68 Tahun Membangun Bangsa

Oleh: Benny Kumbang (Editor) - 01 August 2013
Naskah: Cucun Hendriatna, Foto: Sutanto

Perjalanan karier Yusril Ihza Mahendra memang gemilang. Pria kelahiran Manggar, Belitung Timur, 5 Februari 1956, ini, telah malang melintang di jajaran elit politik. Di era Presiden Abdurrahman Wahid, ia ditunjuk sebagai Menteri Hukum dan Perundang-undangan, di era Megawati Soekarnoputri sebagai Menteri Hukum dan HAM, sementara di masa Presiden SBY, ia didaulat sebagai Mensesneg. Sebelumnya, ia juga lekat dengan lingkaran istana, sebab dialah konseptor dan penulis dari setiap pidato kepresidenan, mulai dari zaman Soeharto, BJ Habibie, hingga sebagian era SBY.

Memiliki gelar Datuk Maharajo Palinduang, Yusril mengawali karier politiknya saat arus reformasi 1998 bergolak. Ketika itu, ia menjadi salah satu pihak yang mendukung terjadinya perubahan politik di Indonesia.

Meskipun, sejak empat tahun sebelumnya, tepatnya tahun 2004, Yusril sudah dekat dengan istana. Pada 2004, ia diangkat oleh Soeharto sebagai penulis pidato kepresidenan. Pidato terakhir yang ia tulis untuk Presiden Soeharto adalah, pidato pengunduran diri tokoh Orba itu dari pucuk kekuasaan, Mei 1998.

Selama empat tahun menjadi penulis pidato presiden, setidaknya 204 buah naskah sudah ia tuliskan.
Lengsernya Soeharto membawa aroma perpolitikan baru bagi Indonesia. Keran reformasi yang dibuka telah melahirkan banyak organisasi bermunculan, termasuk Yusril yang bersama reformis muslim lain, menggagas berdirinya Partai Bulan Bintang (PBB) pada 1998. Sejak kehadirannya, PBB mengklaim diri sebagai penerus perjuangan Partai Masyumi. Dalam partai itu, awalnya Yusril duduk sebagai Ketua Umum (1998-2005). Hanya setahun, pada Pemilu 1999, PBB berhasil meraih suara sebesar 2,84% dan sukses menempatkan 13 wakilnya di parlemen.