15 CEO Pilihan 2019

Oleh: Iqbal Ramdani () - 22 February 2019

Naskah: Giattri F.P. Foto: Dok. Humas Bank Mandiri

Usianya baru menginjak kepala empat. Namun, ia patut disebut sebagai bankir andal yang dimiliki Indonesia. Pasalnya, di bawah pimpinannya PT Bank Mandiri (Persero) Tbk banyak merilis inovasi produk dan layanan. Tak hanya itu, di tengah tantangan perekonomian nasional, bank pelat merah ini sukses mencetak kinerja moncer sepanjang 2018.

 

Pada kuartal IV/2018 Bank Mandiri mampu membukukan laba bersih sebesar Rp25 triliun atau tumbuh 21,2 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Hal itu tentu tak lepas dari jurus jitu yang dilancarkan oleh Kartika Wirjoatmodjo. Kepada Men’s Obsession pria yang akrab disapa Tiko itu menuturkan, “Bank Mandiri terus konsisten mengeksekusi 3 strategi utama, yaitu memperkuat core competence dengan tumbuh sehat di segmen korporasi melalui strategi deepen client relationship dan mendukung pertumbuhan di sektor infrastruktur, serta pemberian layanan transaction banking yang terdiri dari cash management, trade service and finance, dan treasury.” Kedua, sambungnya, mengembangkan second core competence dengan tumbuh agresif. Namun, sehat di segmen retail melalui pemberian kredit berbasis payroll, mortgage, autoloan, dan consumer loan lainnya.

 

Ketiga, memperkuat sisi liabilities, yakni pengelolaan dana masyarakat atau dana pihak ketiga. Di sisi retail, pengembangan dana masyarakat dilakukan, baik dari sisi mass banking (tabungan) maupun di sisi wealth management melalui priority dan private banking. “Di segmen prioritas dan private banking misalnya, kami membangun partnership bersama Lombard Odier, sebuah private bank dari Swiss. Melalui kerja sama ini, Bank Mandiri mampu memberikan produk dan layanan wealth management yang khas bergaya Indonesia. Namun, berstandar internasional bagi para nasabah private dan prioritasnya, seperti konsultasi investasi, program komprehensif investasi untuk seluruh keluarga,” urai pria kelahiran Surabaya, 18 Juli 1973 ini. Strategi yang tidak kalah penting, lanjutnya, penguatan infrastruktur fundamental, seperti IT, Risk Management, dan Human Capital.

 

Bank Mandiri pun tak henti menggulirkan inovasi layanan dan produk dalam memberikan service excellence kepada nasabah. Menurut Tiko, tak bisa dipungkiri perkembangan teknologi informasi (TI) yang sangat cepat saat ini harus disikapi secara cerdas oleh industri perbankan, tanpa mengabaikan prinsip kepatuhan dan kehati-hatian. “Dalam banyak hal, industri perbankan mulai mendigitalisasi prosesproses bisnis berbagai produk dan jasa perbankan untuk meningkatkan efisiensi dan memenangkan persaingan, sekaligus menyasar segmen pasar baru, yakni generasi milenial (17 tahun - 35 tahun) yang relatif akrab dengan produk-produk berbasis TI,” tukas pria berlesung pipi itu. Untuk nasabah retail misalnya, Bank Mandiri memiliki Mandiri Mobile. Sedangkan, untuk nasabah korporasi, bank berkode emiten BMRI ini telah mengembangkan layanan cash management guna mempercepat berbagai transaksi pembayaran ataupun penerimaan, termasuk rekonsiliasinya, serta layanan supply chain management, baik dalam proses pengadaan maupun distribusi. Prinsipnya, perbankan ingin mengembangkan produk dan layanan perbankan yang bisa mendukung pengembangan bisnis nasabah secara komprehensif, dari hulu ke hilir. 

 

Bank yang meraih posisi 11 dalam daftar The World's Best Employers 2018 dari Forbes ini juga telah memanfaatkan TI sebagai sarana sosialisasi dan promosi produk serta layanan, termasuk mendapatkan kritik juga feedback dari masyarakat. Salah satu layanan perbankan berbasis TI yang mulai dikembangkan adalah fasilitas chatbot bernama MITA (Mandiri Intelligent Assistant) yang berfungsi sebagai call center. Sejak diluncurkan pada Maret 2018 hingga kini, MITA tercatat melakukan 4.000 – 5.000 interaksi dengan nasabah melalui jaringan komunikasi LINE, Facebook Messenger, Telegram, and Mandiri’s website. Atas capaian itu, MITA disematkan penghargaan The Best Chatbot Performance Award dari Majalah Infobank, Sindo Inovasi Award, dan Platinum Award untuk Innovation in The Best Contact Center Indonesia 2018. Hal lain yang mulai dilakukan Bank Mandiri adalah merangkul industri teknologi finansial (tekfin). Saat ini, perseroan telah bekerja sama dengan beberapa startup, seperti Amartha dan Koinworks dalam hal pembiayaan UMKM.

 

Demikian juga dengan industri e-commerce, antara lain Bukalapak dan Tokopedia, yakni menjalin kerja sama untuk pemanfaatan channel pembayaran. Pada 2018 lalu, bank yang meraih penghargaan Visa Champion Security di ajang Visa Asia Pacific Security Summit ke-14 ini juga telah memperkenalkan produk Kredit pemilikan Rumah (KPR) yang didesain khusus untuk anak-anak muda. Salah satu keunikan pada produk ini terletak pada skema angsuran berjenjang serta jangka waktu kredit yang lebih panjang untuk memudahkan anak-anak muda memiliki rumah sehingga generasi milenial bisa #mudabelirumah. “Kami juga tengah menyiapkan beragam produk tabungan serta investasi melalui perusahaan anak yang khusus ditujukan untuk menyasar nasabah kelompok milenial,” ujarnya.

 

Menutup pembicaraan, Tiko mengungkapkan targetnya dalam meningkatkan performa Bank Mandiri di tahun 2019, yaitu dari sisi volume bisnis, ditargetkan pertumbuhan kredit lebih merata di seluruh segmen dengan cara melakukan optimalisasi komposisi kredit agar tumbuh lebih baik dan berkualitas. “Selain itu, kami tetap berfokus pada perbaikan kualitas kredit untuk menekan NPL. Dengan rasio NPL yang bisa ditekan di bawah 3,0 persen, Bank Mandiri akan dapat tumbuh dengan sehat dan berkelanjutan,” jelasnya. Dari sisi penghimpunan dana pihak ketiga, dibidik pertumbuhannya lebih diarahkan pada dana murah untuk menjaga tingkat likuiditas dan juga biaya dana. Sedangkan di sisi fee based income, pihaknya menargetkan tahun ini FBI dapat tumbuh dari transaksi-transaksi yang bersifat recurring agar pertumbuhannya lebih sustain dalam jangka panjang. “Dari sisi digital banking, kami menargetkan penguatan kapabilitas digital agar mampu menyesuaikan dengan perkembangan kebutuhan nasabah. Kami juga tertarik untuk melanjutkan rencana ekspansi anorganik ke regional di Asia Tenggara, khususnya Filipina serta Vietnam, yang memiliki karakteristik dan potensi pertumbuhan yang mirip dengan Indonesia,” pungkas peraih gelar Master of Business Administration, Erasmus University, Rotterdam, Belanda ini.