Jokowi Mengabdi Untuk Bangsa Meraih Ridha Allah

Oleh: Iqbal Ramdani () - 24 January 2019

“Le, sing ikhlas ya, sing jujur ya, kalau kerja itu yang bener”. Petuah ini paling sering didengar Joko Widodo dari Ibundanya, Sudjiatmi Notomihardjo, jauh sebelum dirinya menjadi ‘orang penting’ sebagai Wali Kota Surakarta, Gubernur DKI Jakarta, atau Presiden RI seperti saat ini.

 

Petuah lainnya yang kerap mampir di telinga Jokowi saat berkomunikasi melalui sambungan telepon adalah wejangan kepada sang anak untuk tidak lupa menunaikan shalat lima waktu dan tidak melupakan rakyat yang telah memilih dirinya. “Kalau diberi amanah sama Allah, dijalankan. Berikan yang terbaik kepada rakyat dengan ikhlas,” ujar Sudjiatmi. Bagi Jokowi, petuah atau wejangan Sudjiatmi adalah perintah yang tak boleh dibantah. Sang ibunda adalah ‘keramat’ bagi Jokowi yang akan selalu dijaga, diikuti nasihatnya, serta dimintai doa dan restunya. Jadi, tak heran kalau setiap pulang ke rumahnya di kawasan Sumber, Banjarsari, Surakarta untuk menemui Sudjiatmi, Jokowi kerap sungkem sebagai tanda bakti dan permohonan doa-restu.

 

Meski terlahir di lingkungan tradisi Jawa yang kuat. Namun, ajaran Islam melekat erat dalam diri Jokowi dan keluarga. Sang ayah Widjiatno Notomihardjo dan Sudjiatmi memiliki peran penting dalam hal ini. “Bapak dan Ibu saya itu dua-duanya haji. Keluarga saya sudah jelas. Orang juga sudah kenal semua. Kakek saya lurah dari Karanganyar. Kalau kakek dari Ibu adalah pedagang kecil,” terang Jokowi dalam sebuah kesempatan. Sujiatmi bahkan merupakan sosok muslimah taat. Selain berhijab, ia juga aktivis majelis taklim di kampungnya. Keislaman Sudjiatmi semakin terlihat saat ia begitu tenang menghadapi setiap fitnah yang tertuju pada Jokowi, dirinya, dan keluarganya. “Saya mendoakan yang memfitnah mendapatkan bimbingan Allah SWT karena yang dituduhkan tidak ada buktinya dan keluarga saya tidak ada yang terlibat. Bila terhadap yang dituduhkan kita tidak melakukan maka isyarat dukungan Tuhan adalah kita diberikan ketenangan, Alhamdulillah saya sangat tenang menghadapi semua ini,” tegas Sudjiatmi. 

 

Jokowi, sesungguhnya beruntung berada di tengah keluarga yang selalu mendukungnya dalam setiap keadaan. Ibunya, menjadi pendukung terdepan dengan doa-doa yang selalu dipanjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala dalam sujud dan munajat di keheningan malam. ‘Wanti-wanti’ Sudjiatmi soal amanah dan shalat lima waktu menjadi perhatian sangat penting bagi Jokowi. Dua pesan tersebut sesungguhnya menyiratkan tugas mahamulia, yakni agar Jokowi mampu menunaikan tugasnya untuk mengabdi kepada bangsa sekaligus meraih ridha Allah subhanahu wa ta’ala. Dari sinilah niat ‘blusukan’ bermula. Jokowi ingin terlibat langsung dalam proses pembangunan sebagai bulatnya tekad menjalankan amanah tersebut.

 

“Untuk memastikan pembangunan berjalan, saya selalu turun tangan ke bawah. Saya tidak mau hanya menerima laporan ABS (Asal Bapak Senang),” tulis Jokowi dalam salah satu kicauannya di akun twitter, @jokowi. Dalam konteks silaturrahim, ‘blusukan’ juga sering dilakukan Jokowi dengan menemui para ulama. Kepada para ulama inilah Jokowi kerap bertanya, meminta nasihat, dan memohon doa agar setiap aktivitasnya mengabdi pada bangsa dan negara beroleh ridha Allah. “Di sini lah saya kira peran kunci para ulama dalam menjaga momentum dan optimisme umat dalam perdamaian. Ulama adalah agen perdamaian, ulama didengar, ulama dituruti, ulama diteladani oleh umat, ulama memiliki kharisma, ulama memiliki otoritas, ulama memiliki kekuatan untuk membentuk wajah umat yang damai,” Jokowi mengungkapkan. 

 

Ia menyerukan kepada seluruh pihak agar meluruskan niat semata hanya untuk meraih ridha Ilahi. Dengan niat ikhlas dan tulus, Jokowi yakin bahwa tugas berat dan mulia ini akan dapat dilalui bersama. “Tidak dapat dimungkiri, ini adalah tugas berat, sekaligus tugas yang mulia bagi para ulama. Untuk itulah saya kembali menyerukan, mari kita niatkan pertemuan ini semata hanya untuk meraih ridha Allah dengan menabur benih-benih perdamaian dan menghindari kekerasan di antara hambahamba-Nya,” tuturnya.

 

Mengabdi Untuk Bangsa

Gubernur Nusa Tenggara Barat (2008/2013 & 2013/2018), M. Zainul Majdi atau Tuan Guru Bajang (TGB) yang mengawal Jokowi menemui para pengungsi korban gempa bumi Lombok memiliki cerita betapa Jokowi selalu ingat pada waktu shalat. Senin, 13 Agustus 2018. Hampir seharian, Jokowi dan TGB melakukan kunjungan ke beberapa titik lokasi pengungsian di Lombok. Ketika matahari telah terbenam dan waktu sudah masuk Maghrib, TGB dan Jokowi menyempatkan untuk shalat terlebih dahulu. RI-1 tak sungkan untuk menjalani shalat Maghrib di mushalla darurat dengan tempat wudhu yang dibuat darurat. Penampungan air wudhu adalah drum besar.

 

Dalam keterangan yang ditulis TGB di akun instagramnya, air di mushalla darurat tersebut juga minim dan kondisi mushallanya tidak layak. Namun, Jokowi bersikeras ingin shalat di sana. “Di tengah jalan, mampir ke tempat pengungsi di tengah lapangan. Datanglah waktu Maghrib, Beliau ajak kami shalat. Ajudan ingatkan, mushalla tidak layak dan air minim untuk wudhu, Beliau tetap berkeras. Jadilah, kami shalat di situ. . .” Awalnya, Jokowi mempersilahkan TGB untuk menjadi Imam Sholat Magrib. Namun, TGB menghormati Jokowi dan mempersilakannya untuk menjadi Imam Shalat Maghrib. TGB juga membeberkan surat pendek yang dibaca Jokowi saat menjadi imam Shalat Maghrib.

 

“Ternyata bacaan Beliau sangat terang. Rakaat pertama membaca Surah Al-Humazah dan rakaat kedua membaca Surah Quraish. Habis shalat, zikir ditutup doa Beliau: Allohumma innaka ‘afuwwun kariim tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘anna. Lalu doa Ashabul Kahfi, Rabbana aatinaa min ladunka...dan ditutup dengan doa sapujagat. Terakhir mushafahah dengan jemaah," TGB mengisahkan pengalamannya dengan Jokowi. Ketaatan Jokowi menjalankan ibadah shalat juga terekam dalam cerita Calon Wakil Presiden nomor urut 01 KH. Ma’ruf Amin. Dalam sebuah kesempatan, Kiai Ma’ruf mengaku pernah kalah oleh Presiden Jokowi soal urusan ibadah shalat.

 

Begini ceritanya: “Sekali waktu saya bertamu ke Pak Jokowi. Saat tiba, ternyata Pak Jokowi tidak ada. Ternyata beliau sedang shalat, padahal saya belum shalat. Ternyata Pak Jokowi selalu shalat awal waktu. Jadi, saya kalah dari Pak Jokowi dalam urusan shalat,” ujar Kiai Ma’ruf saat menghadiri acara konsolidasi calon legislatif (caleg), relawan, dan kader Partai Golongan Karya (Golkar) di Gedung Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Golkar Kabupaten Serang, seperti dikutip dalam keterangan tertulisnya, Senin (1/10/2018). Kiai Ma’ruf menuturkan, selain taat beribadah, Presiden Jokowi juga telah membuktikan komitmennya dalam menyelesaikan masalah keumatan, dengan menandatangani sejumlah kebijakan pro kepada rakyat. “Pak Jokowi juga sangat menghormati ulama dan mencintai santri,” ujarnya. Menurut Kiai Ma’ruf, penetapan Hari Santri Nasional di era pemerintahan Presiden Jokowi bukan sekadar pengakuan negara terhadap peran santri, melainkan juga harapan dan komitmen negara untuk meningkatkan peran santri di masyarakat.

 

Kecintaan pada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), mengabdi pada bangsa dan negara, menunaikan amanah, mencintai ulama dan santri, membangun dan memelihara toleransi, hingga urusan shalat yang merupakan kewajiban personal seorang muslim, diakui Jokowi telah dipelajarinya sejak kecil. Begitupun dengan ketekunan, jujur, dan tulus yang dipelajarinya sejak kecil dari orangtuanya. “Dari perjuangan orangtua, saya belajar ketekunan. Kesetiaan pada janji kerja keras dan kepercayaan bahwa bila segala sesuatu dijalankan dengan jujur, tulus, dan bersih, ridha Allah niscaya ada. Keteguhan wong cilik untuk berlaku, bertahan, dan bekerja dalam kejujuran sikap adalah teladan yang membesarkan saya sejak kecil,” tandasnya.