15 CEO Pilihan 2019

Oleh: Iqbal Ramdani () - 22 February 2019

Naskah: Giattri F.P. Foto: Fikar Azmy

Sepanjang tahun 2018, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan mencatat jumlah kepesertaan aktif mencapai 30,5 juta pekerja, melampaui target yang ditetapkan sebanyak 29,6 juta pekerja aktif. Ini tentu tak lepas dari kepiawaian Agus Susanto dalam membawa Badan Hukum Publik tersebut konsisten menorehkan kinerja progresif dengan tak henti berkreasi dan berinovasi agar pelayanan yang diberikan kepada masyarakat semakin paripurna.

 

Hasil tersebut merupakan pencapaian positif untuk mengakhiri tahun lalu dengan total peserta BPJS Ketenagakerjaan mencapai 50,4 juta pekerja. Agus beserta jajaran telah berupaya untuk terus memberikan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat pekerja agar program perlindungan jaminan sosial ketenagakerjaan dari BPJS Ketenagakerjaan bisa didapatkan oleh seluruh pekerja di Indonesia. Data menyebutkan, khusus kinerja kepesertaan aktif segmen penerima upah (PU), pada 2018 mencatatkan peningkatan signifikan dari tahun sebelumnya, yaitu tumbuh sebesar 3,4 juta dari tahun 2017. Sementara, tren tahun-tahun sebelumnya kenaikan rata-rata hanya sebanyak 1,2 juta pekerja aktif. Salah satu kunci peningkatan positif dari kepesertaan aktif BPJS Ketenagakerjaan adalah menggagas kerja sama yang strategis dengan pusat, provinsi, hingga daerah. Di sisi lain, salah satu faktor yang mendukung peningkatan kepesertaan pada pekerja segmen Bukan Penerima Upah (BPU) adalah munculnya inisiatif agen Penggerak Jaminan Sosial (Perisai).

 

Di mana, inisiatif itu merupakan program keagenan dengan memberdayakan masyarakat yang disadur dari “Sharoushi” yang sukses diterapkan di Jepang dalam mengakuisisi jaminan sosial dari pemerintah kepada seluruh masyarakat. “Kami baru menerapkan pada Februari 2018,“ tutur Agus. Menurutnya, tidak semua orang bisa menjadi agent. Hanya tokoh-tokoh di kelompok atau komunitas yang ada di masyarakat. Saat ini, sudah ada 4000 agent Perisai di seluruh Indonesia. Dari jumlah ini sebanyak 3500 yang aktif dan mereka dalam satu tahun sudah berhasil merekrut 600.000 pekerja informal menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan. “Tak hanya itu, tingkat keberlanjutan pembayaran premi BPJS Ketenagakerjaan juga menggembirakan, yakni mencapai 90 persen,” imbuh Chairman Asian Workers Compensation Forum (AWCF) ke-3 tersebut yang saat ini sudah berganti nama menjadi Asian Workers Compensation Association (AWCA). Keberhasilan program Perisai BPJS Ketenagakerjaan pun telah mendapat pengakuan dari dunia internasional. Salah satunya dari pemerintah Jepang.

 

Mereka bahkan telah mengundang 10 besar agent  untuk berdiskusi. “Inovasi ini mendapat perhatian dunia. Saya diundang Organisasi Buruh Dunia (ILO) untuk menjelaskan Perisai. Minggu depan saya juga diundang pemerintah Jepang untuk menjelaskan atau sharing pengalaman Perisai di sini seperti apa,” tandas lulusan dari UGM dan INSEAD Fontainebleau Perancis ini. Capaian ini, tak membuat Agus berpuas diri, malah memacunya untuk menorehkan kinerja yang lebih baik lagi. Pada 2019 ini, BPJS Ketenagakerjaan mengusung tema “Aggressive Growth”. Ia menegaskan, pihaknya akan berupaya semaksimal mungkin untuk mencapai seluruh target agar manfaat yang diberikan kepada peserta bisa optimal.

 

Tahun 2019, BPJS Ketenagakerjaan membidik dana investasinya bisa menyentuh Rp439,91 triliun. Jumlah ini naik 20,55 persen dari realisasi tahun lalu yang sebesar Rp364,91 triliun. Untuk mencapai target tersebut, sambung Agus, pihaknya akan menambah iuran dana yang masuk. Jumlah dana kelolaan sejalan dengan jumlah peserta BPJS Ketenagakerjaan. Oleh karena itu, ia menargetkan jumlah pesertanya bertambah dari 30,5 juta menjadi 34,3 juta pada tahun ini. “Kami juga akan mengakselerasi seluruh elemen dan energi yang ada di BPJS Ketenagakerjaan. Lalu melakukan smart collaboration baik dengan pemerintah pusat maupun daerah, pihak swasta baik dari dalam maupun luar negeri, hingga kelompokkelompok masyarakat karena tidak mungkin BPJS Ketenagakerjaan melakukannya sendiri apalagi di era Revolusi Industri 4.0 ini,” tutur pria yang pernah berkarier di bidang pasar modal dan perbankan selama 25 tahun tersebut. Cara efektif lainnya untuk mendukung aggressive growth selain Perisai, yakni dengan menggalakkan Desa Sadar Jaminan Sosial.

 

“Kami menyadari mayoritas penduduk atau peserta BPJS Ketenagakerjaan itu tersebar di seluruh wilayah, terutama di pedesaan-pedesaan. Oleh karena itu, kami bekerja sama dengan para aparatur desa. Mereka nantinya akan seperti duta kami yang memberikan penyadaran, penyuluhan kepada masyarakat desa setempat. Sudah ada sekitar 500 Desa Sadar Jaminan Sosial. Tahun ini, kami targetkan bertambah 200,” ungkap penghobi stand up paddle boarding (SUP) ini. BPJS Ketenagakerjaan juga terus melakukan pengembangan terhadap kanal-kanal layanannya demi mengikuti perkembangan teknologi informasi berbasis digital.

 

Hal ini dilakukan karena kini masyarakat ingin pelayanan yang cepat, mudah, dan pasti. Agus mengatakan, pihaknya memiliki dua layanan. Pertama, layanan fisik yang merupakan kantor cabang BPJS Ketenagakerjaan. Kedua, layanan digital yang dapat diakses peserta atau calon peserta melalui aplikasi atau website BPJS Ketenagakerjaan, antara lain BPJSTKU, kartu digital BPJS Ketenagakerjaan, antrian dan verifikasi online berbasis KTP elektronik dan sidik jari, serta Voice Assistant GINA yang merupakan singkatan dari Agen Perlindungan Pekerja. Aplikasi yang dapat diakses melalui smartphone ini akan siaga 24
jam membantu peserta atau calon peserta mendapatkan informasi yang dibutuhkan terkait dengan program jaminan sosial ketenagakerjaan.

 

“Prinsipnya kami tidak akan pernah berhenti untuk berinovasi dan berkreasi. Saat ini kami juga tengah mempersiapkan untuk memberikan manfaat tambahan bagi peserta, salah satunya program vocational training. Intinya adalah peserta BPJS Ketenagakerjaan yang berhenti bekerja akan kami kembalikan ia bekerja lagi dengan cara kami tingkatkan skillnya melalui training yang kami sesuaikan dengan perusahaan atau lembaga yang akan menerima. Sudah kami anggarkan itu dan mulai bulan Maret, kami implementasikan secara bertahap,” pungkas pria yang aktif terlibat dalam berbagai kegiatan, antara lain Asosiasi Dana Pensiun Indonesia (ADPI) dan International Social Security Association (ISSA) tersebut.