Melanjutkan Sukses, Membangun Kutai Kartanegara

Oleh: Benny Kumbang (Editor) - 26 March 2015
Rasio elektifikasi di Kukar memang belum sepenuhnya terpenuhi. Tapi, lambat laun, rasio elektrifikasi mulai mendekati normal. “Sebelum saya menjadi bupati itu 33 desa yang belum beraliran listrik, sekarang sudah berkurang. Tinggal satu desa di sana namanya Sambera karena jaringannya belum ada, PLN belum memasang belum ada pendanaan. Tenaga matahari juga kami lakukan, bahkan ada beberapa desa yang menggunakan turbin air, tapi tidak bisa menjangkau daerah yang jauh-jauh harus dekat-dekat rumah,” ungkap Rita.

Ia mengakui jika pemerataan listrik masih terkendala oleh faktor masih adanya infrastruktur jalan yang masih belum menyambung antara kecamatan satu dengan kecamatan yang lain. Ia menambahkan, upaya meningkatkan rasio elektrifikasi Kukar itu sudah masuk ke dalam grand strateginya yaitu menyambungkan satu kecamatan dengan kecamatan lainnya.

Ia telah membuat pemetaan mana daerah yang prioritas dan menyambungkannya, serta membuka daerah yang terisolasi. “Alhamdulillah sudah terlihat. Saya sudah membangun sekitar 75 persen jalan. Tapi masih ada 25 persen yang belum bagus,” akunya.

Karena faktor masalah jalan menjadi teramat penting, maka Pemkab Kukar memberikan prioritas pertama untuk pembangunan infrastruktur tersebut dan sudah terealisasikan dengan baik. “Jadi dulu kalau mau ke Ulu Mahakam harus naik speedboat atau kapal, kalau sekarang bisa di daratan, pakai struktur beton, sudah kaya jalan tol panjang 12 KM, tinggal dikit lagi itu akan nyambung ke daerah Sabang ke Kota Bangun, sudah ada yang sebagian semen dan ada yang masih pengerasan, saya kemarin baru jalan dari sana memang masih ada spot-spot yang belum maksimal karena tidak ada kapalnya yang bisa kesana bawanya jadi masalahnya di material akhirnya tersendat, itu masalah alam yang tidak mendukung jadi itulah yang kami alami, tapi minimal jalan yang sampai saat ini belum jadi masih ada spot yang jelek, orang masih bisa kesana dengan biaya 30ribu dengan waktu beberapa jam saja, dengan mobil sekitar 4 jam. Kalau naik kapal biasa 2 hari dan biayanya naik speedboat 16 juta rupiah. Dengan waktu tempuh 8 jam. Kalau naik kapal biasa ada yang 200-300-an ribu, tergantung fasilitas kapalnya,” ia membeberkan.