15 CEO Pilihan 2019

Oleh: Iqbal Ramdani () - 22 February 2019

Naskah: Giattri F.P. Foto: Istimewa

 

Di tengah ketidakpastian ekonomi, Presiden Direktur PT Kalbe Farma Tbk (Kalbe Farma) Vidjongtius mampu mempertahankan pertumbuhan penjualan dan margin perusahaan berkode emiten KLBF tersebut.

 

Pada triwulan III/2018, penjualan bersih tumbuh sebesar 3,9 persen mencapai Rp15.678 miliar dibandingkan Rp15.090 miliar pada periode yang sama tahun 2017. Kinerja tersebut menunjukkan dampak pelemahan nilai tukar rupiah. Di tengah kondisi yang menantang, perseroan masih mampu membukukan pertumbuhan positif, dengan menerapkan kenaikan harga sebesar 3 – 5 persen secara selektif. Marjin laba bersih relatif stabil sebesar 11,5 persen dengan nilai sebesar Rp1.804 miliar atau bertumbuh sebesar 1,4 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2017, yakni Rp1.779 miliar. Pertumbuhan laba bersih terutama ditopang oleh meningkatnya penjualan, pendapatan operasional, serta pendapatan operasional lainnya yang lebih baik. Bicara soal target 2019, Vidjongtius mengungkapkan, perseroan belum memfinalisasikan. Pasalnya, Kalbe Farma memiliki sejumlah lini bisnis mulai dari obat generik, nutrisi, alat kesehatan, hingga distribusi. “Namun, kami percaya pertumbuhan sales minimal sama dengan 2018 atau sekitar 4 -5 persen,” ujarnya.

 

Di sisi lain, ia mengharapkan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat stabil karena melemahnya rupiah dapat mengerek harga pokok produksi, tetapi hanya sebagian yang bisa diteruskan kepada kenaikan harga jual. Untuk memperbaiki margin, ia menyebut perseroan terus mengupayakan strategi product mix yang dipasarkan, efisiensi biaya produksi dan distribusi, serta meluncurkan produk baru yang lebih baik. Persaingan yang semakin ketat pada era digitalisasi menjadi tantangan bagi Kalbe Farma untuk segera beradaptasi dengan melakukan transformasi digital untuk menopang kegiatan bisnis. Vidjongtius pun telah menyiapkan beragam langkah untuk transformasi digital. “Dalam 1—2 tahun terakhir, kami melakukan dalam berbagai aspek, contohnya dari sisi internal. Sistem yang tadinya manual, sekarang sudah digital.

 

Secara total, sistem Kalbe sudah online sehingga datanya real time,” ungkapnya. Kalbe Farma juga sudah bisa memonitor penjualan, order, inventaris, hingga produksi dari cabang-cabangnya di berbagai daerah. “Kami sudah punya fondasi yang baik untuk melangkah ke depan kalau kami mau masuk ke big data. Memang harus memperkuat internal dulu sebagai modal utama untuk masuk ke era yang lebih tinggi lagi. Dari sisi eksternal, kami mulai masuk lagi ke area bagaimana memperkuat hubungan businessto-business (B-to-B) dan business-to-costumer (B-to-C). Keduanya kami kerjakan,” urainya. Kepada B-to-B, misalnya, pihaknya sudah menyiapkan aplikasi untuk kerja sama dengan apotek, mulai dari yang sederhana, yaitu order, berikutnya persediaan obat, dan lebih jauh lagi untuk logistiknya. Dengan adanya sistem digital, layanan apotek kepada pelanggan juga meningkat karena stok obatnya lebih siap. “Sekarang sudah lebih dari 10.000 apotek yang tersambung dalam sistem online tersebut,” ujarnya. 

 

Untuk B-to-C, dalam kurun 1—2 tahun ini Kalbe Farma sudah ciptakan Kalbe Store. Kalbe Store seperti e-commerce yang lain, ada produk kesehatan yang berhubungan dengan kebutuhan keluarga. Sekarang anggotanya sudah mendekati 1 juta dan mereka cukup aktif. “Kami juga memiliki beberapa layanan, salah satunya untuk memberi informasi kesehatan kepada konsumen, yaitu layanan Klik Dokter. Layanan itu sebagai pusat informasi kesehatan yang bebas biaya dan yang bekerja itu benar-benar dokter yang melakukan percakapan dengan siapa saja dan layanannya aktif selama 24 jam. Layanan itu bukan untuk mendiagnosis penyakit, tetapi untuk informasi umum,” jelasnya. Berikutnya, Kalbe Farma juga punya layanan Klik Apotek. Layanan ini sudah mulai membangun ekosistem antara dokter-dokter yang praktik dengan pasien dan apotek yang menyediakan obatnya. Dengan demikian, ini terhubung dalam suatu platform sehingga prosesnya akan lebih sederhana karena dihubungkan dengan sistem pembayaran online.

 

Lebih lanjut ia mengatakan, pengembangan digital sudah menjadi suatu kebutuhan pada era digitalisasi. Oleh sebab itu, pihaknya membentuk special business unit (SBU) untuk digital. Di unit itu berkumpul anak-anak zaman now yang melek digital. “Kami juga punya roadmap dalam kurun 5—10 tahun untuk pengembangan digital. Berdasarkan roadmap itu kami mengatur berbagai hal mulai dari organisasi, dan key performance indicator (KPI) yang berbeda dengan yang offline,” tuturnya. Kalbe Farma juga siap untuk memperluas jaringan pasar ke negara-negara Asia Tenggara dengan mendirikan pabrik baru. Saat ini proses pembuatan pabrik sedang berlangsung di negara Myanmar.“Kami sedang menjajaki pasar di Asia Tenggara. Untuk pabrik di Myanmar, kami menyiapkan dana sekitar USD15 juta hingga USD20 juta. Saat ini baru tahap konstruksi. Dananya disiapkan dari belanja modal tahun 2018 sekitar Rp1,5 triliun. Kami menganggarkan dana belanja modal di angka itu setiap tahunnya,” ujar Vidjongtius.

 

Asal tahu saja, pendirian pabrik di Myanmar ini dilakukan dengan skema joint veture (JV) dengan satu perusahaan distributor. Nantinya kepemilikan Kalbe Farma di skema JV ini sekitar 90 persen. Produk yang akan menjadi andalan untuk ekspansi ini adalah Mixagrip. Vidjongtius juga mengatakan, pihaknya tengah melakukan evaluasi untuk masuk ke negara lain, seperti Vietnam dan Filipina dengan skema yang sama, yakni JV. Menurutnya, saat ini Kalbe Farma baru memiliki satu pabrik di luar negeri, yaitu di Nigeria. Pun, Kalbe Farma juga sedang melakukan survei pasar di Himalaya. Keandalan Vidjongtius dalam menakhodai Kalbe Farma berbuah manis dengan diganjarnya beragam penghargaan bergengsi, antara lain meraih dua penghargaan pada ajang The 7th Annual Strategy into Performance Execution Excellence (SPEx2) Award 2018. Penghargaan yang diterima, yakni sebagai The Best of Best Across All Industries dan The Best in Pharmaceutical Industry. Lalu, diganjar penghargaan dari ASEAN Business Advisory Council sebagai The Priority Integration Sector Healthcare 2018 yang diserahkan langsung oleh Perdana Menteri Malaysia Mohamad kepada Vidjongtius. Di tahun yang sama Kalbe Farma melalui anak usahanya PT Kalbio Global Medika juga didaulat sebagai Penerima Penghargaan Karya Anak Bangsa dari Kementerian Kesehatan RI.