Jokowi Mengabdi Untuk Bangsa Meraih Ridha Allah

Oleh: Iqbal Ramdani () - 24 January 2019

Naskah: Sahrudi Foto: Istimewa

“Pemimpin yang efektif bukan soal pintar berpidato dan mencitrakan diri agar disukai. Kepemimpinan tergambar dari hasil kerjanya, bukan atributatributnya,” begitu pernah disampaikan Peter Ferdinand Drucker, seorang penulis, konsultan manajemen, dan “ekolog sosial” kelahiran Wina, Austria tahun 1909.

 

Tak berlebihan jika kalimat bijak tokoh yang sering disebut sebagai bapak “manajemen modern” ini disematkan kepada Presiden Republik Indonesia, H. Joko Widodo (Jokowi) yang dengan kepemimpinannya mampu memperlihatkan karya dan bukan sekadar retorika atau wacana. Terbukti, selama kepemimpinannya sudah banyak infrastruktur yang dibangun sebagai upaya menaikkan perekonomian rakyat. Bisa dilihat juga dari kepeduliannya terhadap pendidikan dan kesehatan, serta kehidupan beragama yang toleran. Semua itu menegaskan bahwa negara selalu hadir di setiap sektor kehidupan dan terjaganya keberpihakan pemerintah saat ini kepada rakyat.

 

Hasil survey juga menyebut bahwa rakyat yang merasa puas oleh kinerja Jokowi sebesar 73,4 persen, dengan rincian sangat puas 9,7 persen dan cukup puas 63,7 persen. Sementara yang kurang puas 22,6 persen, tidak puas 2,8 persen dan TT/ TJ (tidak tahu/tidak jawab) 1,2 persen. Sementara, terkait hasil survei tingkat keyakinan atas kemampuan Jokowi untuk memimpin, sebanyak 71,4 persen merasa yakin dengan mantan Gubernur DKI Jakarta itu. Sedangkan, responden yang tidak yakin sebesar 23,2 persen. Padahal seperti kita tahu, pemilih Jokowi yang ketika itu berpasangan dengan Jusuf Kalla pada Pemilu Presiden/ Wakil Presiden RI tahun 2014 adalah sebesar 70.997.85 suara (53,15 persen). Sementara, partai pengusungnya hanya 5 partai politik, yaitu PDI-Perjuangan, PKB, Partai NasDem, Partai Hanura, dan PKP Indonesia yang tergabung dalam “Koalisi Indonesia Hebat”.

 

Bandingkan dengan pasangan calon presiden yang mengusung penantangnya (Prabowo-Hatta Radjasa) yang didukung oleh “Koalisi Merah Putih” yang terdiri dari 6 partai politik, yakni Partai Gerindra, PAN, PPP, PKS, PBB, dan Partai Golkar. Tak heran kalau perjalanan Jokowi di awal pemerintahan tidaklah mudah. Selain karena dukungan parlemen yang rendah, pada saat masa transisi pergantian kepemimpinan dari Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Jokowi dihadapi juga oleh transaksi anggaran defisit anggaran berjalan. 

 

Ternyata figur Jokowi menjadi magnet tersendiri bagi partai politik yang sebelumnya berseberangan sehingga terjadi dinamika politik yang signifikan di mana pada bulan Oktober 2014 beberapa partai yang sebelumnya tidak berada pada posisi mendukung Jokowi tiba-tiba balik badan memproklamirkan dukungannya untuk Jokowi, semisal Partai Persatuan Pembangunan dan Partai Amanat Nasional. Terakhir, pada bulan Januari 2016, Golkar secara resmi ikut bergabung dan pada 17 Mei 2016, menyatakan keluar dari “Koalisi Merah Putih”. Itu artinya, seiring perjalanan waktu, kepemimpinan Jokowi yang pro rakyat telah membuat kepercayaan rakyat semakin meningkat dan kalangan elit politik pun menaruh kepercayaan besar. Sebuah fakta bahwa Jokowi adalah sosok yang diyakini mampu membawa, menata, dan meningkatkan pembangunan Indonesia di segala bidang. Karenanya, pemimpin itu mestinya bukan sembarang orang. Harus benar-benar orang pilihan, yang pikiran dan jiwanya tangguh, tentu pula disokong oleh fisik yang kuat dan sehat. Ajaran Plato tentang pemimpin harus filsuf menegaskan kekuatan pikiran sebagai jangkar berdaulatnya kepemimpinan yang tangguh.

 

Empat tahun perjalanan kepemimpinannya, Jokowi telah menempatkan diri sebagai pemimpin besar yang mampu bekerja memproyeksikan masa depan bangsanya, menyusun strategi terbaik bagi pencapaian yang berjangka. Namun, tak sungkan melakukan blusukan dan segenap pernak-perniknya sebagai wujud dari kepedulian pemimpin, kesederhanaan, dan memiliki rasa sepenanggungan. Di sisi lain, ia telah memperlihatkan sebagai pemimpin yang punya ide dan gagasan segar sehingga segenap kerja yang diwujudkannya adalah proyeksi, bukan reaksi terhadap hal-hal sederhana dari masalah kebangsaan yang kita hadapi. Tak heran, di tahun politik menjelang pemilihan Presiden RI ini Jokowi yang kembali maju berkontestasi dengan pasangannya sebagai Wakil Presiden, Prof. Dr. KH. Ma’ruf Amin, ia selalu tenang menyikapi ‘serangan’ dari kubu kandidat lainnya. Baginya serangan itu tak perlu ditanggapi secara reaktif.

 

Karena ia yakin bahwa pemimpin tak perlu membela diri lantaran yang bisa membela dirinya hanya hasil kerja dan pencapaian prestisius dari proyeksi besar yang digarapnya. Ia cukup membela diri dengan membeberkan pencapaian-pencapaian yang membuktikan bahwa rakyat masih merasakan hadirnya negara dalam ruang kehidupan mereka. Tampaknya, Jokowi tipikal pemimpin Amerika semacam Abraham Lincoln dan John F. Kennedy yang selalu mengajak warganya membangun masa depan negara dengan bertumpu pada kerja keras. Sebuah catatan yang sangat inspiratif. Karena itulah, di edisi khusus ini, majalah Men’s Obsession merasa penting untuk menampilkan sosok Jokowi sebagai pemimpin yang sangat inspiratif. Sejumlah catatan kepemimpinan, kinerja presiden dan kabinet, hasil karya, hingga kehidupan keluarga Jokowi kami sorot dengan penyajian khas Men’s Obsession. Kekuatan audio visual juga kami hadirkan dalam bentuk QR code sehingga mampu menampilkan sebuah laporan yang paripurna kepada para audience.