16 CEO Pilihan 2020

Oleh: Syulianita (Editor) - 06 March 2020

Mengawal Kinerja, Meningkatkan Performa

Naskah: Sahrudi Foto: Istimewa

Dikukuhkannya kembali Sunarso sebagai Direktur Utama (Dirut) PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada 18 Februari 2020 adalah pilihan yang tepat. Setelah pada tahun sebelumnya dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) Bank BRI, ia ditunjuk sebagai Dirut Bank BRI.

Pria kelahiran Pasuruan pada tanggal 7 November 1963 ini sudah lama malang melintang di industri perbankan meski pernah mencicipi jabatan Dirut PT Pegadaian. Bankir yang sekarang memimpin bank dengan aset terbesar di Indonesia ini membangun kariernya dari Bank Dagang Negara (BDN) sampai kemudian BDN dimerger menjadi Bank Mandiri, ia tetap eksis. Bahkan, di bank itu Sunarso tercatat sebagai bankir yang berprestasi ketika berhasil menyusun skema pembiayaan kepada sektor kelapa sawit. 

Kemudian pada tahun 2015, Kementerian BUMN  menunjuk alumni Agronomi dari Institut Pertanian Bogor (IPB) dan S2 Administrasi Bisnis, Universitas Indonesia ini sebagai Wakil Direktur Utama BRI mendamping Asmawi Syam yang ditunjuk sebagai direktur utama. 

Pada Oktober 2017, Kementerian BUMN menunjuk Sunarso sebagai Direktur Utama Pegadaian. Hanya setahun kemudian, ia kembali ditarik ke BRI menjadi Wakil DIrut untuk kemudian dipercaya sebagai Dirut. Dengan portofolio yang luar biasa, itu tentu saja Sunarso adalah pilihan yang benar untuk mengawal kinerja dan meningkatkan performa BRI agar tetap moncer dan mengkilap. Pada setahun terakhir ini saja, tepatnya di akhir kuartal III-2019 BRI membukukan laba sebesar Rp24,8 triliun. Sunarso mengemukakan jika laba tersebut tumbuh 5,36 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. “Hingga kuartal III secara konsolidasian mencetak laba Rp24,8 triliun rupiah atau tumbuh 5,36 persen (yoy). Sementara aset tercatat sebesar Rp1.305,67 triliun atau tumbuh secara tahunaan 10,34 persen,” ujar Sunarso ketika memberikan paparan, beberapa waktu lalu.

Adapun dari segi aset BRI mencapai Rp 1.305,67 trilun atau tumbuh 10,34 persen (yoy). Untuk rasio perbankan lainnya, rasio pinjaman terhadap dana pihak ketiga (loan to deposit ratio/ LDR) BRI tercatat 94,15 persen dan rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) 21,89 persen. Angka LDR ini sangat moderat dan CAR yang cukup kuat untuk mendukung pertumbuhan berkelanjutan BRI di masa mendatang.

Karenanya dalam RUPST tahun ini, Bank BRI menyetujui pembayaran dividen sebesar 60 persen dari laba bersih tahun 2019 yang sebesar Rp34,4 triliun. Sehingga, dividen yang dibagikan BRI tahun ini sebesar Rp20,6 triliun atau sekitar Rp168,1 per lembar saham. Angka ini naik 27,2 persen dibandingkan dengan dividen yang dibagikan BRI pada tahun lalu sebesar Rp16,2 triliun atau sekitar Rp132,2 per lembar saham. Sedangkan, Earning Per Share (EPS) perseroan di tahun 2019 sebesar Rp279, naik 6,1 persen dibandingkan EPS tahun 2018 sebesar Rp263. 

Memang, salah satu penyokong utama kinerja BRI, yaitu penyaluran kredit yang tumbuh double digit. BRI hingga akhir September 2019  telah menyalurkan kredit senilai Rp903,14 triliun atau tumbuh 11,65 persen, lebih tinggi dari industri sebesar 8,59 persen dengan NPL 3,08 persen. “Kredit mikro tumbuh 13 persen dan jadi pilar utama kinerja BRI triwulan III, sesuai fokus kami untuk ekonomi kerakyatan dan pemberdayaan UMKM di Indonesia,” ujar Sunarso.

Pihaknya merinci, kredit mikro BRI tercatat senilai Rp301,89 triliun. Sedangkan, kredit konsumer BRI Rp137,29 triliun atau tumbuh 7,85 persen (yoy), kredit ritel dan menengah Rp261,67 triliun atau tumbuh 14,80 persen (yoy) dan kredit korporasi BRI Rp202,30 triliun.

Terkait dengan penguatan sektor kredit, dalam salah satu acara gathering dengan insan pers beberapa waktu lalu, Sunarso bertekad akan terus fokus pada pemberdayaan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Indonesia lewat transformasi digital. Pasalnya, UMKM masih mengalami kendala untuk naik kelas. “Kami menyadari dalam mendorong partisipasi masyarakat ikut dalam ekonomi kerakyatan tidak hanya dipengaruhi oleh pricing. Namun, pricing memiliki peran mendorong kemajuan UMKM,” kata Sunarso.

BRI memiliki misi melayani pelaku UMKM sebanyak mungkin dengan biaya semurah mungkin. Misi tersebut diakuinya dapat dicapai melalui go smaller, go shorter, go faster. Penetapan target market yang lebih kecil, perputaran pinjaman lebih cepat serta pemrosesan lebih cepat dan hal itu diyakini Sunarso bisa dicapai melalui transformasi digital untuk mendapatkan efisiensi serta menciptakan value baru melalui new business model.

 

Menciptakan Value BRI

Tekad Sunarso yang belum genap setahun memimpin ini adalah membawa BRI menciptakan value kepada shareholder dalam bentuk kinerja keuangan yang baik serta berkelanjutan. Sementara kepada nasabah, tentu saja Sunarso akan mendorong BRI memberikan layanan di atas ekspektasi. Sedangkan kepada karyawan, BRI harus bisa menjadi tempat kerja yang kondusif untuk menumbuhkembangkan karier sesuai potensinya. 

Dan kepada masyarakat, BRI akan membawa CSR “BRI Peduli” melalui program 3P (pro planet, pro profit, dan pro people). Program Pro Planet dilakukan BRI dengan melakukan konservasi kawasan sungai atau sarana air bersih dan MCK serta penanaman pohon. Pro-profit meningkatkan kapasitas pelaku UMKM melalui entrepreneurship, administrasi dan manajerial, akses go online, serta good corporate governance. Sedangkan, pro-people melalui bedah rumah dan beasiswa Indonesia Cerdas.