12 CEO Pilihan

Oleh: Benny Kumbang (Editor) - 18 February 2016

Naskah: Sahrudi/Arif Rahman Hakim, Foto: Dok. Humas Pertamina

 

Tak salah menjuluki Dwi Soetjipto  sebagai sosok CEO yang memiliki kemampuan spesialis meningkatkan performa BUMN. Betapa tidak, di pemerintahan Presiden SBY, ia dipercaya memimpin PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. dan menjadikan perusahaan itu sebagai salah satu pemain semen di tingkat  global. Kini di era Presiden Jokowi, ia didapuk mengomandani PT Pertamina (Persero).

 

Salah satu hal yang membanggakan dari seorang Dwi Soetjipto adalah kepiawaiannya membawa produk semen nasional menjadi produk yang mendunia. Terbukti, ia telah berhasil memasarkan produk semennya ke berbagai negara, apalagi sekarang Semen Indonesia masuk ke Hanoi, Vietnam. “Itulah  salah satu keyakinan kenapa Presiden Jokowi pilih Pak Dwi,” ujar Menteri BUMN, Rini Suwandi suatu ketika.


Tak salah Rini menilai begitu. Terbukti, beberapa saat ia dilantik sebagai Direktur Utama Pertamina, Dwi langsung mengambil gebrakan. Ia langsung membentangkan beberapa strategi bisnis yang akan dilakukan. Ada lima strategi yang akan dilakukan BUMN energi ini.


Pertama, Pertamina  mengembangkan bisnis di sektor hulu, kedua adalah peningkatan efisiensi yang memiliki fokus pada procurement, pengolahan, distribusi transportasi dan sale atau penjualan. Ketiga yang akan diterapkan adalah peningkatan kemampuan kilang nasional. Baik dari segi kemampuan, maupun segi kapasitas kilang. Keempat, Pertamina akan fokus pada pengembangan infrastruktur di ritel, seperti memperbanyak Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umur (SPBU), jaringan dan sistem delivery-nya. Sedangkan yang kelima, Dwi akan melakukan perbaikan sistem cash yang mengacu kepada tekanan investasi yang dijalankan perseroan, seperti tekanan kurs dolar. “Tentu kita akan laksanakan, sudah kita mapping terhadap hal-hal yang harus kita lakukan, menyusun strategi ke depannya,” kata Dwi beberapa waktu lalu.


Gebrakan lain yang ia lakukan adalah mengawasi secara ketat pengadaan Bahan Bakar Minyak (BBM) dan minyak mentah yang akan diolah dan disalurkan oleh perusahaan. Pertamina tidak ingin stigma ketidakjelasan pengadaan BBM dan minyak mentah terus terdaur-ulang. Terbukti, pada tahun 2015 melalui program pembenahan tata kelola arus minyak (PTKAM), Pertamina berhasil menghemat sekitar US$255,2 juta dalam setahun.


Demikian halnya dalam proses pengadaan minyak dan produk minyak yang sebelumnya dilakukan oleh Pertamina Energy Trading Limited (Petral). Setelah Petral dinyatakan bubar, Intergrated Supply Chain (ISC) direvitalisasi dan diperkuat kewenangannya. Transformasi ISC yang kini pada tahapan ISC 1.0 dilakukan dengan lima kebijakan utamanya, yaitu menghapus peran perantara, optimalisasi pemanfaatan kapal tanker Pertamina, memberikan kesempatan yang sama kepada semua mitra, evaluasi proses yang transparan, dan  penerapan skema pembayaran telegraphic transfer. Tak kurang dari US$208,1 juta berhasil dihemat dari implementasi ISC 1.0 pada 2015.