Figur Unggulan di 74 Tahun Indonesia Merdeka

Oleh: Syulianita (Editor) - 09 August 2019

Naskah: Subhan Husaen Albari Foto: Sutanto/Istimewa

 

“Saya meyakini bahwa memimpin itu targetnya adalah hasil yang jelas, realisasi visi dan misinya, bukan soal popularitasnya”. Kalimat yang diutarakan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan itu sarat menandakan kepribadiannya yang dalam. Sosok Jonan memang sudah ditakdirkan menjadi seorang pemimpin. Namun, orientasi kepemimpinan yang ia bangun selama ini lebih mengutamakan kepada hasil kinerja, bukan hanya sekadar popularitas.Ini terbukti, di mana pun ia ditempatkan, Jonan tetaplah Jonan, ia selalu bisa memberikan karya terbaik dari setiap tugas yang diamanatkan, termasuk menjadi Menteri ESDM di era pemerintahan Presiden Joko Widodo.

 

Kini, memasuki masa akhir tugasnya sebagai Menteri ESDM di Kabinet Kerja Jilid I, fokus Jonan tetap pada penyelesaian tugasnya. Ia ingin setiap pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya bisa dituntaskan sesuai target. Atau paling tidak, ia berupaya memberikan dasar pijakan yang baik dalam pengelolaam energi dan sumber daya mineral bagi generasi penerusnya. Sebab, mantan Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (Persero) ini sadar bahwa salah satu kekayaan terbesar Indonesia yang perlu dijaga dan dikelola dengan baik untuk kepentingan rakyat adalah di sektor energi dan sumber daya mineral. Bahkan, penyumbang devisa terbesar negara nomor satu masih dari sektor tersebut.

 

Jonan kerap menekankan untuk mempercepat tujuan pembangunan sektor ESDM sebagaimana amanat Pasal 33 Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 maka diperlukan kerja keras dan integritas yang tinggi serta kolaborasi yang baik antara para stakeholder dan pemerintah. Perlahan upaya itu terus direalisasikannya. Pemerintah kini tengah menggalakkan kebijakan yang dirasakan langsung manfaatnya oleh masyarakat, seperti BBM Satu Harga, pembagian konverter kit LPG untuk nelayan kecil, pembangunan jaringan gas kota, pengeboran air bersih hingga Lampu Tenaga Surya Hemat Energi (LTSHE). “Uang rakyat kembali ke rakyat,” itulah slogan yang kerap diutarakan Jonan dalam mengelola ESDM. 

 

Tekad Jonan dalam memimpin Kementerian ESDM adalah mengembalikan kejayaan energi untuk kepentingan negeri. Tak elak, satu persatu usaha ini menuai hasil positif. Dengan negosiasi, perundingan, dan perencanaan yang matang, di masa jabatannya ini, pemerintah mampu mengakuisisi kepemilikan saham PT Freeport Indonesia (PTFI) sebesar 51 persen. Tak hanya itu, Jonan juga berhasil melakukan langkah konkret dalam menarik investasi dengan Inpex Corporation di sektor migas pada Proyek LNG Lapangan Abadi di Blok Masela. Meskipun negosiasi alot, akhirnya revisi Plant of Development (PoD) ini disetujui. “Pengembangan Blok Masela menghabiskan total biaya pengembangan lapangan mencapai USD18,5 miliar sampai USD19,8 miliar. Pengembangan blok ini akan menyerap ribuan tenaga kerja baik saat konstruksi maupun onstream,” ungkap Jonan.

 

Selain itu, keberhasilan pemerintah lainnya terlihat pada kembalinya blok migas terbesar, yakni Mahakam dan Rokan ke tangan Ibu Pertiwi pada 2018 lalu. Blok Mahakam memiliki cadangan 57 juta barel minyak. Sementara, cadangan minyak Blok Rokan mencapai 500 juta sampai 1,5 miliar barel. Dengan menguasai blok migas Mahakam dan Rokan, otomatis produksi minyak Pertamina meningkat. Hal ini otomatis akan memperkuat ketahanan energi nasional dengan terpangkasnya impor minyak. Penguasaan Blok Rokan di Riau serta Blok Mahakam di Kalimantan Timur setidaknya dapat memberikan keuntungan sampai ratusan triliun ke kas negara dengan total yang bisa diraup adalah Rp825 triliun pada 2021-2041. Capaian ini tentunya bisa dijadikan contoh pijakan bagi generasi penerus agar semangat nasionalisasi aset di sektor energi dan mineral tetap ada dalam jiwa anak bangsa. Paling tidak itulah yang ingin diwariskan Jonan selama mengemban amanah menjadi Menteri ESDM. Di luar itu, masih banyak capaian yang sudah ia torehkan, seperti berhasil mengimplementasikan program Energi Berkeadilan, yaitu Rasio Elektrifikasi dan BBM Satu Harga. Tingkat rasio elektrifikasi hingga saat ini sudah mencapai sebesar 98,8 persen, yang tahun ini, pemerintah mendorong tingkat elektrifikasi menjadi sekitar 99 persen.

 

Untuk mendukung elektrifikasi, Kementerian ESDM sendiri menarget realisasi kegiatan lampu surya hemat energi (LTSHE) 2019 sebanyak 100.546 unit di 22 provinsi untuk memberikan penerangan ke pelosok negeri. Kegiatan yang menghabiskan dana senilai Rp321 miliar tersebut baru terealisasi sebesar 1,86 persen atau sebanyak 1.873 unit hingga pencatatan 10 Juli 2019. Tidak berhenti di situ, pemerintah juga tengah mengejar realisasi kegiatan penerangan jalan umum tenaga surya (PJUTS) 2019. Kegiatan tersebut terbagi atas dua kelompok berdasarkan wilayah. Kelompok pertama dengan target 5.950 unit PJUTS sudah terealisasi sebanyak 1.277 unit. Kelompok kedua dengan target 16.600 unit baru terealisasi 2.472 unit.  

 

Sementara itu, program BBM Satu Harga, pemerintah sudah merealisasikan 163 titik dari total 170 titik yang telah dicanangkan. Sementara, dalam hal menjaga ketahanan energi gas bumi, Kementerian ESDM tetap melanjutkan pembangunan jaringan gas (jargas) sebagai salah satu prioritas program pro-rakyat di sektor ESDM. Rencananya, pada 2020 akan terbangun tambahan 293.533 Sambungan Rumah Tangga (SR) di 53 kota/kabupaten dengan dengan usulan anggaran sebesar Rp3,52 triliun. Hingga akhir 2019 ini, pemerintah akan menyelesaikan 78.216 sambungan rumah tangga (SR) di 17 kota/ kabupaten. Sementara, total pembangunan jargas hingga 2018 adalah 325.852 SR yang tersebar di 40 kota/kabupaten. Dengan penambahan pembangunan di 2019 dan 2020 maka total akan terpasang 697.601 SR hingga akhir 2020 dari target 4,7 juta SR pada 2025.

 

Pembangunan jargas merupakan salah satu cara pemerintah untuk memberikan kemudahan terhadap penyediaan gas kepada masyarakat melalui pembangunan infrastruktur. Pada 2025 mendatang, pemerintah menargetkan 50 persen produksi gas dapat dikonsumsi secara lokal. Bauran energi dari gas diharapkan akan meningkat setidaknya 22-23 persen pada 2045-2026. Bahkan, Jonan menekankan, Indonesia ke depan tidak perlu lagi mengimpor gas dari negara luar. Terakhir, Jonan melakukan terobosan baru dengan membuat aplikasi perizinan berbasis daring (online). Sistem perizinan daring ini diharapkan dapat mempermudah dan mempercepat proses pengajuan perizinan agar investor bisa segera merealisasikan investasinya khususnya di sektor energi.