Figur Unggulan di 74 Tahun Indonesia Merdeka

Oleh: Syulianita (Editor) - 09 August 2019

Naskah: Imam F. Foto: Sutanto

 

Impian besar Rektor Universitas Lambung Mangkurat (ULM), Prof. Dr. Sutarto Hadi, M.Si., M.Sc. satu persatu tercapai. Dua periode duduk di ‘menara gading’ perguruan tinggi kebanggaan Urang Banua, Sutarto berlimpah prestasi yang sangat membanggakan. Torehannya berpijak pada inovasi yang selalui menuai kemajuan.

 

Kamis, 20 Juni 2019. Raut wajah Sutarto berbinar, kebahagiaan kelahiran Banjarmasin, 31 Maret 1966 itu membuncah. Hari itu, ULM mencetak sejarah baru: mengukuhkan lima profesor sekaligus. Satu dari Fakultas Kedokteran, satu dari Fakultas Hukum, satu dari FISIP, dan dua dari FKIP. Kini, jumlah profesor di ULM pun bertambah menjadi 49 orang. Pada acara pengukuhan 5 orang profesor baru itu, Sutarto menyampaikan pesan penting bahwa program “Satu Prodi Satu Profesor” yang diretasnya secara perlahan terus bergerak. Ia berharap momen baik itu menjadi langkah besar agar kampus besar di selatan pulau Kalimantan tersebut menjadi semakin terkemuka dan berdaya saing.

 

“Saya optimis target minimal 100 orang profesor dapat tercapai dalam waktu dekat. Ini akan menjadi lompatan besar yang akan membawa kemajuan yang signifikan bagi ULM, khususnya dalam bidang pengembangan akademik, mutu pembelajaran dan penelitian,” tuturnya saat berkisah penuh semangat kepada Men’s Obsession. Optimistis Sutarto sangat wajar. Pasalnya, saat ini lebih dari 315 orang dosen ULM telah berkualifikasi Doktor (S3). Mereka umumnya adalah dosen-dosen mudah berusia di bawah 50 tahun. Generasi akademisi ULM inilah yang kelak akan membawa ke kejayaan ULM. Menembus kancah global, menjadi universitas kelas dunia dalam 10 tahun ke depan. 

 

Terlebih lagi dengan institusi yang terakreditasi A dari BAN-PT dan jumlah prodi yang terakreditasi A berjumlah 25 prodi, tak ada alasan bagi ULM untuk tidak siap melangkah lebih jauh menjadi perguruan tinggi yang terkemuka dan berdaya saing. Apalagi ULM ditunjang oleh sarana dan prasarana yang berstandar internasional, antara lain dengan 12 gedung baru dan beberapa infrastruktur tambahan, seperti Digital Library dengan akses internet yang kencang, Lecture Theater Building, Student Activity Center Building, Sport Hall, dan lain sebagainya.

 

Di periode keduanya, Sutarto yang dikenal sebagai sosok visioner dan inovatif itu memancangkan target, ULM mampu menembus jajaran kampus elit dunia. Caranya? Dimulai dengan persiapan untuk meraih akreditasi internasional, seperti AUN-QA. Proses ke arah itu sudah dimulai. ULM mengirim dosen-dosen mengikuti pelatihan AUN-QA di Bangkok. Program yang menjadi dasar penilaian AUN-QA juga sudah mulai dirancang, antara lain kerja sama untuk lecturer-exchange, join research and publication terus dipersiapkan. Keberadaan dosen dan mahasiswa asing yang berlajar di ULM juga terus digenjot. Demikian pula dosen ULM yang menjadi dosen tamu di perguruan tinggi lain, baik di dalam maupun luar negeri terus didorong. 

 

Di sisi lain, dalam rangka mewujudkan mimpi besar ULM mencetak insan akademik yang siap menghadapi era Revolusi Industri 4.0 dan Society 5.0, ULM mengirim 24 dosen mengikuti workshop of teacher educators for preparing education in Society 5.0 yang berlangsung dari 1-7 Juli 2019 di Tsukuba University dan Tokyo University. Sutarto berharap, workshop ini dapat mengubah cara pandang dosen dalam merancang perkuliahan yang lebih adaptif terhadap perubahan yang berlangsung kian cepat, khususnya karena kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, internet of things, big data, dan artificial intelligence (AI). 

 

Langkah ini juga disiapkan Sutarto sebagai cara ULM melakukan terobosan dan lompatan untuk menghadapi tantangan demografi dan disrupsi teknologi. Metode perkuliahan konvensional bagi 32 ribu mahasiswa ULM diimbanginya dengan model pembelajaran online. Para dosen didorong untuk menggunakan online learning dalam proses pembelajaran. Online learning tidak untuk menggantikan face to face (f2f) learning, tapi untuk memperkuat f2f learning. Blended learning menjadi salah satu alternatif yang digunakan. 

 

“Perkuliahan di era disrupsi teknologi saat ini tidak lagi dibatasi oleh ruang dan waktu secara ketat. ULM telah melangkah untuk menjadi salah satu PT yang mengusung konsep 70 persen f2f learning dan 30 persen online learning. Kemudian, secara bertahap menjadi 30 persen f2f learning dan 70 persen online learning. Sebagian besar waktu perkuliahan mahasiswa akan diarahkan untuk praktek di industri dan dunia kerja,” paparnya.

 

Prestasi yang ditorehkan penghobi traveling dan olahraga tenis ini, rupanya tak hanya diakui di level nasional. Teranyar, ia seringkali wara-wiri diundang sebagai narasumber oleh sejumlah lembaga internasional. Pada Mei 2019 lalu, misalnya, ia diundang sebagai keynote speaker pada peringatan 50 Tahun Solidaridad di Utrecht Belanda untuk berbicara di hadapan delegasi dari 5 benua dan 35 negara tentang pentingnya konservasi ekosistem lahan basah untuk mendukung pembangunan ekonomi hijau berkelanjutan.

 

Selanjutnya, tidak lama berselang pada Juni 2019 ia juga diundang China University of Mines and Technology (CUMT) dalam peringatan 110 tahun CUMT dan menjadi pembicara dalam China-Foreign University Presidents Forum on Innovative Development of Higher Education toward the Future. Peraih gelar Profesor di usia 41 tahun ini juga mendorong sivitas akademika di lingkungannya untuk dikenal dunia internasional. Contohnya, Amalia Rezeki dosen Biologi dan aktivis lingkungan dari ULM mendapat kehormatan memberikan kuliah umum kepada dosen dan mahasiswa University of Newcastle, Australia.

 

Sementara, mahasiswa ULM juga didorongnya mengukir banyak prestasi di level nasional maupun internasional. Hasilnya, mahasiswa Fakultas Kedokteran menjadi juara umum di ajang Regional Medical Olympiad (RMO) 2019 memperoleh 2 emas dan 1 perak. Mereka akan mewakili Indonesia pada Indonesia International Medical Olympiad (IIMO) 2019 di Bali pada bulan Oktober mendatang.