16 CEO Pilihan 2020

Oleh: Syulianita (Editor) - 06 March 2020

IPC Menuju World Class Trade Facilitator

Naskah: Subhan Husaen Albari Foto: Sutanto

Konsistensi Elvyn G. Masassya dalam menjaga PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) atau IPC agar tetap tumbuh sehat patut diacungi jempol. Totalitasnya sebagai direktur utama telah mampu menunjukkan bahwa IPC adalah perusahaan pengelola pelabuhan terbesar yang mampu memberikan keuntungan untuk negara. Kini, di bawah kepemimpinannya IPC terus maju berlayar untuk selalu menjadi yang terdepan.

Tahun ini IPC memasuki fase “World Class” yang merupakan ujung dari roadmap lima tahun 2016-2020. Juga merupakan awal dari visi lima tahun berikutnya menuju IPC menjadi “World Class Trade Facilitator” pada tahun 2024. “IPC kini memasuki era baru. Arah transformasi bisnis perusahaan bukan lagi menjadi land lord atau port operator, namun juga menjalankan peran yang lebih luas sebagai fasilitator perdagangan dalam ekosistem logistik,” jelas Elvyn.

Ada lima hal yang menjadi fokus dan komitmen IPC pada tahun 2020. Pertama, Establishment of global footprint, yaitu melanjutkan strategi ekspansi ke luar negeri melalui anak perusahaan, untuk meningkatkan pendapatan perusahaan (growth strategy). Berikutnya, Establishment of world class terminal operations, mewujudkan operasional terminal berkelas dunia melalui penguatan operational excellence dan customer service, serta implementasi digital port dan kemampuan teknologi. 

Ketiga, Implementation of green port and smart port initiatives, yaitu penerapan prinsip-prinsip green port dan smart port untuk bisnis yang berkelanjutan. Dan keempat, Excellence competing subsidiaries, memperkuat keunggulan bersaing anak-anak perusahaan di industri masing-masing dan berstandar kelas dunia. Berikutnya, inisiasi Integrated Port Network (IPN) dan implementasi Proyek Strategis Nasional (PSN).

Salah satu PSN yang terus dikebut pengerjaannya oleh IPC, yaitu Terminal Kijing di Mempawah, Kalimantan Barat. Pada bulan Januari 2020 progres proyek ini telah mencapai 43 persen. “Saya optimis pembangunan tahap I terminal ini akan selesai dan dapat mulai beroperasi pada Semester II tahun ini” kata Elvyn. Tahap I ini meliputi terminal peti kemas di sisi laut seluas 1000 meter x 100 meter, lapangan operasional di sisi darat, serta trestle (jalan penghubung) sepanjang sekitar 3,5km.

Terminal Kijing merupakan ekstensi dari Pelabuhan Pontianak yang nantinya dikembangkan dengan konsep digital port, yang dilengkapi peralatan bongkar muat modern dan berperan sebagai pelabuhan hub (penghubung). Dengan kedalaman -15m, kapal-kapal besar dapat bersandar dan melakukan bongkar muat untuk memaksimalkan potensi sumber daya alam Kalimantan, khususnya Kalimantan Barat. Dan, sesuai dengan amanat Presiden RI agar pembangunan infrastruktur utama dihubungkan dengan kawasan produksi. Terminal Kijing nantinya terkoneksi langsung dengan Kawasan Ekonomi Khusus. 

Menurut Elvyn, IPC akan terus mengembangkan ekosistem kepelabuhanan untuk memperkuat peran strategis IPC sebagai trade facilitator. Semua ini nantinya bermuara pada penurunan biaya logistik sebagaimana yang menjadi target pemerintah. Saat ini 12 cabang pelabuhan IPC telah memiliki sistem operasi berbasis digital yang setara tentunya dengan tingkat yang berbedabeda sesuai kebutuhan masing-masing Cabang Pelabuhan. 

Sejumlah aplikasi penting telah diimplementasikan, antara lain Vessel Management System (VMS), Vessel Traffic System (VTS), Automatic Identification System (AIS), dan Terminal Operating System (TOS). Demikian juga Marine Operating System (MOS), untuk pelabuhan yang mempunyai trafik kapal yang tinggi dan disandari kapal-kapal besar. Terkini, pada awal Desember 2019 IPC telah memperkenalkan single Truck Identity Database (TID) yang merupakan basis data truk yang hilir mudik di pelabuhan-pelabuhan IPC. Setiap truk nantinya memiliki kartu yang di dalamnya memuat data nomor truk, nama perusahaan, dan nama pengemudi. Kartu itu menjadi alat akses ke setiap terminal di pelabuhan IPC. Dimulai dari Pelabuhan Tanjung Priok sebagai pilot project, yang diharapkan bisa fully implemented pada tahun ini.

Berbagai terobosan dan inovasi yang dilakukan IPC berimbas positif pada capaian perusahaan. Menilik kinerja keuangan serta operasional, berdasarkan laporan unaudited Desember 2019 tercatat realisasi laba sebesar Rp2,91 triliun atau meningkat 19,95 persen dibandingkan capaian tahun lalu sebesar Rp2,43 triliun. Sementara, pendapatan usaha tercapai sebesar Rp12,00 triliun naik 4,94 persen dibandingkan periode yang sama di tahun lalu sebesar Rp11,44 triliun. “Perolehan laba bersih 2019 ini lebih tinggi dari ekspektasi korporasi yang dipatok Rp2,61 triliun. Artinya, tren kenaikan laba perusahaan terus kami pertahankan,” kata Elvyn.

Dari sisi kinerja operasional, trafik arus peti kemas berhasil dipertahankan di angka 7,6 juta TEUs sebagaimana tahun sebelumnya. “Ini cukup positif di tengah tantangan perlambatan perekonomian dunia,” ujarnya. 

Meskipun tren kenaikan laba perusahaan berhasil dipertahankan, Elvyn mengakui ada beberapa catatan untuk perbaikan ke depan. Namun secara umum, kinerja 2019 dinilai lebih baik dibandingkan tahun 2018. “Jika dilihat dalam periode yang lebih panjang, sepanjang tahun 2016-2019, kinerja operasional dan keuangan IPC menunjukkan tren yang cukup baik. Untuk meneruskan tren kinerja yang positif, kami telah menyusun target operasional dan keuangan 2020,” jelasnya. Elvyn mengungkapkan, untuk tahun ini, IPC menargetkan perolehan laba sebesar Rp3,1 triliun. Pendapatan usaha juga ditargetkan naik menjadi Rp13,5 triliun. 

Sebagai catatan manis lainnya, IPC berhasil meraih juara 1 penghargaan Annual Report Award (ARA) 2018 untuk kategori BUMN Non Keuangan Non Listed. Penghargaan diberikan dengan mempertimbangkan keterbukaan informasi yang akhirnya bisa mendukung kinerja perusahaan secara berkelanjutan dalam memenangkan persaingan global.