Jokowi Mengabdi Untuk Bangsa Meraih Ridha Allah

Oleh: Iqbal Ramdani () - 24 January 2019

Naskah: Imam Fathurrohan Foto: Istimewa

Sebagai kepala negara, Presiden Joko Widodo (Jokowi) seringkali bertemu dengan presiden maupun tokoh dunia untuk membahas banyak hal, baik ekonomi, agama, sosial, budaya, infrastruktur, pertahanan, dan lainnya. Uniknya, Presiden tak melulu melakukan pertemuan formal. Ia juga kerap kali melakukan agenda di luar istana sehingga diplomasi santai pun menjadi ‘jurus’ untuk mendulang kerja sama di tengah derai tawa.

 

Presiden Jokowi selalu memiliki cara untuk mengenalkan Indonesia. Satu di antaranya mengenalkan kopi asli asal Indonesia yang memiliki citra rasa tinggi dan unik dibandingkan kopi-kopi dari negara lain. Ya, Presiden Jokowi belakangan gencar mempromosikan kopi asli asal Indonesia di setiap kunjungan kerjanya, baik di dalam maupun luar negeri. Jokowi yang sebelumnya dikenal penikmat minuman teh, menyertakan kopi sebagai ‘media’ diplomasinya yang unik. Ia diketahui selalu membawa kopi di setiap kunjungan kerjanya ke luar negeri. Alasannya, tentu untuk mempromosikan hasil kopi Nusantara tersebut kepada negara lain agar mau kerja sama untuk mensejahterakan petani kopi Tanah Air. Soal ini, Sekretaris Kabinet Pramono Anung memiliki cerita menarik. Dalam sebuah kunjungan kerja ke New Zealand beberapa waktu lalu, Presiden Jokowi memperkenalkan kopi asli Papua kepada negara asal burung kiwi tersebut.

 

Bukan tanpa sebab pastinya karena ia tahu Papua menjadi isu yang hangat di negara tersebut. Disamping itu, Presiden Jokowi melihat ada peluang besar bagi kopi asli Tanah Air untuk lebih dikenal publik internasional. Apa pasal? Indonesia merupakan salah satu negara terbaik penghasil kopi dunia. “Jadi, pada waktu ke Middle East. Tamu-tamu negara dipersilahkan untuk mencoba beragam kopi Indonesia, seperti kopi yang dari Jawa Barat, kopi Aceh, kopi Toraja secara berganti-ganti. Semuanya mendapatkan kesempatan yang sama untuk itu,” ungkap Pramono. Ia menuturkan, Presiden Jokowi memang kerap menyiapkan kopi sebagai suvenir bagi para tamu negara. Bahkan dalam rapat-rapat terbatas, Sidang Kabinet, atau menjamu tamu-tamu negara, Presiden sekarang menyiapkan kopi sebagai suvenirnya. Pada setiap kesempatan rapat terbatas bersama menteri-menterinya, jelas Pramono, Presiden Jokowi selalu menyuguhkan kopi karena dirasa lebih banyak gagasan yang bisa disampaikan setelah meminum secangkir kopi.

 

“Ada pojok kopi dan inilah yang kemudian menjadi kita lebih akrab, termasuk bagi para menteri. Mereka akan mempunyai kesempatan untuk pesan black coffee, cappucino, coffee latte, dan bermacam kopi yang intinya adalah ada kebersamaan di situ,” Pramono menerangkan. ‘Jualan kopi’, sesungguhnya hanyalah cara Presiden Jokowi berdiplomasi, berkomunikasi dengan media yang unik agar message yang disampaikan lebih terasa dan mengena. Di sini, Presiden Jokowi tengah menyampaikan pesan dengan estetika yang khas. Tujuannya tentu saja agar Indonesia menjadi sebuah negara yang diterima secara baik di kancah internasional. “Jadi yang pertama adalah kopi, yang kedua adalah ekonomi, yang ketiga di dalam kopi itu ada kebersamaan. Sehingga ada kebersamaan, ada dialog, ada sharing, ada saling berbagi. Orang minum kopi itu kan bisa bicara A sampai Z dan sebenarnya itu adalah salah satu akar budaya dan kekuatan kita,” kata politikus PDI-Perjuangan itu. 

 

Dari Blusukan Hingga Main Layangan

Bukan Presiden Jokowi namanya jika tak memiliki cara unik dalam pola komunikasi politiknya. Sebagai Wong Jowo, Presiden memahami betul pentingnya kebersamaan. Oleh karenanya, ucapan dan gestur menjadi sangat diperhatikan. Secara personal, Presiden Jokowi dikenal sebagai sosok yang mudah bersahabat, rendah hati, dan ramah. Karakter inilah yang membuat masyarakat Tanah Air menyukainya sehingga ia terpilih sebagai Wali Kota Solo, Gubernur DKI Jakarta hingga saat ini menjadi presiden.

 

Terkait diplomasi, Presiden Jokowi memiliki teknik yang unik dengan kreativitas di atas rata-rata para elite politik dan pejabat di negeri ini. Blusukan ke perkampungan, misalnya. Diplomasi seperti ini dinilai sebagai salah satu cara unik Jokowi yang tak dimiliki oleh semua politisi. Meski sudah ada yang mendahului diplomasi ‘blusukan’. Namun, Jokowi melakukannya dengan kreativitas yang berbeda. Saat blusukan ke pondokpondok pesantren, Presiden Jokowi mengajak para santri untuk mengenal Indonesia. Kepada para santri, Presiden bertanya tentang kekhasan Tanah Air, mulai kuliner, hewan, hingga nama-nama kota. Para santri pun merespons dengan penuh antusias.

 

Di sepanjang itu pula tawa berderai, mengaduk emosi, dan mendekatkan hati Presiden Jokowi dengan para santri. Begitu pun saat bertemu dengan para petani. Presiden Jokowi tak ragu untuk berkalang lumpur menjejakkan kakinya di sawah-sawah hanya untuk menyapa mereka. Kepada para petani, Presiden bertanya tentang pupuk, gabah, padi, hingga harga jual dan segala macam yang berkenaan dengan pertanian. Pun demikian saat bertemu pedagang di pasar, tukang becak, atau para guru. Ciri khasnya, Presiden Jokowi memahami bahasa warga, gestur, dan cara berpikirnya sehingga dalam setiap perjumpaan akan tersaji kebersamaan. Jokowi selalu tampil apa adanya. Tak cuma kepada santri, pedagang, atau petani, ia pun berdiplomasi ala wong cilik saat menjamu tamu-tamu kenegaraan. 

 

Seperti ketika Jokowi mengajak Perdana Menteri (PM) India Narendra Modi bermain layangan di Monumen Nasional (Monas), Jakarta Pusat, Rabu (30/5/2018) lalu. Keduanya bermain layangan setelah melakukan pertemuan bilateral di Istana Merdeka. Saat tiba di Monas, Jokowi terlebih dahulu mengajak Modi melihat sejumlah koleksi layang-layang milik Indonesia, sambil diiringi lagu khas Betawi berjudul Si Jali-Jali. Berbagai bentuk layang-layang ditampilkan dalam acara ini. Usai melihat pameran, Jokowi kemudian mengajak Modi bermain layang-layang. Sudah ada dua layang-layang yang disiapkan panitia untuk dua kepala negara itu. Ia terlihat memainkan layanglayang berbentuk kotak, bergambar bendera India. Sementara Modi, memainkan layanglayang berwarna putih bertuliskan 70 tahun hubungan diplomatik Indonesia-India.

 

Dalam kunjungan ke Monas ini, Jokowi didampingi sejumlah menteri. Mereka, di antaranya Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri Pariwisata Arief Yahya, dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Gaya Jokowi berbeda lagi saat mengajak Christine Lagarde pada Senin, 26 Februari 2018 lalu. Bersama Managing Director International Monetary Fund (IMF) itu, Presiden mengajak blusukan ke Blok A, Pasar Tanah Abang, Jakarta. Kepada Lagarde, mantan Wali Kota Solo itu ingin menunjukkan bahwa Indonesia kaya dengan sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Lagarde juga sempat diajak Presiden Jokowi ke rumah sakit. Di Rumah Sakit Pertamina Pusat (RSPP), Jokowi dan Lagarde pun sempat berbincang dengan pasien yang tengah dirawat. Kepada pasien, pria murah senyum itu menunjukkan Kartu Indonesia Sehat (KIS) sebagai bukti bahwa biaya pengobatan yang harus dibayar pasien ditanggung oleh pemerintah, alias gratis. 

 

Blusukan ke pasar juga dilakukan Presiden Jokowi saat mengajak Presiden Korea Selatan Moon Jae-in pada Kamis, 9 November 2017. Presiden Moon diajak blusukan ke Bogor Trade Mall (BTM), Bogor yang sontak disambut masyarakat di pusat perbelanjaan tersebut. Gaya diplomasi lainnya ditunjukkan Jokowi saat bertemu Sultan Brunei Darrusalam Hassanal Bolkiah. Keduanya bermain bulutangkis di GOR Ahmad Yani, Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur pada Kamis, (3/5/2018). Pertandingan digelar dengan sistem ganda putra. RI-1 berpasangan dengan legenda bulutangkis Indonesia Alan Budikusuma. Sedangkan, Sultan Bolkiah berpasangan dengan Hendry Saputra. “Ada yang namanya soft diplomacy, dan memang saya tahu, Sultan Brunei punya hobi badminton, makanya saya ajak,” kata Jokowi. Ya, ia mengakui pertandingan bulutangkis antara dirinya dengan Sultan Bolkiah sebagai proses diplomasi antara Indonesia dan Brunei Darussalam. Menurutnya, diplomasi bulutangkis ini bertujuan agar setiap tamu negara yang hadir senang dan persahabatan kedua negara terus terjalin dengan baik.