Hari Parlemen Indonesia

Oleh: Benny Kumbang (Editor) - 21 October 2015

Naskah: Arif Rahman Hakim Foto: Dok. MO

Di kalangan aktivis mahasiswa Jawa Timur di era 90-an, Helmy Faishal Zaini dikenal sebagai tokoh demonstran. Selain itu juga populer di organisasi pers kampus. Tanpa kenal takut ia memimpin sejumlah unjuk rasa untuk membela rakyat yang tertindas. Helmy memiliki kemampuan berorasi yang dapat membakar semangat para demonstran.

 

Pada 1996 Helmy hijrah ke Jakarta, meninggalkan sementara bangku kuliahnya di  Fakultas Teknik Universitas Darul Ulum, Jombang, untuk bergabung dengan para aktivis pro reformasi lainnya. Target utamanya menurunkan Presiden Soeharto.


Sang penguasa Orde Baru (Orba) yang berkuasa selama 32 tahun itu akhirnya berhasil ditumbangkan oleh gerakan reformasi pada 21 Mei 1998. Tumbangnya Orba yang kemudian berganti dengan era reformasi, membawa berkah bagi Helmy. Di era reformasi tersebut bermunculan banyak partai politik (parpol) bak cendawan di musim hujan. Salah satu di antaranya adalah Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), yang kelahirannya dibidani oleh para ulama Nahdlatul Ulama (NU) dengan motor utamanya Ketua Umum Pengurus Besar NU (PBNU) KH Abdurrahman Wahid
alias Gus Dur.


Di era reformasi itu untuk pertama kali Helmy terjun ke pentas politik praktis. Sebagai kader NU, dia bergabung dengan PKB. Dia terlibat di dalam proses kelahiran PKB sebagai anggota Komite Pendeklarasian PKB pada 23 Juli 1998.
Kiprahnya di parpol tersebut membuahkan hasil yang menggembirakan. Pada Pemilu 2004 dia terpilih menjadi anggota DPR periode 2004 – 2009 dari daerah pemilihan (dapil) Jawa Barat IX. Ia menjadi anggota Komisi VI DPR yang membidangi perdagangan, perindustrian, koperasi, usaha kecil dan menengah (UKM), investasi, dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).


Ia rajin menghadiri rapat dengan mitra kerja Komisi VI. Tak sekadar hadir, Helmy juga memberikan ide-ide cemerlang untuk pengembangan bidang  perdagangan, perindustrian, koperasi, dan lain sebagainya.


Kariernya terus melesat. Mewakili PKB Helmy diangkat sebagai Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT) periode 2009 – 2014 di Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) II di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).  Saat dilantik menjadi menteri usianya 37 tahun, dan merupakan menteri termuda di KIB II. Helmy menggantikan seniornya, Lukman Edy. Dan sebagai menteri Helmy sering berkunjung ke berbagai daerah di Indonesia.


Beberapa bulan menjelang berakhirnya masa bakti KIB II tahun 2009, Helmy mengundurkan diri sebagai Menteri PDT karena dia terpilih menjadi anggota DPR,  mewakili dapil Nusa Tenggara Barat (NTB). Pria kelahiran Cirebon, Jawa Barat, 1 Agustus 1972, ini anggota Komisi X DPR yang membidangi pendidikan, kebudayaan, pariwisata, ekonomi kreatif, pemuda, olah raga, dan perpustakaan.


Helmi termasuk anggota DPR yang aktif membantu pemerintah mempromosikan pariwisata di Indonesia ke berbagai daerah dan di luar negeri. Dalam kunjungan muhibah DPR ke Rumania April 2015 lalu, Helmi mempromosikan Gunung Tambora, NTB, sebagai destinasi wisata Indonesia. Dia ingin Gunung Tambora dikenal oleh wisatawan mancanegara. Ia berobsesi Gunung Tamboran dapat terkenal seperti Bali, Borobudur,
dan Bromo.


Selain itu, suami Santi Anisa ini juga termasuk legislator yang cukup vokal.  Misalnya, dia mengutuk aksi pembakaran mushola di Tolikara, Papua, pada saat sholat Idul  Fitri, Jumat (17/7/2015). “Seharusnya dibuka dialog antar agama dan ada tindakan pencegahan dari aparat keamanan. Atas dasar apapun tidak dibenarkan melakukan aksi perusakan atau pembakaran rumah peribadatan agama apapun dan di manapun. Kasus Tolikara menunjukkan fungsi intelijen kita sangat lemah,” ujarnya.


Dia mengajak seluruh tokoh adat dan tokoh agama untuk meningkatkan langkah-langkah demi terwujudnya persatuan dan kesatuan bangsa. “Tugas agama adalah membangun persaudaraan dan perdamaian antar sesama untuk saling menghargai, bukan saling menghancurkan,” tandasnya.


Legislator ini aktif bersilaturahmi dengan masyarakat, terutama di NTB, di saat reses.  Dengan cara demikian Helmi dapat menyerap aspirasi masyarakat untuk diperjuangkan. Meskipun ada aspirasi dari masyarakat yang bukan ditangani komisinya, tetap ia perjuangkan.


“Mungkin ada anggota DPR yang hanya datang saat kampanye saja. Tetapi bagi saya Insya Allah akan memanfaatkan waktu yang ada untuk terus bersilaturahmi bersama masyarakat, terutama di NTB,” kata Helmy di hadapan konstituennya dalam agenda serap aspirasi di Loteng, NTB, Senin (15/12/2014).


Dia berharap para anggota DPR datang ke daerah bukan hanya saat kampanye saja, tapi harus rutin terutama di masa reses agar dapat lebih dekat dengan konstituennya.


Selain itu Helmy juga berkeinginan DPR dapat optimal melaksanakan tugasnya di bidang legislasi, penyusunan anggaran, dan pengawasan. Dia berobsesi parlemen harus gigih memperjuangkan aspirasi rakyat.


Pada Agustus 2015 Helmy terpilih menjadi Sekjen PBNU. Karena tugas barunya itu ia mundur dari jabatannya sebagai Ketua Fraksi PKB DPR dan Wakil Sekjen DPP PKB. Ia tetap menjadi anggota DPR. Berbekal pengalamannya sebagai anggota DPR dan mantan menteri ia ingin memberikan masukan kepada NU agar menjadi lebih modern, terutama dari aspek ekonomi, pendidikan, dan pengembangan sumber daya manusia (SDM).


Meski sibuk bekerja, lelaki yang memperoleh gelar magister dari Universitas Paramida, Jakarta, ini selalu berusaha meluangkan waktu untuk menyalurkan hobinya, yakni fotografi. Helmy hobi fotografi sejak SMA. Ia banyak menghasilkan karya foto baik portrait maupun landscape yang bertemakan budaya dan sosial.