Hari Parlemen Indonesia

Oleh: Benny Kumbang (Editor) - 21 October 2015

Naskah: Sahrudi, Foto: Dok. Pribadi

Lahir dan besar di lingkungan militer dan politik telah membentuk Edhie Baskoro Yudhoyono menjadi politisi muda dengan talenta yang tajam terasah. Betapa tidak, sejak kecil ia sudah melihat, mengamati, mendengar  bagaimana dunia politik dengan pernak perniknya. “Dari situ pemahaman saya terhadap dunia politik terus berkembang,” ujarnya kepada Men’s Obsession.

Ketertarikannya di bidang politik semakin memuncak manakala ia melanjutkan program master bidang Ekonomi Politik Internasional di Nanyang Technological University Singapura.  Di tahun 2001, tepatnya ketika Partai Demokrat (PD) berdiri ia pun resmi melibatkan diri di dunia politik praktis. Alumni Curtin University, Perth, Australia,  ini menduduki sejumlah posisi strategis di partainya tersebut. Semula banyak yang menilai meroketnya nama pria yang akrab disapa Ibas ini karena faktor sang ayah, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Presiden RI periode 2004-2009 dan 2009-2014 yang juga pendiri PD dan kini Ketua Umum partai berlambang bintang mercy tersebut.


Namun, penilaian itu tak sepenuhnya benar. Tak bisa dinafikan jika Ibas punya talenta kuat sebagai politisi. “Walaupun memang, posisi dan keberadaan sosok Pak SBY sebagai pendiri partai, sangat penting. Tapi keputusan untuk masuk ke dunia politik merupakan pilihan hati saya sendiri, kerena saya ingin berkontribusi secara positif dalam perjalanan bangsa ini. Bagi saya tidak ada jalan yang lunak untuk meraih kesuksesan. Dengan dukungan dan doa dari keluarga, istri dan anak saya harus dan siap berkeringat untuk mencapai keberhasilan,” tegas pria yang menjadikan sang kakek mantan Danjen RPKAD, Letjen  (Purn) Sarwo Edhie Wibowo dan ayahnya, SBY serta sang ibunda, Ani Yudhoyono sebagai sosok inspirator ini.


Kepiawaiannya di politik dan kemampuannya mendekati hati rakyat membuat pria yang pernah menjabat Sekretaris Jenderal PD ini  terpilih sebagai wakil rakyat dari Daerah Pemilihan (Dapil) VII Jatim dalam Pemilu 2009 dan peraih suara terbesar di Indonesia. Begitu juga dalam Pemilu 2014, rakyat kembali mempercayainya untuk duduk di parlemen dan partai menugaskannya sebagai Ketua Fraksi PD DPR RI.  


“Politik adalah tentang pengaruh, persepsi, dan power, politik juga merupakan seni kemungkinan. Bagi saya politik tidak seburuk yang dipikirkan orang kebanyakan. Politik bisa dijalankan secara bermartabat, beretika dan memegang sepenuhnya amanah dari konstituen dengan cara yang bersih, cerdas dan santun,” tegas politisi kelahiran 24 November 1980, ini. Dua periode menjalani aktifitas sebagai anggota parlemen, membuat ilmu politiknya semakin bertambah. Di periode pertama ia ditugaskan di Komisi I DPR RI yang membidangi Pertahanan, Luar Negeri dan Komunikasi Informasi.


“Dalam bidang luar negeri, Indonesia telah berhasil mencapai posisi strategis dengan keterlibatan Indonesia di forum-forum international seperti : G20, APEC dan ASEAN. Komisi 1 DPR RI pada waktu itu terus mendorong dan mengawal capaian-capaian internasional pemerintahan Pak SBY. Di bidang pertahanan, terdapat sejumlah capaian seperti meningkatnya anggaran pertahanan pada APBN, pengadaan alutsista sesuai dengan standar Kekuatan Pokok Minimum atau Minimum Essential Force (EMF), pembangunan Indonesia Peace and Security Center (IPSC) di Sentul Bogor, peningkatan gaji dan renumerasi prajurit TNI, serta menghasilkan UU Industri Pertahanan, UU Keamanan Nasional, UU Intelijen, dan UU Veteran,” paparnya.


Saat ini, Ibas ditugaskan di Komisi X DPR RI yang membidangi pendidikan, pemuda, olahraga, pariwisata, kesenian, dan kebudayaan. “ Saya berharap bisa berkontribusi dalam pendidikan membangun karakter bangsa agar tercipta generasi muda berkualitas di bidangnya masing-masing. Implementasi program-program pendidikan yang pro rakyat seperti BOS, bea siswa untuk siswa miskin, mobil pintar, dan lain sebagainya harus terus dilanjutkan,” urainya.


Dua periode di parlemen, cukup bagi Ibas untuk memahami eksistensi parlemen itu sendiri sebagai institusi yang diistilahkannya sebagai “tempat kritik publik”. “Kita menerima segala kecaman, disalahkan, dimaki, difitnah dan lain sebagainya. Dalam sejumlah agenda reses di Dapil, ada perasaan sedih juga bila aspirasi dan keinginan konstituen atau masyarakat belum bisa diimplementasikan secara maksimal. Tapi bertemu dengan konstituen menjadi sumber energi positif bagi saya dalam mengawal amanah masyarakat yang mempunyai harapan-harapan dan menginginkan perbaikan,” tutur penyuka golf, renang, dan sepak bola ini.


Kini, di Hari Parlemen Indonesia yang jatuh setiap tanggal 16 Oktober, Ibas  menilai keberadaan parlemen Indonesia  sudah sangat sentral dan harus terus tumbuh dan berkembang dengan baik, dan menjadi bagian dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia. “Parlemen harus bisa menjaga identitas dirinya sesuai dengan UUD 45, Pancasila, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika serta konsisten menjaga dan mengawal sistem presidensial berjalan dengan baik di negara kita. Parlemen bisa menjadi kekuatan yang seimbang dalam trias politika, menjalankan kegiatan yang dekat dengan rakyat, menjadi parlemen yang modern, terbuka dan mengasilkan UU yang senantiasa bermanfaat bagi rakyat Indonesia,” harap peraih Bintang Jasa Demokrat  yang juga duduk di Dewan Pertimbangan GM-FKKPI, ini.


Parlemen, lanjutnya lagi, harus semakin maksimal menjalankan fungsi baik dalam bidang legislasi, pengawasan maupun anggaran. “Dari segi kualitas, harus semakin banyak UU yang dibentuk dan dapat bermanfaat langsung terhadap kehidupan masyarakat. DPR juga harus bekerja keras memenuhi target jumlah penyelesaian UU yang telah ditetapkan dalam Prolegnas serta pembahasan RUU semakin transparan agar terbentuk DPR yang modern dan disayangi rakyatnya,” pesan tokoh muda penerima Bintang Mapilu – PWI, ini.


Ibas optimis parlemen Indonesia ke depan dapat mengawal eksekutif secara harmonis dan demokratis, serta dapat menjalankan perannya masing-masing secara profesional, mampu menciptakan dinamika politik yang sehat, kondusif bagi rakyat, bagi investor dan mampu menciptakan kecintaan rakyat pada lembaga negara yang konsisten menjalankan sistem demokrasi.