Hari Parlemen Indonesia

Oleh: Benny Kumbang (Editor) - 21 October 2015

Naskah: Giattri F.P. Foto: Sutanto/Dok. Pribadi

Sebelum terjun ke dunia politik, politisi Partai Demokrat, ini aktif di dunia bisnis. Namun keinginan untuk turun membantu rakyat, membuat ia lebih konsentrasi di bidang politik. Sarana tepat untuk berbuat bagi rakyat.

 

Darah dari sang ayah yang tak lain pahlawan nasional, Dr. J.Leimena tampaknya mengalir deras di tubuh Hj.Melani Leimena Suharli. Ya, darah seorang pahlawan yang selalu berpikir tentang bagaimana berbuat dan berjuang untuk bangsa dan negara. Begitulah wanita kelahiran 27 Januari 1951 ini mampu menerjemahkan tugasnya di parlemen tidak hanya di balik meja, ia juga seringkali “blusukan” bertemu konstituen. Karena itu, pada Pemilu Legislatif periode 2014-2019, ia kembali dipercaya menjadi wakil rakyat di DPR RI Fraksi Partai Demokrat dari Dapil DKI Jakarta II. Di periode kedua menduduki kursi Senayan,  ia duduk di Komisi VI yang ruang lingkupnya meliputi perdagangan, perindustrian, investasi, koperasi, UKM dan BUMN. Karena komisi VI ini sesuai dengan kiprahnya di organisasi-organisasi seperti Kadin, Dekopin, IWAPI dan sebagainya.

 

Seiring berjalannya waktu, banyak hal baru yang Melani pelajari di Komisi VI. Banyaknya hal yang harus diselesaikan di bidang perdagangan, perindustrian, UKM dan BUMN. Karena sekarang ini kebijakan Pemerintahan dibawah Presiden Joko Widodo lebih menekankan ke arah maritim, tentunya banyak pelabuhan laut yang harus ditambah, dibenahi, dan dikembangkan.


Kawasan Timur Indonesia juga menjadi target yang utama, untuk lebih ditingkatkan agar tidak tertinggal dengan provinsi lainnya. Karena itu pelabuhan udara maupun pelabuhan laut dengan ide tol lautnya Presiden Joko Widodo harus lebih dibenahi dan berpengaruh terhadap harga barang di Kawasan Indonesia Timur, sehingga perbedaannya tidak terlalu jauh dari Indonesia Barat antara lain soal pengangkutan barang.


Selain RDP, Komisi VI DPR RI juga rajin melakukan kunjungan kerja ke berbagai daerah, untuk meninjau pelabuhan udara, pelabuhan laut, perkembangan industri dan perdagangannya, juga perkembangan sektor UKM dan Koperasi. Sekarang ini dicanangkan juga program relokasi dan pembuatan pasar-pasar tradisional.


“Dananya sebesar Rp 2 Triliun telah cair untuk pembenahan pasar dan kita harapkan lima ribu pasar selama lima tahun sudah dibuat atau direnovasi. Oleh karena itu harus dikawal benar jangan sampai asal bikin pasar padahal tidak ada pembelinya,” jelas Melani.


Perjuangannya juga ditujukan pada persoalan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Melani mengungkapkan ada banyak permasalahan di BUMN karena itu UU BUMN harus direvisi. “Memang UU No 19 Tahun 2003, tidak semuanya direvisi yang penting jangan sampai orang tidak bisa membedakan mana yang BUMN dan bukan”, tegas Melani.  Selain itu UU tentang persaingan usaha juga akan direvisi, antara lain untuk mengatur pendirian supermarket dan pasar tradisional agar keduanya bisa berkembang. Misalnya aturan tentang pasar modern tidak boleh buka pagi hari, jadi masyarakat belanja pagi di pasar tradisional. “Pasar modern mulai buka dari jam 12 siang sampai malam,” terangnya.


Kunjungi Dapil
Ia juga sangat peduli terhadap masalah pendidikan dan kesejahteraan keluarga antara lain membina pengusaha UMKM, PAUD dan kegiatan Ibu-Ibu PKK di Daerah Pemilihan (Dapil) DKI Jakarta II.  Pada saat reses, Melani mengumpulkan seluruh pengusaha UMKM dari Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan serta menggandeng salah satu BUMN yakni PNM (Permodalan Nasional Madani). Mereka diberi kesempatan untuk menjadi mitra PNM, akhirnya PNM mendatangi semua lokasi pengusaha UMKM itu. Pinjaman yang dicairkan mulai  Rp 1 juta - 200 juta dengan agunan yang ringan.


Kedepan obsesi Melani yang dikenal sebagai Srikandi Demokrat MPR RI (karena satu-satunya wanita di pimpinan MPR RI periode 2009-2014) bertekad membuat masyarakat agar sehat, berpendidikan dan sejahtera. “Tingkat kesejahteraan memang tidak bisa disamaratakan, tetapi yang penting mereka bisa makan 3 kali sehari, bisa menyekolahkan anak, dan kalau ada keluarga yang sakit bisa berobat,” papar Melani penuh semangat.


Sementara jika di komisi VI, ia ingin Pemerintah Indonesia tidak bergantung pada barang-barang impor, menggali potensi Sumber Daya Alam, meningkatkan Sumber Daya Manusia dan menciptakan lapangan pekerjaan sebanyak-banyaknya. Diharapkan supaya lebih banyak industri yang berbasis ekspor tidak menggantungkan dengan bahan baku impor.


“Misalnya batik yang dibuat dari sutra tapi benangnya masih mengimpor dari China karena di Indonesia tidak banyak orang yang membudidayakan kepompong ulat sutra,” katanya.


Ia juga mengatakan di Maluku yang sudah dicanangkan sebagai lumbung ikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, tapi tidak ada industri untuk pengolahan dan penyimpanannya, padahal bisa diberdayakan, misalnya bermitra dengan industri kalengan.


Koperasi juga harus digalakan dengan memberikan akses permodalan atau pelatihan bagi pelaku koperasi. Pasar tradisional juga harus dibenahi dan direnovasi serta mengajak UMKM untuk mengembangkan usahanya disana.
“Sehingga pasar tersebut selain untuk menjual sayur, buah-buahan lokal, Sembilan bahan pokok juga bisa menjual produk-produk cindera mata khas daerah, “ pungkas Melani. Intinya, ia ingin terus berbuat untuk membuat rakyat sehat, kuat dan sejahtera.