16 CEO Pilihan 2020

Oleh: Syulianita (Editor) - 06 March 2020

Membawa Bank Mayora  Tangguh di Tengah Tantangan

Naskah: Gia Putri Foto: Sutanto

“Jika kelak saya pensiun, saya bisa membentuk Bank Mayora menjadi perusahaan perbankan yang sangat bagus. Sehingga, siapa pun yang meneruskan sudah memiliki fondasi yang kokoh.”

Di tengah kondisi ekonomi yang penuh tantangan tidak membuat PT Bank Mayora berhenti mencetak prestasi. Tilik saja pencapaian pada Triwulan III 2019, bank yang berdiri sejak 28 Juli 1993 ini membukukan aset sebesar Rp6,43 triliun naik 5,9% YoY dibanding tahun 2018 Rp6,07 triliun. Sementara, laba bersih sebesar Rp18,59 miliar dari periode sebelumnya Rp17,87 miliar. Sedangkan, Dana Pihak Ketiga tercatat pada Triwulan III 2019 tumbuh menjadi Rp4,868 triliun dari periode sebelumnya Rp4,651 triliun.

Direktur Utama Bank Mayora Irfanto Oeij menuturkan, tahun 2019 merupakan tahun yang cukup sulit bagi perbankan karena kondisi global yang masih belum menentu imbas perang dagang ASTiongkok dan juga diwarnai dengan krisis ekonomi di berbagai negara. Di dalam negeri sendiri diwarnai agenda Pilpres dan Pilkada, sehingga dunia usaha bersikap wait and see. Hal ini tercermin dari pertumbuhan kredit nasional yang hanya 6,08% turun dari tahun 2018 lalu sebesar 11,7%. 

Kemudian, adanya tekanan pada NIM akibat persaingan suku bunga serta kecenderungan naiknya NPL secara nasional. Pada Semester II, perekonomian di dalam negeri mulai sedikit bergairah, sehingga terdapat ruang untuk memacu pertumbuhan bisnis. Bank Mayora pun mampu menunjukkan kinerja positif, tentu dengan kunci konsisten dan persistent.

“Konsistensi dan persistensi ini yang ditularkan kepada seluruh tim di internal agar dapat bekerja maksimal, sehingga seluruh tim dapat berkolaborasi dan bekerja sama untuk tercapainya tujuan bisnis perusahaan,” ungkap pria yang sudah berkarier di perbankan sejak tahun 1986 ini. Lebih lanjut ia menuturkan, salah satu faktor bank bisa terus hidup adalah memiliki profit. Artinya supaya bisa survive, Bank Mayora harus bisa menciptakan produk-produk unggulan, sehingga dapat diserap oleh masyarakat. “Istilahnya ada tiga hal, yakni produk funding, produk lending, dan digital. Pada produk funding, kami memiliki beragam produk unggulan, salah satunya tabungan SiPucuk (Simpanan Perencana untuk Keluarga). Kelebihannya, ini merupakan tabungan masa depan, nasabah bisa menentukan berapa besar angsuran, jangka waktunya, dan sebagainya,” jelas pria yang pernah meraih The Best Intellectual CEO tersebut.

Dari sisi lending, Bank Mayora lebih banyak bergerak di bidang retail, contohnya SME. Produk yang disuguhkan berbagai macam, seperti untuk kebutuhan modal kerja hingga KPR. “Kalau untuk fasilitas pinjaman, tidak berbeda dengan yang bankbank lain tawarkan, namun kami membungkusnya dari sisi program untuk nasabah dengan suku bunga rendah,” imbuhnya.

Lalu e-channel, pada era Revolusi Industri 4.0 perusahaan perbankan dituntut untuk melakukan transformasi digital. Oleh karenanya, di bawah nakhoda Irfanto, Bank Mayora tak henti melakukan inovasi. “Jadi, dari 2 – 3 tahun belakangan kami meletakkan dasar dalam hal digital untuk memenuhi kebutuhan nasabah. Apalagi pada era sekarang ini, nasabah sangat jarang datang langsung. Untuk itulah pada 2018, kami mengembangkan internet banking dan mobile banking,” terang Irfanto. 

Apa yang dilakukan Bank Mayora berbuah manis dengan diraihnya penghargaan Digital Brand Award peringkat II untuk kategori Bank Buku II pada 2019 lalu. Isentia bekerja sama dengan Infobank melakukan penilaian “Digital Brand of The Year 2019” menggunakan metode monitoring social media Isentia Brandtology. “Keberhasilan Bank Mayora meraih penghargaan ini adalah bentuk komitmen perusahaan dalam berinovasi dan bertransformasi dalam mengikuti perkembangan komunikasi bisnis pada era saat ini. Melalui media sosial, Bank Mayora dapat menjawab tuntutan masyarakat akan kebutuhan terkait informasiinformasi seputar perusahaan dan perbankan. Di samping itu, media sosial juga dapat digunakan sebagai sarana layanan pelanggan dalam menjawab berbagai keluhan dan pertanyaan konsumen serta untuk memperkuat merek (brand) perusahaan,” ungkap Irfanto.

Lebih lanjut ia mengungkapkan, berbagai lembaga memprediksi bahwa kondisi tahun 2020 tidak lebih  baik dari 2019. Namun, pertumbuhan harus diupayakan. “Untuk itu, kami mengambil strategi untuk bertumbuh secara moderat (tidak agresif), tetapi sehat dan meningkatkan efisiensi perusahaan,” tukas Irfanto.

Pada 2020 ini, sambung Irfanto, bank yang meraih penghargaan juara 2 kategori Bank Buku II dengan predikat “The Best Indonesia GCG Implementation 2019” ini ditargetkan agar pertumbuhan bisnisnya semakin baik. “Kami akan memperkuat fondasi e-channel yang telah dimiliki agar dapat bersaing pada era digitalisasi,” urai pria yang hobi olahraga golf dan lari ini. 

Tahun 2020, bank yang berkantor pusat di Jakarta tersebut akan melengkapi fitur-fitur yang memudahkan nasabah dalam bertransaksi perbankan maupun transaksi pembayaran, seperti pembayaran dengan QR, yang memang sedang digalakkan oleh regulator untuk mendukung pengembangan ekonomi digital di Tanah Air.

Menutup pembicaraan Irfanto menuturkan obsesinya, dalam hidup manusia memiliki 5 life cycle. Pertama, saat lahir hingga masa kanak-kanak, yang belum mengerti apa-apa. Kedua, masa sekolah hingga lulus kuliah. Ketiga, saat memasuki dunia kerja di mana mereka harus memikirkan bagaimana mencukupi kebutuhan hidupnya sendiri. 

“Keempat, ketika sudah bekerja lalu berumah tangga dan memiliki anak tentunya anak itu akan grow up. Life cycle kelima, mereka akan menjadi grandpa. Saat ini saya sedang di fase keempat. Saya sudah berada di pucuk pimpinan dan memiliki anak. Jadi, kini saya  tengah mempersiapkan agar ketika saya pensiun, Bank Mayora menjadi perusahaan perbankan yang sangat bagus. Sehingga, siapa pun yang meneruskannya sudah memiliki fondasi kuat. Dan begitu pensiun, anak saya juga sudah menikah. Jadi, ini terjadi beriringan, sehingga saya tinggal take a rest,” pungkas pria yang demokratis tersebut.