16 CEO Pilihan 2020

Oleh: Syulianita (Editor) - 06 March 2020

Mengawali Tahun 2020 dengan Optimisme

Naskah: Sahrudi Foto: Dok. Pribadi

Sepuluh tahun lalu, tepatnya tahun 2010,  PT Wijaya Karya Tbk (Tbk) sudah menyiapkan tekad bernama “Visi 2020” yang salah satu tujuannya adalah menjadi perusahaan Engineering, Procurement, dan Construction (EPC) serta investasi terintegrasi terbaik di Asia Tenggara. Akankah di tahun 2020 ini tekad tersebut bakal terwujud?

Bisa jadi di akhir tahun 2020 nanti, apa yang dicitakan perusahaan infrastruktur plat merah ini akan terealisasi. Betapa tidak, perusahaan dengan kode emiten WIKA ini sekarang tak hanya memiliki sumber daya manusia (SDM) yang andal, tapi juga piranti teknologi pendukung yang tak kalah canggih dengan korporasi serupa di luar negeri. Hal itu tak lepas dari komitmen WIKA untuk berperan serta dalam mendukung dan mensukseskan program pemerintah, khususnya dalam pembangunan infrastruktur yang sejalan dengan bisnis inti Perseroan dalam bidang konstruksi.

Melalui berbagai pembangunan infrastruktur yang telah diamanahkan oleh pemerintah kepada perusahaan, WIKA menghadirkan pengembangan infrastruktur dan bangunan yang memberikan dampak positif “create impact” serta manfaat kepada masyarakat selaku stakeholders. 

Terbukti, di bawah kepemimpinan Tumiyana selaku Direktur Utama, perusahaan ini telah mendapatkan banyak kepercayaan dari luar negeri untuk proyek-proyek prestise. Hal itu tak lepas dari kejelian dari para direksi dan staf WIKA dalam memaksimalkan penerapan Building Information Modelling (BIM) yang sejatinya sudah ada sejak 2007 lalu sebagai upaya mempersiapkan industri ini untuk mampu  berdaya saing global. Maka tak heran jika tahun 2019 kemarin, ajang International Year in Infrastructure 2019  di Singapura menganugerahkan WIKA sebagai juara utama dalam kategori “Going Digital Advancements in Bridges”.

WIKA berhasil mengungguli 2 finalis dari Italia, Italfer S.p.A dan Shenzen Municipal Design & Research Institute, co, Ltd., dari Tiongkok. Sebagai informasi, ajang International Year of Infrastructure 2019 ini diikuti oleh 60 negara di dunia, 440 organisasi dan 571 nominasi proyek. Prestasi juara 1 yang ditorehkan WIKA pada ajang International Year in Infrastructure 2019 adalah kali kedua dalam dua tahun terakhir.

Pada ajang yang berlangsung di Inggris tahun 2018 lalu, WIKA menjadi wakil Indonesia pertama yang berhasil masuk nominasi sekaligus tampil sebagai pemenang kategori Environmental Engineering. Pencapaian ini menunjukkan pengakuan dunia terhadap kinerja dan performa tim BIM WIKA. Ke depan, WIKA akan semakin fokus mengoptimalkan penerapan teknologi ini, sehingga akan mampu meningkatkan nilai tawar untuk dapat mengembangkan bisnis di sektor konstruksi.

Sekadar catatan, dari target nilai kontrak baru di tahun 2020, WIKA membidik 14 persen proyek luar negeri dan saat ini perseroan telah berada di 9 negara dan 2020 akan diperluas ke 3 negara lain, yaitu Madagaskar, Mauritius, dan Ethiopia. Pada penghujung tahun 2019 WIKA juga mendapatkan kontrak pekerjaan pembangunan Proyek Goree Tower di Senegal, Afrika Barat dengan nilai pelaksanaan tahap pertama sebesar 50 juta Euro dari total 250 juta Euro. 

Penandatanganan kontrak Tahap 1 Goree Tower Project tersebut dilakukan oleh L’Agence De Gestion Du Patrimoine Bati De L’Etat (AGPBE) dengan perseroan di Centre Internationale Conference Abdou Diouf. Memang, kontrak baru luar negeri WIKA pada 2020 mayoritas berasal dari negara-negara Afrika. Namun demikian, WIKA juga menggarap proyek di beberapa negara Asia yang memiliki pertumbuhan ekonomi baik dan sedang agresif membangun infrastruktur, seperti Filipina dan Taiwan.

Perseroan juga sedang membidik proyek pengembangan bandara Terminal 3 di Taipei dengan nilai kurang lebih Rp3 triliun. Sementara untuk di dalam negeri, kinerja Badan Usaha Milik Negara (BUMN) karya ini makin cemerlang dengan masifnya pembangunan infrastruktur yang digenjot oleh pemerintah.

Dari performa yang tinggi itu penghasilan pun meningkat signifikan. Sesuai laporan keuangan hingga 30 September 2019, misalnya WIKA mencatatkan laba bersih Rp 1,57 triliun di kuartal-III 2019 dengan rasio laba bersih 8,57 persen atau tumbuh 48,31 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2018. Hingga September 2019, Perseroan telah mencatatkan kontrak baru sebesar Rp25,74 triliun. Perolehan tersebut tumbuh 1,64 persen dikomparasikan dengan perolehan kuartal-III tahun 2018. Kontribusi kontak baru terbesar datang dari private sector 46 persen; BUMN 40 persen; overseas 10 persen, dan pemerintah 4 persen. Sementara lini bisnis yang paling berkontribusi, yakni infrastruktur & gedung, energi & industrial plant, industri, dan properti.

Pada kuartal III-2019 ini pula, Perseroan mencatatkan nilai gearing ratio, atau rasio antara hutang berbunga dibandingkan dengan ekuitas sebesar 1,19x. Nilai rasio tersebut terbilang masih rendah jika dibandingkan dengan batas utang perusahaan (covenant) pada level 2,5x. Artinya, kondisi keuangan Perseroan dalam kondisi sehat dan memiliki ruang yang besar untuk melakukan ekspansi bisnis ke depan. 

Dengan posisi seperti itulah, WIKA siap untuk sebuah kerja besar yakni membangun ibu kota negara yang baru di Kalimantan. “Wika selalu siap untuk ambil bagian dalam mempersiapkan ibu kota baru, termasuk di antaranya melalui mekanisme Kerja sama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) dalam penyediaan Infrastruktur,” tegas Tumiyana. Menurutnya, dipilihnya Kalimantan Timur sebagai ibu kota baru sekaligus menjadi peluang bagi perusahaan untuk ekspansi ke wilayah tersebut.