menjadi perhatian Bambang kepada setiap ASN di KLHK adalah harus mampu meningkatkan kecerdasan intelektual (Intelligence Quotient), kecerdasan emosi (Emotional Quotient), dan kecerdasan spiritual (Spiritual Quotient) ditambah inteligensia global, bisnis, dan sosial budaya sehingga mampu meningkatkan produktivitas. Sebagai ASN yang mengurusi antara lain soal kehutanan, katanya, ketiga kecerdasan itu sangat penting dimiliki untuk bisa meningkatkan produktivitas hutan secara ekonomis, efektif, dan efisien.

 

Karena itulah, Bambang mengangkat pemikirannya tersebut dalam disertasi doktornya yang berjudul “Kepemimpinan Transglobal Sebagai Penggerak Produktivitas Hutan Produksi Pada Hutan Tanaman Rakyat (HTR) di Indonesia” dan mengantarkan Bambang meraih gelar doktor Ilmu Administrasi dengan predikat Cumlaude dari Universitas Brawijaya, Malang. Kelak, disertasinya itu akan ia bukukan sebagai bentuk sumbangsih pemikirannya kepada negara. Pria yang memanfaatkan waktu libur untuk berolahraga ini ternyata tak hanya mampu menuangkan ide, pemikiran, dan penelitiannya dalam sebuah disertasi, tapi juga dalam karya dan inovasi. Sebut saja inovasi proyek perubahan yang ia buat untuk pendidikan latihan pimpinan (Diklatpim) Tingkat I, di mana Bambang menyusun sistem penerapan kebijakan self assessment berbasis teknologi informasi dan post audit dalam rangka peningkatan efisiensi dan efektivitas pengelolaan hutan produksi melalui “Sistem Informasi Penatausahaan Hasil Hutan” (SIPUHH Online). Karyanya itu mendapat penghargaan sebagai peserta terbaik dalam lomba inovasi pelayanan publik di Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi dan masuk dalam “40 Top”.

 

Kiprahnya yang luar biasa dalam membangun kinerja ASN di Kementerian LHK ini diganjar dengan banyak prestasi. Setidaknya, di tahun 2017 ada tiga penghargaan yang diterimanya. Pertama, apresiasi negara berupa anugerah “Satyalancana Wira Karya” karena jasajasanya dalam upaya mendukung reformasi birokrasi untuk meningkatkan kualitas pelayanan terbaik yang bersifat akuntabilitas dan transparansi, efisien dan efektif, melalui kegiatan dan inovasi. Anugerah ini diserahkan secara langsung oleh Presiden RI Joko Widodo. Kemudian, piagam penghargaan “BKN Award” sebagai pengelola kepegawaian terbaik tingkat kementerian kecil. Ketiga, Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara/Reformasi Birokrasi RI memasukan Bambang dalam “Top 9 Pejabat Pimpinan Tinggi Madya Tingkat Nasional Tahun 2017”. Harapannya hanya satu, yakni ASN di lingkungannya mampu menjadi yang terbaik. Tidak hanya bagi lembaga, tapi juga bagi negara dan bangsa.

 

“Karena ada moto yang wajib dilaksanakan, yakni “melayani dengan sepenuh hati” sebagai prinsip luhur seorang aparatur negara,” tandasnya. Namun begitu, pria yang tak mau mencantumkan gelar bangsawan Solo di depan namanya ini, selalu menghindar untuk menonjolkan diri, tapi kalau apa yang ia lakukan menjadi inspirasi bagi masyarakat maka hal itu ia anggap sebagai ibadah. Seperti misalnya, ketika ia dipercaya menjadi Ketua Dewan Kemakmuran Masjid Nurul A’Jam di lingkungan kerjanya, baginya itu adalah ibadah yang ia kerjakan dengan sepenuh hati.