12 CEO Pilihan

Oleh: Benny Kumbang (Editor) - 18 February 2016

Naskah: Angie Diyya, Foto: Istimewa

 

Kisah tentang pendiri kosmetik Wardah bukan sekadar kisah tentang kecantikan, tapi juga tentang gagasan. Siapa sangka, produk tata rias hasil usahanya yang identik dengan citra wanita muslimah ini begitu populer dan dipakai berjuta orang di dalam dan di luar negeri. Nurhayati pun berhasil menempatkan perusahaan ke dalam jajaran perusahaan kosmetik lokal terbesar di Indonesia.

 

Nurhayati Subakat bukanlah berasal dari keluarga pengusaha berada. Wanita Lulusan Institut Teknologi Bandung jurusan farmasi ini pertama kali bekerja apoteker di Rumah Sakit Umum di Padang. Beberapa waktu kemudian, dia memilih hijrah ke Jakarta. Bekerja sebagai staf quality control di sebuah perusahaan kosmetik yang tersohor.


Saat kariernya stabil dan menjanjikan, ketidaksepahaman dengan rekan di perusahaan tersebut mendorongnya untuk hengkang. Tahun 1985, dia mencoba menjadi wirausaha dengan memulai bisnis industri rumahan. Produk pertama yang diproduksi, sampo dengan merek Putri perlahan diterima pasar. “Saat itu sebagian besar salon menerima produk kami,” Nurhayati mengenang. Lima tahun berselang, kala sedang menanjak menuju sukses sebuah cobaan mesti dia hadapi. Pabriknya hangus terbakar. Perusahaan menderita kerugian yang cukup besar.


Barangkali memang tidak ada hal yang dapat menghalangi impian ibu tiga anak ini untuk menapaki jalan menuju sukses. Berkat kesadaran akan tanggungjawabnya pada para karyawan dan keluarganya, pasca kegetiran tersebut dia mencoba bangkit. Wanita berkarakter positif ini menemukan pemikiran cemerlang penuh inovasi. Ide itu tak lain dari kejeliannya menyimak apa yang diperlukan masyarakat dan calon konsumen. Dari pergaulan di sekitarnya sehari-hari dan masukan beberapa pihak, dia memahami bahwa para wanita muslimah menginginkan agar selalu tampil menawan dengan riasan tanpa mengkhawatirkan kehalalan produk yang dipakai.