Figur Unggulan di 74 Tahun Indonesia Merdeka

Oleh: Syulianita (Editor) - 09 August 2019

Naskah: Suci Yulianita Foto: Sutanto/Istimewa

 

Diberi amanah menjabat Rektor Institut Teknologi Bandung (ITB) periode 2015 – 2020, Kadarsah Suryadi memiliki tugas dan tanggung jawab yang cukup berat, yaitu membawa ITB bertransformasi dari Research University menuju Entrepreneurial University. Bukan hal yang mudah dan membutuhkan perjalanan panjang. Namun, Kadarsah telah berhasil menciptakan atmosfer entrepreneurial di lingkungan kampus sebagai langkah awal menuju Entrepreneurial University. Belum lagi segudang prestasi membanggakan yang berhasil diraih kampus berskala internasional ini.

 

Dalam menuju Entrepreneurial University, Kadarsah mempersiapkannya dengan tiga kebijakan utama, yaitu excellent in teaching and learning, bagaimana menciptakan lulusan yang kelak akan menjadi profesional, excellent in research adalah bagaimana menciptakan lulusan yang memiliki kompetensi sebagai peneliti yang siap mengembangkan ilmunya, dan excellent in innovation & entrepreneurship adalah bagaimana menciptakan lulusan sebagai inovator dan entrepreneur yang menciptakan lapangan kerja.

 

Sarana dan prasarana pun dipersiapkan dalam mendukung tujuan ITB menuju Entrepreneurial University. ITB menyediakan Lembaga Pengembangan Inovasi Kewirausahaan (LPIK ITB) sebagai tempat mempertemukan para peneliti dan para inovator dengan dunia industri yang bertujuan menghasilkan entrepreneur baru. Kemudian ITB juga dipercaya Kemenristekdikti menjadi Pusat Unggulan IPTEK Nasional melalui ‘Center of Excellence’  yang bekerja sama dengan pihak internasional, seperti dari UC Berkeley, MIT Amerika Serikat dan Kyoto University. 

 

Kini, di bawah kepemimpinan Kadarsah, ITB telah berhasil melangkah menuju Entrepreneurial University dengan menciptakan atmosfer entrepreneurial sebagai langkah awal. Hal itu terlihat dari seluruh mahasiswa, dosen, dan para tenaga kependidikan di ITB yang telah berkomitmen dengan semangat entrepreneurial university, termasuk semangat mengikuti lomba inovasi dan entrepreneur bagi para mahasiswa, baik skala nasional, maupun skala internasional.

 

Beberapa penghargaan internasional yang diraih para mahasiswa ITB, antara lain Juara 1 L’OREAL Brandstorm Challenge Global 2019 yang diselenggarakan L’Oréal, Salle Pleyel di Paris, Perancis pada 24 Mei 2019, berhasil mengalahkan peserta dari Amerika, Eropa dan negara lainnya. Kemudian, Juara 1 dalam Asia-Pacific Imperial Barrel Award American Association of Petroleum Geologist (IBA competition) yang diadakan oleh AAPG 2019, dan meraih Juara AIRBUS Flyyourideas 2019 Video Competition kategori Mixed Reality Challenge yang diselenggarakan oleh AIRBUS pada Mei 2019 lalu. Kemudian, yang terbaru adalah partisipasi tim Tident ITB yang mewakili Indonesia sekaligus satu-satunya negara di Asia Tenggara yang lolos hingga tahap final kompetisi evaluasi pengembangan lapangan minyak dan gas yang terintegrasi tingkat internasional, diselenggarakan European Association of Geoscientists and Engineer, Excel Centre London, Inggris, pada 2 – 6 Juni 2019. Beragam prestasi nasional pun diraih ITB, antara lain Juara 1 Kontes Robot Indonesia Divisi KRAI pada lomba kontes Robot Indonesia yang diselenggarakan Kemenristekdikti, di Semarang pada 20 – 23 Juni 2019, dan masih banyak lagi.

 

Prestasi dosen dan peneliti dari ITB pun tak kalah mentereng. Sekitar 35 dosen yang mengikuti kegiatan ilmiah internasional, dan di antaranya terpilih sebagai pembicara kunci atau undangan atau dosen tamu. Sementara itu, terdapat 48 prestasi dosen berskala nasional. Jumlah publikasi internasional juga mengalami peningkatan pesat, dari sejumlah 1400 pada tahun 2015 kini sudah di atas  2000. Sementara untuk entrepreneur dan inovasi, dari yang sebelumnya berjumlah di bawah 80, kini sudah mencapai 106 startup dan 25 di antaranya sudah spin off, sudah mandiri. Beragam inovasi dari para peneliti dan dosen ITB pun terus bermunculan. Setelah sukses dengan inovasi katalis kimia, yang terbaru adalah Base Transceiver Station (BTS) yang baru diluncurkan pada akhir tahun 2018 lalu, serta inovasi radar cuaca yang bisa digunakan BMKG. 

 

Kadarsah juga berhasil meningkatkan jumlah prodi terakreditasi internasional setiap tahunnya. Dari 18 prodi (S1 dan S2) pada 2015 kini sudah mencapai 39 prodi (34 prodi S1 dan 5 prodi S2) yang telah terakreditasi internasional. Sementara, prodi lainnya masih ada yang sedang dalam proses. Tahun ini ada 2 prodi sedang proses akreditasi ABET-USA dan akan divisit pada November. Kemudian, 2 prodi lainnya dalam proses akreditasi ASIIN-Jerman dan akan divisit akhir tahun ini, serta 5 prodi Fakultas Seni Rupa Disain sedang proses akreditasi NASAD-USA. Sehingga, akhir tahun ini akan ada tambahan 9 prodi lagi yang dalam proses akreditasi internasional hingga tahap visitasi. Untuk akreditasi BAN PT, sudah ada 92,2% yang sudah terakreditasi A, sebanyak 119 dari total 129 prodi.

 

Menjawab tantangan bonus demografi dan disrupsi teknologi, Kadarsah menaruh harapan penuh pada generasi muda agar bisa memiliki kemampuan digital (komputasi, big data analytic, artificial inteligence), serta ‘sustainable’, yaitu memiliki kemampuan adaptasi terhadap berbagai perubahan, dimana pada masa yang akan datang perubahan akan semakin cepat.

 

Pada usia kemerdekaan Republik Indonesia yang ke – 74 tahun ini, Kadarsah berharap, semoga ke depan akan semakin banyak insan akademis yang menjadi profesional, pengembang ilmu dan inovator maupun entrepreneur. “Suatu bangsa akan semakin dihormati bangsa lain di dunia jika ilmunya berkembang, dan suatu negara akan semakin cepat maju jika jumlah entrepreneurnya semakin banyak,” ujar Kadarsah menutup pembicaraan.