13 CEO Pilihan

Oleh: Benny Kumbang (Editor) - 21 February 2017

Naskah: Giattri F.P., Foto: Dok. MO/Istimewa

Tak berlebihan jika menyebut Maryono sebagai salah satu bankir hebat yang dimiliki negeri ini. Betapa tidak? Di bawah pimpinannya, PT Bank Tabungan Negara Tbk (Bank BTN) sukses memainkan perannya sebagai pemain utama dalam pembiayaan perumahan nasional. Ia juga  terus melakukan berbagai gebrakan. Tak ayal, kinerja Bank dengan kode emiten BBTN tersebut tetap mengkilap meski di tahun 2016 terjadi perlambatan ekonomi.

 

Sejak Maryono menjadi Direktur Utama, entitas yang dulunya bernama Bank Tabungan Pos ini memang terus menunjukkan perbaikan kinerja. Hingga bulan terakhir pada 2016, bank yang didirikan lebih dari 6 dasawarsa ini masih mencatatkan pertumbuhan bisnis di atas laju industri.


Laporan keuangan (anaudited) perseroan menunjukkan aset Bank BTN naik sekitar 24,56% yoy dari Rp171,8 triliun pada Desember 2015 menjadi Rp214 triliun di Desember 2016.


Kinerja penyaluran kredit juga menunjukkan pertumbuhan di atas industri. Per Desember 2016, kredit dan pembiayaan Bank BTN naik sekitar 18,34% yoy menjadi Rp164,44 triliun dari Rp138,95 triliun pada Desember 2015. Kemudian, dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun juga tumbuh lebih tinggi di level sekitar 25,44% yoy dari Rp127,74 triliun pada Desember 2015 menjadi Rp160,24 triliun di bulan yang sama tahun lalu.


Kiprah Bank BTN di bawah kepemimpinan Maryono pun memperlihatkan prospek yang positif dengan basis efisiensi dan efektivitas. “Ke depannya, target proses persetujuan KPR pun bakal dipangkas dari 1:5:1 menjadi 1:3:1. Waktu persetujuan pun dibidik akan dipersingkat menjadi maksimal 24 jam,” ujar Maryono.


Tentu saja target Bank BTN  mendukung program Satu Juta Rumah yang diinisiasi Presiden Joko Widodo juga menjadi pokok sasaran di bawah nahkoda Maryono.  Hal ini sejalan dengan arahan Menteri BUMN Rini Soemarno,  bahwa pemenuhan rumah bagi rakyat bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tapi juga bank dan pengembang.


“Bank BTN sebagai BUMN perbankan yang memiliki keunggulan, terutama dalam digital banking untuk KPR, dan menjadi agen pembangunan, diharapkan terus mendukung Program Satu Juta Rumah,” kata Rini.


Di sisi saham pun, Bank BTN terus merangkak naik. Saham Bank BTN ditutup pada Rp 1.740 per lembar saham per 30 Desember 2016, atau naik sekitar 34,36% yoy dari harga pada penutupan perdagangan 2015 senilai Rp 1.295 per lembar saham.


Perjalanan waktu menjadikan bank ini tak hanya berfokus menyalurkan KPR. Di bawah pimpinan Maryono, Bank BTN terus bergerak berinovasi di segala sisi.


Mulai dari penerbitan obligasi, sekuritisasi, hingga masuk ke pasar modal. Tujuannya, yakni untuk menghimpun dana demi kelancaran penyaluran KPR. Program pemberian kredit yang sedianya dilakukan bagi rumah tapak pun mulai bergerak ke rumah vertikal. Beragam skema pembiayaan juga ditempuh, termasuk pembiayaan syariah.


Tak hanya masyarakat, Bank BTN pun mengucurkan kredit bagi pengembang. Tercatat, hingga Desember 2016, lebih dari 3.000 pengembang telah digandeng oleh bank yang meraih predikat Bank BUMN terbaik dalam pengelolaan SDM di lingkungan perbankan pada BUMN Awards 2016 lalu.