Obsession Awards 2019

Oleh: Iqbal Ramdani () - 11 March 2019

Naskah: Arief Sofiyanto Foto: Istimewa

Sabar, tapi energik, Sutopo Purwo Nugroho tidak pernah mengenal lelah dalam menjalankan tugasnya. Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (Kapusdatin-Humas BNPB) ini selalu meladeni setiap pertanyaan wartawan yang menghubunginya. Bahkan, setiap ada bencana ataupun pencegahan, ia rajin dan sering memberikan informasi baik melalui media sosial (medsos) maupun berbentuk rilis (siaran pers). Lulusan Fakultas Geografi UGM ini juga rajin sambangi daerah yang terdampak bencana alam di seluruh Indonesia.

 

Pria kelahiran Boyolali, 7 Oktober 1969 ini tetap semangat dalam bekerja melaksanakan tugasnya, meski sebenarnya mengidap penyakit berat. Namun, dalam bekerja nampak seperti sehat dan selalu sigap. Pada Januari 2018, Sutopo mengecek kesehatan ke dokter spesialis paru-paru. Hati Sutopo terasa hancur ketika dokter memvonisnya mengidap kanker paru-paru stadium 4B. Ia mengaku terkejut bukan main. Padahal, ia bukan perokok dan bergaya hidup sehat, tapi kanker paru tiba-tiba hinggap di tubuhnya. “Ketika saya divonis, istri saya kena (serangan) jantung. Saya kasihan juga,” ungkap Sutopo sembari mengaku kerap kali menangis jika ingat buah hatinya. Sutopo lahir dan hidup jauh dari berkecukupan. Ia pernah tinggal di rumah kontrakan yang dindingnya terbuat dari anyaman bambu dan sudah banyak berlubang. Lantainya pun masih tanah. Kalau musim hujan datang, laron berdatangan dari lubang-lubang tanah rumahnya. “Kalau musim hujan, dari dalam lantai keluar laron banyak. Kami ambil, kami goreng untuk makan,” kenang Sutopo. Akibat kehidupan ekonomi mepet, Sutopo pun pernah terpaksa makan laron. Baginya dan keluarga, makan telur adalah sebuah kemewahan. Ia baru bisa makan telur ketika Lebaran.

 

Lantaran kondisi keluarganya yang serba kekurangan, Sutopo kecil kerap kali dirundung teman-teman sebayanya, bahkan disingkirkan dari pergaulan. Namun, Sutopo akhirnya tumbuh menjadi anak muda berprestasi. Beragam predikat dia dapat, mulai dari mahasiswa teladan, juara lomba tingkat nasional, mahasiswa berprestasi, hingga lulus dengan predikat cumlaude dan sarjana termuda. Ia mengawali karier di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Kemudian, bertugas di BNPB sejak 2010. Awalnya, ia menjabat Direktur Pengurangan Risiko Bencana. Sutopo dikenal sebagai sosok yang jujur dan apa adanya. Ia selalu menyampaikan data dan fakta apa adanya, tanpa dikurangi, apalagi dilebihkan. Akibatnya, ia sering dimaki dan dihujat orang, bahkan diancam. “Pernah juga saya bikin rilis bencana nasional, yang menghujat banyak sekali. Ada yang bilang, pengkhianat kamu Sutopo, mati kamu!” kata Sutopo. Belum lagi ada pihak yang kerap menegurnya lantaran menyampaikan data yang terlalu detail. Baginya, kejujuran kepada publik adalah kunci. Ia selalu menyampaikan fakta, tanpa mau menutup-nutupi apalagi membohongi. 

 

Sebagai Kapusdatin Humas BNPB, Sutopo selalu memberikan informasi saat bencana terjadi di Indonesia serta rajin mengirimkan rilis pers ke banyak kontak yang mayoritas adalah wartawan. Apa pun yang jadi pertanyaan wartawan, dia jawab. Dedikasinya untuk negeri terlihat tak kenal lelah. Lulusan sarjana termuda predikat Cumlaude S1 Fakultas Geografi UGM ini menyelesaikan S2 Program Studi Pengelolaan DAS IPB serta S3 Program Studi Pengelolaan SDA dan Lingkungan IPB. Baru usia 49 tahun sudah meraih golongan IV/e. Sutopo mendapat 11 penghargaan sepanjang 2018, di antaranya dinobatkan sebagai Communicator of the Year 2018 dari Kominfo dan ISKI pada 16 Oktober 2018, meraih The First Responders dari media The Straits Times Singapura pada 29 November 2018, dan menyandang predikat ASN Paling Inspiratif di ajang Anugerah ASN 2018 yang yang digelar Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. Sutopo juga menerima penghargaan The Most Inspirational ASN 2018.

 

Sebagai figur yang beprestasi, tidak heran jika Sutopo mendapat perhatian dan pujian dari Presiden Joko Widodo. Presiden memberi apresiasi KapusdatinHumas BNPB ini karena dinilai sebagai sosok yang berdedikasi dan menginspirasi. Jokowi mengatakan, selama 8 tahun terakhir ini, Sutopo selalu terdepan dalam memberi informasi terkait bencana yang terjadi di Indonesia. Informasi dan data yang disampaikan juga selalu diperbarui. “Saya melihat setiap ada bencana, baik yang berkaitan dengan gempa, berkaitan dengan longsor, yang berkaitan dengan tsunami, berkaitan dengan kebakaran, Pak Sutopo ini selalu tampil menginformasikan dengan cepat, penjelasannya juga gamblang dan gampang diterima oleh masyarakat,” kata Presiden saat bertemu Sutopo di Istana Kepresidenan Bogor, 5 Oktober 2018.

 

Presiden menyatakan, sangat menghargai dedikasi Sutopo dalam bekerja. Apalagi, Sutopo tetap melayani berbagai pertanyaan meski tengah mengidap kanker stadium empat. “Saya sangat menghargai sekali dedikasi Pak Sutopo terutama dalam hal menginformasikan bencana-bencana yang ada. Dan, saya tadi juga baru tahu diberi tahu mengenai kondisi beliau dan itu sangat memberikan sebuah penghargaan kepada sebuah pekerjaan, dedikasi, sebuah pekerjaan yang luar biasa,” ucap Kepala Negara itu. Hal menyedihkan, Sutopo ‘gagal’ menjadi profesor riset bidang hidrologi. Pada November 2012 Sutopo hendak lakukan orasi profesor riset, semua berkas dan administrasinya sudah disetujui oleh pihak Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), dan SK dirinya sebagai peneliti utama sudah ditandatangani Presiden SBY. Namun, satu bulan sebelum orasi, tiba-tiba dibatalkan oleh LIPI hanya karena Sutopo menjabat Kapusdatin-Humas di BNPB yang bukan lembaga riset. “Padahal, status saya saat itu peneliti BPPT yang diperbantukan di BNPB. Hanya gara-gara soal pasal karet ditafsirkan pejabat LIPI akhirnya dibatalkan,” ungkap Sutopo.