16 CEO Pilihan 2020

Oleh: Syulianita (Editor) - 06 March 2020

Wujudkan The Leading Indonesia’s Airport Operator dan The Best Smart Connected Airport Operator

Naskah: Gia Putri Foto: Dok. Humas AP II

Di bawah komando Muhammad Awaluddin  PT Angkasa Pura II (Persero) dapat menutup tahun 2019 dengan mempertahankan tren positif pertumbuhan bisnis dan operasional bandara, padahal sepanjang tahun lalu tengah didera tantangan berat di pasar penerbangan nasional.

Terkait aspek bisnis, sepanjang Januari – Desember 2019, AP II diperkirakan meraup pendapatan mencapai Rp9,53 triliun atau naik 1 persen dibandingkan dengan Januari – Desember 2018 sebesar Rp9,48 triliun. Kenaikan pendapatan ini merupakan suatu pencapaian bagi AP II karena mampu dicetak di tengah lesunya pasar penerbangan nasional. Di tengah turbulensi industri penerbangan nasional pendapatan perseroan justru tumbuh. Awaluddin menuturkan, perseroan berhasil menjaga pendapatan tetap tumbuh melalui sejumlah strategi, antara lain memperluas portofolio bisnis, melakukan efisiensi, serta meningkatkan traffic di rute internasional.

“Melalui strategi itu, AP II kini perlahan-lahan tidak hanya bergantung dari pendapatan passenger service charge (PSC), sehingga pendapatan perseroan tetap dapat tumbuh kendati jumlah penumpang pesawat turun,” imbuh Awaluddin.

PSC sendiri, sambungnya, adalah bisnis aeronautika dari AP II yang berasal dari kontribusi penumpang pesawat atas jasa dan fasilitas yang ada di bandara. Adapun strategi memperluas portofolio bisnis yang dijalankan pada 2019, antara lain memperbesar kepemilikan saham di PT Gapura Angkasa menjadi 46,62 persen, sehingga AP II kini menjadi pemegang saham pengendali.

Lalu, Bisnis Digital yang dijalankan AP II sejak 2018 telah tumbuh signifikan pada 2019. Bisnis Digital perseroan terbagi dalam tiga bagian, yakni Airport E-Commerce, Airport E-Payment, dan Airport E-Advertising.   “Kami pun menggenjot kinerja anak usaha, yakni PT Angkasa Pura Propertindo (APP), PT Angkasa Pura Solusi (APS), dan PT Angkasa Pura Kargo (APK). Guna meningkatkan pendapatan perseroan, kami juga berupaya untuk meningkatkan pendapatan dari bisnis komersial di setiap bandara. Seperti misalnya, area komersial di terminal penumpang pesawat,” jelasnya.

Secara umum, pihaknya berupaya meningkatkan pendapatan bisnis nonaeronautika pada 2019 dan memang berhasil. Pada 2019 diperkirakan pendapatan dari bisnis nonaeronautika AP II naik hingga 10 persen dibandingkan dengan 2018 atau dari Rp3,47 triliun menjadi Rp3,86 triliun. Seiring dengan tren positif yang mampu dijaga, pada tahun 2020 ini AP II membidik target pendapatan usaha bisa mencapai Rp12,7 triliun. Ia optimistis bisa mencapainya  dengan melakukan pengembangan usaha secara anorganik.  

Tidak sekadar menjaga pertumbuhan bisnis, sepanjang 2019 AP II juga berhasil mencapai sejumlah target pembangunan infrastruktur kebandarudaraan yang ditetapkan pemerintah. Infrastruktur baru yang sudah dioperasikan pada tahun 2019 dan berdampak luas pada sektor kebandarudaraan nasional adalah East Connection Taxiway (ECT) dan Runway 3 di Bandara Internasional Soekarno-Hatta.

Melalui ECT dan Runway 3 membuat Soekarno-Hatta secara bertahap akan mampu meningkatkan efektivitas dan efisiensi operasional bandara. Tak hanya itu, seluruh bandara AP II kini telah dilengkapi dengan fasilitas layanan digital bagi penumpang pesawat. “Kami telah memperbaharui aplikasi Indonesia Airports guna lebih meningkatkan user experience menjadi lebih baik dan mudah,” tambahnya. 

Adapun tahun ini, AP II mulai menjalankan Corporate Strategic Transformation 4.0 dengan timeline yaitu pada 2020 – 2024. Fokusnya adalah melakukan pengembangan bandara dan peningkatan pelayanan melalui technology innovation, seperti artificial intelligence, internet of things, big data analytics, roboting, automation, virtual reality, hingga augmented reality. “Kami ingin mewujudkan era baru berbasis infrastruktur digital di pelayanan kebandarudaraan,” tegasnya. 

Transformasi yang dilakukan pada 2020 – 2024 ini akan membawa AP II mampu mengakomodir dinamisnya permintaan para penumpang pesawat, pengguna jasa bandara, dan masyarakat luas pada era digitalisasi. Program Corporate Strategic Transformation 4.0 sekaligus menasbihkan AP II sebagai pionir dalam digitalisasi layanan dan operasional di bandara guna mencapai visi The Best Smart Connected Airport Operator in The Region. 

Siapkan Era Airport 4.0, AP II juga menggandeng dunia akademis, seperti belum lama silam, AP II telah menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan Universitas Negeri Jakarta. “Saat ini kami sudah punya Airport Learning Center dan sedang mempersiapkan adanya corporate university. Kami berharap nantinya UNJ dapat memberi masukan terkait perumusan silabus dan materi pendidikan untuk corporate university itu,” jelas Awaluddin. Sebelumnya, AP II sudah menggandeng beberapa perguruan tinggi, antara lain Institut Teknologi Bandung, Nanyang University (Singapura), hingga Coventry University (UK).

Adjacent Business

Lebih lanjut Awaluddin mengatakan AP II pada tahun ini memperkenalkan konsep bisnis baru bernama Adjacent Business guna mempercepat pertumbuhan usaha pengelolaan bandara dan memperkuat posisi sebagai The Leading Indonesia’s Airport Company. “Konsep Adjacent Business sendiri bisa diartikan sebagai diciptakannya lini bisnis baru untuk meraih pasar yang juga baru guna memperkuat bisnis inti sebagai pengelola bandara.”

Selama ini, pendapatan AP II berasal dari bisnis aeronautika dan non-aeronautika yang sudah dijalankan berpuluh-puluh tahun dan disebut dengan Aeronautica Legacy dan Non-aeronautica Legacy. Hal itu berubah mulai tahun ini dengan diimplementasikannya konsep Adjacent Business. Melalui konsep Adjacent Business ini, pihaknya akan menghasilkan New Wave Business, yaitu pendapatan dari bisnis Aeronautica New Wave dan Non-aeronautiva New Wave. Artinya, AP II akan memperluas pasar dari bisnis inti.

“Jadi, ada Aeronautica Legacy Business dan Non-aeronautica Legacy Business lalu ditambah dengan Aeronautica New Wave Business dan Non-aeronautica New Wave Business. Ini membuat PT Angkasa Pura II semakin tumbuh cepat,” ujar Awaluddin.

Adjacent Business yang telah dijalankan adalah memperkuat portofolio dari 5 anak usaha, mengembangkan bisnis bengkel pesawat (Maintenance, Repair & Overhaul/MRO), dan program strategic partnership Bandara Kualanamu. Dan, konsep ini merupakan pengembangan portofolio bisnis sebagai bagian dari Transformasi Bisnis dan Portofolio Usaha yang dicanangkan sejak 2016.

Ia mengatakan target pendapatan dari Adjacent Business pada 2020 sebesar Rp130 miliar atau 1 persen dari target total pendapatan perseroan yang mencapai Rp12,8 triliun. Guna mengawal implementasi konsep Adjacent Business, ia akan membentuk unit khusus di dalam perseroan yang diberi nama sama, yaitu Divisi Adjacent Business.