Hari Parlemen Indonesia

Oleh: Benny Kumbang (Editor) - 21 October 2015

Naskah: Suci Yulianita Foto: Sutanto/Dok. Pribadi

Tujuan hidupnya bukanlah berpolitik. Namun perjalanan dan sejarah hidupnyalah yang telah membawanya terjun dalam dunia politik hingga ke DPR RI. Meski begitu, Syaifullah Tamliha mampu mempersembahkan kinerja yang baik.

Politisi Partai Persatuan Pembangunan (PPP) ini menghabiskan masa mudanya di dunia organisasi antara lain sebagai Ketua Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) SMPN 4 Amuntai Kalsel, Ketua OSIS SMAN Amuntai Kalsel hingga menjadi Ketua Umum Senat Mahasiswa di Fakultas Perikanan Universitas Lambung Mangkurat. Di luar sekolah, ia aktif di IPNU hingga Ketua Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PB PMII). Syaifullah sempat menjadi pebisnis yang bergerak di sektor rental alat berat untuk eksplorasi tambang di Kalimantan. Namun siapa nyana jika dari sana pula perjalanan karier politiknya bermula.


Saat memasuki ranah politik itu, ia kemudian memiliki satu tujuan mulia, yakni ingin menyuarakan aspirasi rakyat dan mensejahterakan rakyat di daerah pemilihannya di pulau Borneo. Bukan sekadar jargon atau janji-janji palsu, Syaifullah berhasil membuktikan kinerjanya selama 5 tahun bekerja sebagai wakil rakyat pada periode 2009 – 2014. Tak heran jika ia kemudian terpilih kembali untuk yang kedua kalinya duduk di senayan pada periode 2014 – 2019.


Dalam soal pemerataan BBM bersubsidi misalnya, ia langsung bereaksi manakala mengetahui tidak ada pemerataan atas BBM bersubsidi tersebut di Kalimantan, daerah pemilihannya. Maklum, ketika itu tidak setiap kabupaten di Kalimantan memiliki SPBU. Dengan vokal Syaifullah bersuara bahwa perlunya pembangunan infrastruktur BBM di luar pulau Jawa dan Bali, khususnya Kalimantan, “Alhamdulillah sekarang hampir semua kabupaten sudah punya SPBU, minimal 2 lah, sehingga masyarakat di sana bisa merasakan juga,” ucapnya penuh rasa syukur.


Kemudian dalam mengatasi masalah pasokan listrik, Syaifullah berhasil memperjuangkan pembangunan PLTU unit 3 & 4 untuk meminimalisir pemadaman bergilir. “Saya juga dealing alot dengan pihak swasta untuk mengalirkan sebagian listriknya dari perusahaan dia ke PLN. Dia sempat tidak mau, saya tegaskan kalau tidak mau saya minta dari PLN wilayah timur untuk menghentikan aliran listrik ke perusahaan tersebut supaya karyawannya juga merasakan. Dia kan sudah banyak mengeksploitasi sumber daya alam batu bara di Kalimantan ya harus ada sumbangsihnya. Akhirnya saya berhasil membuat kesepakatan itu,” ia bercerita penuh semangat.   


Ia pun berani memindahkan kapal cadangan yang dikirim dari Jerman menuju Makassar pada akhir 2013, ia memohon pada direksi PLN ketika itu untuk mengalihkannya ke Banjarmasin lantaran menurutnya kota Makassar merupakan kota yang sudah terpenuhi pasokan listriknya. Ia juga berharap, PLN juga bisa mendirikan PLTU di Muara Tambang di Kotawaringin Barat, Pangkalan Bun agar Kalimantan Tengah bisa terdistribusi dari situ. “Masa menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2016 (MEA) kita tidak siap. Nah paling tidak, siap infrastruktur listrik,” cetusnya.     


Tak hanya itu, jika menilik kinerja Syaifullah yang langsung bersentuhan dengan rakyat, banyak hal yang telah dilakukannya, antara lain, memperjuangkan uang pengembangan usaha agribisnis pedesaan sebanyak Rp.100 juta per desanya. “Saya kirim alat mesin pertanian, mulai dari traktor, sampai perontok padi, jadi dari hulu ke hilir, Kalsel sekarang sudah surplus beras” katanya.


Selain itu, ada juga dana Percepatan Pembangunan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) yang berhasil disalurkannya ke hampir seluruh desa di 8 kabupaten di dapilnya, Kalimantan Selatan I. Dalam hal ini, dengan tegas Syaifullah berpesan kepada pejabat desa terkait untuk tidak memotong anggaran bantuan sosial tersebut.


Syaifullah menyadari dan tak menampik bahwa di hari Parlemen Indonesia yang ke-70 tahun ini, citra parlemen di mata masyarakat Indonesia masih kurang baik. Namun ia menegaskan bahwa itu hanyalah oknum sebagian anggota DPR RI, bukan lembaganya. Untuk itu ia berharap para wakil rakyat di DPR RI, bisa menjadi anggota DPR RI yang memiliki karakter dan keahlian sesuai dengan komisinya masing-masing.


“Seperti apa sih karakter itu, jadi kalau misalnya karakter saya ahli anggaran, ya saya ngurusin anggaran. Kalau ada yang mau bermain di anggaran itu, ya saya sudah bisa melihat permainan-permainan itu. Dan kita tidak usah ikut-ikutan. Jadilah ikan di laut, walaupun air laut terasa asin tapi ikan tidak pernah terasa asin, jadi kita tidak terbawa arus,” ia berfilosofi.


Ia juga tak ingin menjadikan aktivitasnya di parlemen sebagai tempatnya mencari penghidupan. Karena soal rezeki, ia yakin sudah diatur oleh Tuhan YME. Sebagaimana prinsipnya dalam berbisnis dulu, Syaifullah teguh dengan filosofinya; “janganlah mengejar dunia. Dunia itu kakinya 16, sementara manusia punya kaki paling banyak 4, jika ditambah dua tangan, maka semakin kau kejar dunia itu, semakin cepat kau tiarap, tapi kalau dia tidak dikejar, jika memang sudah waktunya maka dia bisa tertiarap sendiri”.


Sebagai anggota komisi I yang antara lain mengurusi wilayah pertahanan dan intelijen, Syaifullah menyarankan dan mendorong pemerintah agar membangun pangkalan meter di wilayah Papua, Aceh dan Kalimantan. Hal itu lantaran, menurutnya, tiga wilayah tersebut memiliki sumber daya alam yang melimpah, dan jika tidak dijaga, bisa jadi 50 tahun yang akan datang, daerah-daerah tersebut bisa diperebutkan negara lain. “Tiga tempat itu sumber daya alamnya melimpah. Kita berada di daerah equator, kita akan menjadi rebutan dari semua negara karena Indonesia adalah sumber energi dan sumber air di masa depan pada saat kawasan lain akan terjadi krisis energi dan pangan,” pungkasnya.