MO Decade 2004-2014: 10 Dewa Abad Modern

Oleh: Andi Nursaiful (Administrator) - 02 January 2014
Naskah: Andi Nursaiful/berbagai sumber Foto: Dok. MO

Para penganut politeisme di masa kuno menyembah para dewa yang diyakini menguasai unsur-unsur alam atau aspek-aspek tertentu dalam kehidupan manusia. Bahkan beberapa bangsa yang belum menganut paham monoteisme, sebelumnya juga menyembah dewa, yang biasanya memiliki bermacam-macam wujud, baik manusia ataupun binatang.

Singkatnya, dewa pernah menguasai dan mempengaruhi kehidupan masyarakat di masa kuno. Kini di abad modern, telah lahir para dewa baru yang tak kalah hebat dalam hal menguasai aspek kehidupan manusia modern. Para pemujanya bersifat massal, sangat loyal, bahkan tak dapat hidup tanpa mereka. Apa sajakah itu?


1. Demokrasi Modern
Meskipun sudah dikenal di zaman Yunani Kuno (bahkan istilah demokrasi berasal dari bahasa Yunani), demokrasi baru menjadi dewa baru di masa modern. Bukan hanya dewa bagi sebagian masyarakat atau sebagian negara, melainkan sudah didewakan oleh hampir sebagian besar negara di dunia.

Reformasi intelektual yang dimotori oleh John Locke dari Inggris (1632-1704) dan Montesquieu dari Perancis (1689-1755), lantas disusul oleh reformasi dan revolusi sosial yang berlangsung sepanjang abad ke 17 dan 18 di Eropa Barat, pada akhirnya melahirkan sistem demokrasi di dalam tata bermasyarakat dan berpemerintahan di dunia.

Sejak tiga dekade terakhir dunia menyaksikan kemajuan yang luar biasa dalam perkembangan demokrasi. Sejak tahun 1972, jumlah negara yang mengadopsi sistem politik demokrasi telah meningkat lebih dari dua kali lipat, dari 44 menjadi 107. Pada akhir tahun 90-an, hampir seluruh negara di dunia ini mengadopsi pemerintahan demokratis, meski masing-masing dengan variasi sistem politik tertentu.

Dengan alasan menegakkan demokrasi, seseorang bahkan sebuah negara, bisa melakukan tindakan yang paling keras. Negara-negara adikuasa, misalnya, senantiasa mengatasnamakan demokrasi ketika mencampuri urusan dalam negeri negara lain.