16 CEO Pilihan 2020

Oleh: Syulianita (Editor) - 06 March 2020

Tak Henti Lakukan Continuous Improvement

Naskah: Gia Putri Foto: Sutanto

Diamanahi menjadi Direktur Utama BNI Life sejak 2018 lalu, Shadiq tak pernah menyianyiakan kepercayaan tersebut. Pria yang mengawali kariernya sebagai bankir di PT Bank Nasional Indonesia (Persero) Tbk pada tahun 1992 ini menerapkan beragam jurus jitu agar BNI Life kokoh menjadi salah satu perusahaan asuransi jiwa paling berkilau di negeri ini.

Kepada Men’s Obsession ia menguntai kenapa ia tertarik memimpin BNI Life, setelah sebelumnya menduduki posisi strategis di perbankan BUMN. “Sebetulnya antara asuransi dengan perbankan itu satu rumpun, tetapi tantangannya berbeda adalah tidak mudah untuk menjual produkproduk asuransi. Lalu masalah literasi, di perbankan sudah lebih bagus ketimbang di asuransi. Ketiga, di sini secara teknik kita harus menghitung suatu ketidakpastian menjadi sesuatu yang pasti buat kami."

Sebagai nakhoda BNI Life, Shadiq pun tak henti melakukan continuous improvement. “Obsesi saya adalah membawa BNI Life lebih bagus lagi. Tentunya kami harus selalu berinovasi, melakukan continuous improvement di berbagai sisi, baik saya pribadi maupun teamwork saya. dengan asset BNI Life sekitar sebesar Rp18 triliun, harus kami dorong agar lebih bagus lagi untuk tahun 2020 ini dan tahuntahun mendatang. Bagi saya ini adalah sesuatu yang baru yang harus saya geluti dengan serius,” ungkap Shadiq sembari mengatakan hal ini sejalan dengan filosofi hidupnya bahwa hidup harus memiliki semangat, bekerja keras, dan nyala api harus terus berkobar. “Jangan pernah menyerah dengan keterbatasan kemampuan yang ada, tetapi bagaimana kita bisa menciptakan kemampuan baru, supaya lebih semangat lagi,” imbuhnya. 

Di tengah perlambatan ekonomi pada 2019 lalu, BNI Life berhasil mencatat kenaikan profit 58,9 persen atau sekitar Rp300 miliar (unaudited) dari periode yang sama pada tahun 2018 sebesar Rp185 miliar. Shadiq membeberkan kunci suksesnya adalah perkembangan organisasi, perbaikan proses bisnis, pengembangan bisnis, dan sinergi dengan perusahaan induk BNI “BNI Life mengedepankan penjualan produk yang lebih menguntungkan. Kami juga mengurangi produk-produk yang berisiko tinggi, jadi itu dikemas dalam satu kebijakan strategis kami. Sehingga pada tahun 2019, kami bisa tumbuh di atas rata-rata industri untuk labanya sendiri,” tutur pria yang hobi bermain golf ini. Apa yang dilakukan Shadiq berbuah manis, sepanjang tahun 2019, BNI Life berhasil mendapatkan 24 penghargaan bergengsi yang dipercayakan oleh beberapa lembaga serta media indenpenden dan kredibel baik di sektor asuransi, investasi, image perusahaan, governance, risk and compliance. “24 penghargaan yang kami peroleh merupakan hasil dari kerja keras dan semangat kami dan tim dalam mencapai hasil yang terbaik melalui pembenahan sistem dan kinerja yang selalu kami lakukan secara berkelanjutan dan strategi yang kami sesuaikan dalam meraih target perusahaan yang didukung oleh segenap shareholders, manajemen, karyawan dan tenaga pemasar, termasuk nasabah setia kami yang ada di seluruh Indonesia yang telah mempercayakan BNI Life sebagai partner perencanaan keuangan dan memberikan perlindungan asuransi untuk mereka dan keluarga,” ungkapnya dengan santai. Pada 2020 BNI Life menargetkan premi dapat mencapai Rp7,5 triliun. Nilai ini tumbuh 59 persen dari pencapaian premi tahun 2019 sebesar Rp4,7 triliun. Adapun target laba di tahun 2020 sebesar Rp601 miliar. Jumlah itu naik lebih dari 100 persen dibandingkan pencapaian laba tahun 2019 senilai Rp300 miliar.

Untuk mencapai target tersebut, kata Shadiq, ada 6 kebijakan strategis yang diterapkan pada tahun ini, yaitu fokus ke penjualan produk yang menguntungkan, optimalisasi hasil investasi dan performa unit link, pengembangan captive market, non-captive market dan digitalisasi, meningkatkan produktivitas SDM, optimalisasi proses bisnis dan efisiensi OPEX dan mengkaji pengembangan channel bisnis. Lebih lanjut ia menuturkan, tahun ini memang ada sejumlah tantangan di kondisi pasar modal yang kurang stabil akibat wabah penyakit di China, kemungkinan perang dagang antara Amerika dan Iran, dan menurunnya kepercayaan masyarakat kepada industri asuransi jiwa karena adanya kasus di beberapa perusahaan asuransi. “Untuk menghadapi tantangan tersebut yang kami lakukan, di antaranya menjaga kualitas asset yang dipercayakan oleh nasabah. Kami juga memiliki kebijakan investasi di BNI Life untuk obligasi rating minimal A dan pilihan investasi lainnya yang berkualitas. Untuk obligasi, kami sekitar 60 persen berada di rating sudah AAA, 40 persennya berbagi antara AA dan A,” jelasnya. Menghadapi Revolusi Industri 4.0, BNI Life terus melakukan digitalisasi guna memenuhi perkembangan gaya hidup nasabah, seperti meluncurkan BNI Life Mobile Apps dan e-commerce yang ada di website www.bni-life.co.id.

“Selain dari dua fitur ini, kini produk BNI Life juga bisa dibeli lewat uang elektronik LinkAja. Selain itu, BNI Life di masa mendatang dapat dibeli lewat aplikasi induk perusahaan induk, yakni BNI Mobile,” terangnya. Ia menambahkan, aplikasi BNI Life Mobile bisa memberikan informasi mengenai kesehatan, daftar rekanan rumah sakit dan provider, dan layanan Digi Claim. Untuk Digi Claim pada saat ini masih diperuntukkan untuk nasabah Optima Group Health (OGH) dengan maksimum nilai klaim sebesar Rp5 juta. Selain itu, BNI Life juga telah menggandeng berbagai perusahaan teknologi kesehatan atau health tech seperti YesDok. “Tahun ini, kami juga berencana akan masuk ke beberapa e-commerce untuk menjajaki kerja sama” imbuhnya. Menutup pembicaraan, Shadiq menuturkan obsesinya, yakni membawa BNI Life berkinerja lebih bagus lagi ke depan.

“Sebagai leader, kita harus memberi contoh dan memahami apa yang kita geluti. Misalnya di BNI Life, harus tahu produk yang dijualnya itu apa, bisnis proses, saya tidak bisa berkeluh kesah dengan kondisi yang ada, tetapi justru dengan kemampuan yang ada, apa yang harus saya improve dari sisi SDM, sistem, maupun IT. Nah setelah itu, tugas dari pimpinan adalah memutuskan kebijakan yang diterapkan. Lalu, melakukan monitoring apakah berjalan sesuai dengan rencana tau tidak. Kalau tidak sesuai rencana, kita harus melakukan perbaikan kembali, kalau sudah berjalan dengan sesuai rencana, kita lakukan apa yang bisa di improve lagi, jadi continuous improvement,” pungkasnya.