Pahlawan-pahlawan Terlupakan

Oleh: Andi Nursaiful (Administrator) - 10 November 2013
Namanya nyaris tak pernah didengar. Padahal, Wikana adalah orang yang paling memperhitungkan posisi kemerdekaan Indonesia, justru saat Soekarno dan Hatta sangat percaya pada janji Jepang. Padahal bila diberi hadiah kemerdekaan oleh Jepang, Indonesia akan jadi “wilayah tanpa tuan.” Sebab, apapun pemberian Jepang, bisa dibatalkan demi hukum karena Jepang kalah perang.

Dalam pikiran Wikana, satu-satunya jalan adalah merebut kemerdekaan dari Jepang. Perhitungannya, jika Indonesia kembali diterima sekutu, maka sama saja dengan peristiwa 1811 di mana Inggris merebut Jawa dari Perancis kemudian mengembalikannya kepada Belanda. Sementara dua Raja di Jawa tidak segera melakukan pemberontakan, melainkan main intrik sendiri. Akhirnya Jawa kembali dijajah Belanda.

Wikana merasa tahu persis bahwa Jepang tidak akan bertindak apapun. Seluruh perwira Jepang satu persatu sudah bunuh diri dan kehilangan harapan. Mereka akan membiarkan saja apapun gerakan dari Indonesia. Wikana mengetahui itu karena dia bekerja di Kaigun, atau Dinas Angkatan Laut Jepang.

Wikana lantas menyampaikan ide ini (merebut kemerdekaan) kepada Sukarni yang dikenal memiliki jaringan ke pemuda. Sukarni kemudian mendesak untuk memerdekakan sendiri, atau bekerjasama dengan Sjahrir, bukan dengan Sukarno yang dianggap kolaborator Jepang kala itu.

Awalnya Wikana setuju ide Sukarni, tapi Sjahrir cukup gentar saat akan menerima tanggung jawab Proklamasi. Sjahrir pun mendatangi Maruto, dan berulang kali bertanya “apa saya bisa?”

Mendengar keraguan Sjahrir, tak ada jalan lain bagi Wikana untuk mendesak Soekarno-Hatta. Wikana pun datang bersama Chaerul Saleh, Sukarni, Subadio, dan lainnya termasuk DN Aidit (kelak jadi tokoh penting PKI). Di sana Wikana yang paling dituakan dari pemuda untuk bicara, tapi Sukarno bicara terlalu keras pada Wikana sampai membentaknya. Inilah yang membuat kecewa Sukarni, seorang pemuda Blitar berhati panas. Sepulangnya dari rumah Sukarno, muncul ide Sukarni untuk menculik Sukarno dan memaksa usulan Wikana diterima.

Soekarno-Hatta pun diculik dan dibawa ke Rengasdengklok. Tapi sebelumnya, Wikana sudah mendesak Achmad Subardjo untuk merayu Soekarno jangan melakukan proklamasi buatan Jepang. Berkali-kali Hatta bergumam “t\Tidak mungkin melakukan ini tanpa Jepang, kita belum siap jika harus perang dengan Jepang.” Sukarni bersikeras, jalan satu-satunya adalah ...